Bola.com, Jakarta - Dua pedayung Tanah Air, Mutiara Rahma Putri dan Melani Putri telah menyelesaikan penampilannya di cabang olahraga dayung nomor Lightweight Women’s Double Scull Olimpiade Tokyo 2020, yang berlangsung di Sea Forest Waterway, Sabtu (24/7).
Hasilnya Mutiara/Melani hanya menempati posisi keenam. Prancis menjadi tim pertama yang melintas garis finis, disusul Italia, dan kedua tim ini melaju ke semifinal.
Amerika Serikat menempati peringkat tiga, disusul berturut-turut Swiss, Irlandia, dan Indonesia di urutan empat, lima, dan enam. Empat tim ini akan kembali berlomba di babak repechage.
Usai pertandingan, Mutiara mengaku merasa sangat tegang sebelum berlomba, karena inilah Olimpiade pertamanya.
"Deg-degan juga excited karena baru pertama kali. Saya grogi banget sebelum berlomba, sampai sempat gemetar. Sempat gentar juga karena melihat lawan-lawan yang lebih besar," ujar Mutiara melalui keterangan pers yang diterima Bola.com hari Minggu (24/07/2021).
Chef de Mission Tim Indonesia Rosan P. Roeslani menyaksikan langsung perjuangan Mutiara dan Melani. Dia merasa bangga dengan perjuangan yang sudah ditunjukkan kedua atlet ini.
"Kita tahu Mutiara masih 17 tahun dan Melani 21 tahun. Mereka adalah aset kita ke depan. Mereka sudah memberikan yang terbaik dan kita semua bangga dengan mereka," ujar Rosan.
"Dan, inilah yang harus kita jaga terus. Masih banyak kompetisi ke depan, termasuk SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade berikutnya. Mereka adalah calon bintang olahraga Indonesia dan Olimpiade Tokyo memberikan mereka pengenalan serta pemahaman. Apa yang mereka capai hari ini adalah yang terbaik dan kami bangga dengan mereka,” lanjutnya.
Saksikan Video Pilihan Kami:
Lawan Lebih Tangguh
Mutiara mengakui bahwa lawan memang jauh lebih tangguh dan sudah berpengalaman tampil di Olimpiade sebelumnya. Menghadapi babak repechage, atlet berusia 17 tahun ini berjanji akan menyiapkan mental dan berusaha maksimal.
Tangguhnya lawan juga diakui pelatih M. Hadris. Maka, dia tidak terlalu memaksa anak asuhnya untuk mengejar lawan.
"Berat sekali karena lawan dari Eropa dan Amerika Serikat. Anak-anak sudah saya arahkan untuk berusaha dulu sampai jarak 1.000 meter. Kalau terlau jauh, iramanya diturunkan agar bisa menyimpan tenaga untuk babak repechage," kata Hadris.
"Faktor cuaca panas juga cukup berpengaruh karena kami berlatih di Pengalengan dengan suhu rata-rata 26 derajat, sementara hari ini suhu 32 derajat dengan rasa 34 derajat,” lanjutnya.