Bola.com, Makassar - Mengidolai atau menjadikan seorang pemain merupakan hal yang umum buat sesama pesepak bola. Hal itu pula yang dilalui Dendi Santoso, penggawa Arema FC, yang memiliki satu pantutan dalam kariernya di lapangan hijau.
Dendi Santoso kini tercatat sebagai pemain terlama yang berkostum Arema FC. Sejak 2008, ia sudah menjadi bagian tim kebanggaan Aremania itu di kompetisi kasta tertinggi.
Pencapaian terbaiknya bersama Arema FC adalah meraih trofi juara Liga Indonesia 2009/2010. Ia menjadi bagian penting Arema saat meraih juara di Inter Island Cup 2014/2015 serta Piala Presiden pada 2017 dan 2019.
Layaknya seorang pesepak bola, Dendi tentu juga punya sosok pelatih dan pemain yang ia jadikan sosok anutan serta berpengaruh besar dalam perjalanan kariernya. Dalam channel youtube ANTV Sport Official, gelandang produk Akademi Arema ini menyebut dua nama pelatih yang dinilainya berperan meningkatkan kemampuan dan kepercayaan dirinya yakni Robert Alberts dan Miroslav Janu.
Kedua pelatih ini yang menangani Dendi pada awal kiprahnya di level senior. Terkait peran Robert, Dendi mengungkapkan pelatih berpaspor Belanda piawai dalam memotivasi pemain untuk lebih percaya diri.
Dendi merujuk pengalaman berkesannya bersama sang mentor ketika Arema menghadapi Persib Bandung di Piala Indonesia. Sehari sebelum pertandingan, dalam latihan terakhir, Robert menyuruh seluruh pemain tidur telentang di lapangan.
"Coach Robert meminta kami membayangkan apa yang akan dilakukan pada pertandingan esok hari. Setelah itu, secara acak dia menunjuk pemain mengungkapkan apa yang mereka ingin lakukan. Mayoritas semua dipikirkan terjadi pada laga keesokan harinya," papar Dendi.
Sementara Janu dimata Dendi Santoso adalah pelatih yang mengutamakan kedisiplinan dan piawai membentuk karakter pemain. Meski dikenal keras, Janu adalah sosok pelatih yang kerap menyempatkan diri utuk sekadar diskusi dengan pemain. "Coach Janu juga sesekali melontarkan canda yang membuat pemain lebih rileks," terang Dendi.
Video
Pemain Idola dan Anutan
Pada kesempatan ini, Dendi menunjuk dua nama sesama pemain yang ia jadikan anutan sekaligus idola yakni Alex Pulalo dan Noh Alam Shah. Bersama Alex, Dendi mengaku belajar banyak tentang totalitas di lapangan hijau baik latihan mau pun ketika Arema FC sedang bertanding.
"Alex tak sekadar idola tapi juga pemain yang saya takuti meski kami berada di tim yang sama," ungkap Dendi.
Ia merujuk pengalamannya ketika pertama kali bergabung di tim senior Arema pada 2008. Dalam sesi gim, Dendi yang berposisi sebagai penyerang sayap kanan kerap berduel dengan Alex, spesialis bek kiri.
"Saat itu, saya masih berstatus pemain promisi dari akademi terpaksa harus menghadapi permainan keras ala Alex. Mulai dari kena sikut sampai tekel keras," kenang Dendi.
Tapi, usai gim suasananya jadi cair, setelah Alex mendatangi Dendi dan menjelaskan mengapa dirinya bermain seperti itu. "Pertama, Alex mengucapkan minta maaf. Ia juga bilang tindakannya tadi semacam shock therapy dari kakak buat adiknya seraya menambahkan saya akan menjumpai hal seperti ini di kompetisi."
Sedangkan Noh Alam Shah di mata Dendi adalah pemain yang peduli dan setia kawan. Striker asal Singapura itu tak jarang membagikan sepatu miliknya kepada rekannya. "Sampai sekarang saya masih berkomunikasi dengan Alex dan Along (sapaan akrab Noh Alam Shah)," pungkas Dendi.