Bola.com, Sleman - PSS Sleman penuh percaya diri menyongsong masa depan yang lebih baik di Liga 1. Tim berjulukan Elang Jawa ini terus berkembang sejak promosi dari Liga 2 pada 2018 lalu, terutama menyangkut pengelolaan klub secara profesional.
Hal itu berawal dengan pergantian pengelolaan klub pada Februari 2020, sekaligus menciptakan era baru tim Elang Jawa di persepakbolaan Indonesia. Perpindahan mayoitas saham klub PSS Sleman sudah berganti kepemilikan dari Soekeno ke perusahaan PT Palladium Pratama Cemerlang.
Manajerial PSS di bawah perusahaan klub, PT Putra Sleman Sembada (PSS) saat ini dipimpin oleh Marco Paulo Garcia, yang tercatat sempat menjadi CEO di Pelita Bandung Raya dan juga Badak Lampung FC.
Marco Paulo Garcia kini menjabat sebagai Direktur Utama PSS, diikuti Hempri Suyatna sebagai Direktur Operasional, Andy Wardhana yang menjadi Direktur Keuangan, Leonardo Gaetano Rathutomo sebagai manajer commercial, serta manajer tim Danilo Fernando.
Tidak cukup sampai di situ, PSS Sleman masih punya terobosan baru, yaitu memiliki sebuah divisi Human Resource Department (HRD). Lazim bagi sebuah perusahaan memiliki HRD, tapi bagaimana jika divisi tersebut hadir di sebuah klub sepak bola Indonesia?
Tentunya menjadi hal yang baru bagi sepak bola Indonesia, sebuah klub memiliki unit HRD dalam unit usahanya. Belum lama ini PSS menunjuk nama Bara Mochtar sebagai HRD PT Putra Sleman Sembada yang merupakan perusahaan tim Elang Jawa.
Era baru PSS ini sebagai bentuk perubahan besar era sepak bola modern dalam tata pengelolaan. Dirut PSS Sleman, Marco Gracia Paulo, pernah berujar PSS sebelumnya merupakan tim keluarga, yang kini bertransformasi menjadi profesional tapi tetap berasa kekeluargaan.
"Tapi, kalau kekeluargaan berjalan tanpa profesionalisme pasti tidak jalan. Kami ingin membuat tim ini sesuai imajinasi bahkan sudah kami susun sampai 2024. Kami punya rencana strategis secara bertahap selama lima tahun ke depan, PSS Sleman bakal berkembang sebagai tim yang dikelola secara profesional di sepak bola modern," terangnya pada Mei 2020.
Video
Go International
PSS Sleman boleh dikatakan sebagai klub kelas Kabupaten di utara Yogyakarta, namun sepak terjang dan segala potensi yang dimiliki membuat tim ini makin berkembang. Tahun pertamanya di Liga 1 2018 dibuktikan dengan finis di posisi delapan klasemen akhir.
Terbaru adalah mereka mampu menyegel peringkat ketiga ajang turnamen Piala Menpora yang berlangsung Maret-April 2021 kemarin. Sebuah pencapaian dan usaha keras seluruh elemen klub yang berdiri pada 1976 tersebut.
Tim pujaan Brigata Curva Sud dan Slemania juga memiliki ambisi besar dalam program beberapa tahun ke depan, yaitu mengejar lisensi klub dari federasi sepak bola Asia atau AFC, sebagai sebuah tim profesional.
"Harus ada program demi program, menjadikan identitas kultur sepak bola Sleman hidup, karena kami rasa belum seutuhnya," kata Marco Gracia.
"Untuk karakter suporter Sleman, dibilang militan. Namun, militansinya tidak hanya ketika pertandingan, tapi juga konteks dukungan kepada klub. Mengkritisi kebijakan klub, saya percaya akan lebih terarah antara manajemen dengan fans," papar Marco.
Kembali ke target yang dicanangkan PSS, pada 2022 nanti wajib memenuhi standar lisensi AFC. Syarat pertama yang harus dimiliki PSS adalah organisasi di manajemen harus fasih sesuai bidangnya untuk mengikuti aturan main AFC.
"Juara itu bonus, dalam rencana kami tiga tahun itu bisa jadi juara. Bukan sekadar menang di Liga 1, tapi 2023 bisa juara secara organisasi menjadi klub yang profesional dan modern," jelas Marco.
Prestasi Menjadi Ukuran
Saat ini beberapa gebrakan yang sudah dilakukan oleh PSS Sleman antara lain adalah memiliki Omah PSS sebagai kantor multifungsi. Kantor yang dilengkapi store, kafe, serta keterlibatan UMKM. Kemudian divisi pembinaan melalui PSS Development Center dan Elja Method.
Hingga sebuah lapangan training ground yang sedang dibangun di kawasan Prambanan. Nantinya, PSS punya tempat latihan sendiri, termasuk untuk wadah pembinaan. Seperti halnya divisi HRD PSS yang diemban Bara Mochtar.
Ia memberikan gambaran pengelolaan sebuah klub sepak bola yang terstruktur layaknya perusahaan besar, ikut menentukan prestasi yang dicapai. Menurutnya, HRD PSS tidak jauh berbeda dengan perusahaan-perusahaan pada umumnya. Sementara cita-cita lain PSS adalah pengelolaan manusia yang lebih bagus.
Program berkelanjutan yang ada di dalam klub, tidak selalu mengenai tim yang berisi pemain, pelatih, ofisial. Namun, juga unit lainnya, seperti staf di kantor manajemen PSS dan juga kepanpelan serta bidang lainnya.
"Tidak hanya sekadar menjadi tim sepak bola, tapi pengelolaan yang mapan dan berkelanjutan. Semua lini jadi bagus, pemain, staf kantor, sampai panpel, hakikatnya memang manusia di dalamnya harus dikembangkan," paparnya.
"Kendala pasti ada, yang jelas targetnya adalah human capital supaya berjalan demi tujuannya PSS. Ada perbedaan dengan perusahaan lain, yang kebanyakan proses bisnis yang jelas dari hari ke hari. Sepak bola cukup unik karena semuanya manusia, ukurannya prestasi klub," tegas Bara Mochtar.