Bola.com, Jakarta - Bali United telah menjadi klub besar dalam persepakbolaan Indonesia. Namun, Serdadu Tridatu masih dikategorikan sebagai 'anak bawang' jika dibandingkan dengan beberapa klub yang lahir jauh sebelum Bali United terbentuk.
Bali United yang kini menjadi kebanggaan masyarakat di Pulau Dewata memang tergolong klub baru. Berdiri pada 2015 setelah membeli lisensi Persisam Putra Samarinda, Bali United pun langsung dikelola secara profesional hingga menjadi klub besar yang mampu bersaing, bahkan menjadi juara Liga 1 2019.
Namun, untuk klub tidak dikelola dengan cukup baik, terpaksa beberapa klub di Bali hilang dari radar. Mereka adalah Gelora Dewata, Persekaba Badung, dan Persegi Gianyar.
Selain itu ada pula Perseden Denpasar, klub yang berjulukan Laskar Catur Muka ini masih berjuang untuk setidaknya promosi ke Liga 2 pada musim depan.
Banyak kisah yang mewarnai perjalanan klub-klub tersebut sebelum kehadiran Bali United hingga akhirnya satu per satu hilang tanpa jejak. Berikut kisah singkatnya:
Video
Gelora Dewata
Selain Bali United, mungkin Gelora Dewata menjadi klub asal Pulau Dewata yang terbilang sukses di kancah nasional. Gelora Dewata menjadi klub Bali pertama yang berhasil bermain di Piala Winners Asia (sekarang Piala AFC).
Namun, sayang Piala Winners Asia 1994/1995 menjadi pengalaman paling pahit klub yang sekarang berganti nama dan lisensi menjadi Deltras FC. Bermain menghadapi Kuala Lumpur FA (Malaysia), sebenarnya Gelora Dewata bermain trengginas dan melangkah ke babak kedua.
Pada leg pertama di markas Kuala Lumpur FA, Nus Yadera dkk. kalah tipis 1-2. Tapi, di leg kedua yang berlangsung di Stadion Ngurah Rai, mereka berhasil menang dengan skor 2-0. Lawan mereka selanjutnya adalah wakil Thailand, Telephone Org.
Namun, sanksi diskualifikasi harus diterima mereka setelah Gelora Dewata memainkan Vata Matanu Garcia yang belum mengantongi ITC dari klub lamanya. Semua pemain saat itu kecewa berat.
Padahal performa klub yang meraih Piala Galatama 1993 dan runner-up Galatama 1993/1994 itu sedang moncer-moncernya. Tahun lalu, mereka sempat bernostalgia. Ada sosok Freddy Muli, Nus Yadera, Wayan Sukadana, Ida Bagus Mahayasa, Misnadi Ambrizal Pribadi, hingga bek Tangguh asal Kamerun, Mbog Nyetam Jeremy.
Reuni tersebut terjadi di Stadion Ngurah Rai dan mereka mengenakan replika jersey Gelora Dewata saat tampil di Piala Winners Asia 1994. Freddy Muli yang sempat diwawancarai tahun lalu mengenang masa jaya klub yang didirikan oleh H. Mislan itu.
“Euforia ketika kami bermain sangat luar biasa. Stadion selalu penuh. Apalagi prestasi kami cukup bagus saat itu. Oleh suporter, kami diagung-agungkan,” terangnya yang kala direkrut Bali Devata saat itu sudah berusia 33 tahun.
Persekaba Badung
Naga Besukih dan Laskar Keris Badung, itulah julukan yang disematkan kepada Persekaba Badung. Tapi, sekarang Persekaba hanyalah sejarah yang harus dikenang. Klub yang bermarkas di Lapangan Gelora Samudra, Kuta, ini lisensinya telah dijual ke PS Yahukimo Papua pada 2007 lalu.
Padahal Persekaba Badung saat itu bermain di Divisi I Liga Indonesia. Ada sederet pemain bintang di masanya yang sempat berseragam Persekaba. Misalnya Gangga Mudana, Stephen Weah, Miro Baldo Bento, hingga Zah Rahan Krangar.
Mereka semua tinggal di mes pemain yang terletak tepat di samping stadion. Sempat pada 9 Mei 2004, Persiraja Banda Aceh dilibas tujuh gol tanpa balas dalam lanjutan pertandingan Divisi I Liga Indonesia 2004. Pemain asal Kudus, Agus Santiko berhasil mencetak quintrick alias lima gol.
Persegi Gianyar
Sebelum Bali United bermarkas di Stadion Kapten I Wayan Dipta, lebih dulu ada Persegi Gianyar yang menjajal stadion yang selesai dibangun pada 2004 tersebut. Pencapaian klub berjuluk Laskar Kuda Jingkrak ini adalah tampil di Divisi Utama 2005.
Selain itu, sederet pemain bintang sempat berseragam Persegi. Misalnya Javier Rocha Carlos de Mello, M. Ridwan, Kadek Wardana, Wayan Sukadana, Wayan “Yandus” Kartadnya, Ali Usman, Sarbini Sandi, hingga Marcus Vinicius sempat merasakan berseragam Persegi.
Freddy Muli yang sebelumnya menjadi pemain Gelora Dewata pada 1994, juga sempat ditunjuk sebagai arsitek tim. Tapi, pelatih paling fenomenal tentu saja adalah almarhum Henk Wullems yang sempat melatih Timnas Indonesia pada 1996-1998.
Henk Wullems menangani Persegi pada 2007 setelah menukangi PSM Makassar dan Arema FC. Wayan Sukadana yang merupakan bek Persegi Gianyar saat itu mengaku kaget karena pelatih asal Belanda tersebut mau membesut Persegi yang kala itu kondisi keuangannya tidak stabil.
“Sempat kaget mengapa almarhum yang memiliki nama besar di dunia sepak bola Indonesia, mau menjadi pelatih Persegi Gianyar. Saya tahu saat itu beliau tidak datang ke Persegi karena uang, tapi karena beliau ingin menetap di Bali. Kami saja saat itu rela tidak mendapat gaji selama tiga bulan karena kondisi keuangan klub yang kurang stabil,” ucap Sukadana yang diwawancarai beberapa waktu lalu tersebut.
Perseden Denpasar
Laskar Catur Muka, julukan Perseden Denpasar, menjadi satu-satunya klub sepak bola lawas di Bali yang masih eksis sampai sekarang. Saat tampil di Liga Nusantara 2016, Perseden bahkan meraih gelar juara setelah menumbangkan PS Ngada di Stadion Manahan Solo.
Tapi, ada kisah pilu di balik sejarah Perseden. Bermain di Divisi Utama Liga Indonesia 2003, Perseden justru degradasi meski penampilan Perseden moncer di putaran pertama.
Permasalahan internal menjadi satu kunci mengapa Perseden yang saat itu ditangani Dick Buitelaar dengan beberapa pemain bintang, sebut saja Yeyen Tumena, Miro Baldo Bento, Stenley Mamuaya, Marwal Iskandar, Komang Adnyana, Wayan Sukadana, hingga M. Kamri.
Baca Juga