Bola.com, Tokyo - Medali pertama Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020 datang dari Windy Cantika Aisah. Dia mempersembahkan medali perunggu dari cabang olahraga (cabor) angkat besi nomor 49 kg Grup A putri.
Bertanding di Tokyo International Forum, Tokyo, Sabtu (24/7/2021), Windy Cantika membukukan total angkatan 194 kg. Dia mengangkat 84 kg di angkatan snatch dan 110 kg di angkatan clean dan jerk.
Windy Cantika tertinggal 8 kg dari peraih medali perak, Chanu Mirabai dari India dan 16 kg dari pendulang medali emas, Zhihui Hou dari China.
Sesuai prediksi, cabor angkat besi akan menjadi pundi-pundi medali bagi Indonesia di Olimpiade Tokyo. Selain Windy Cantika, Indonesia meloloskan empat wakil lain.
Keempat lifter tersebut meliputi Eko Yuli Irawan di kelas 61 kg putra, Deni di kelas 67 kg putra, Rahmat Erwin Abdullah di kelas 73 kg putra, dan Nurul Akmal di kelas +87 kg putri.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Tinta Emas Windy Cantika
Windy Cantika adalah lifter masa depan Indonesia. Olimpiade Tokyo menjadi debutnya di pesta olahraga dunia tersebut.
Windy Cantika lolos ke Olimpiade Tokyo setelah merebut medali perunggu Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2021 nomor 49 kg putri di Tashkent, Uzbekistan pada April 2021.
Windy Cantika mendulang total angkatan 189 kg lewat angkatan 87 kg di snatch dan 102 kg di cleand and jerk.
Sebulan setelah bertanding di Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2021, Windy Cantika mentas di Kejuaraan Dunia Angkat Besi Junior 2021 masih di Taskhent.
Windy Cantika berhasil membanggakan Indonesia dengan meraih medali emas nomor 49 kg putri dengan total angkatan 191 kg. Dia mengangkat 86 kg di snatch dan 105 kg jerk.
Windy Cantika juga menorehkan tinta emas di SEA Games 2019. Ketika usianya masih menginjak 17 tahun, ia telah berhasil meraup medali emas nomor 49 kg putri.
Bakat dari Sang Mama
Windy Cantika lahir pada 11 Juni 2002. Ibunya ialah Siti Aisah, mantan atlet angkat besi Indonesia medio 1980-an.
Bakat Widya Cantika menurun dari ibunya. Siti Aisah adalah pendulang medali perak pada Kejuaraan Dunia Angkat Besi di Amerika Serikat 1987.
Sebagai orang tua, Siti Aisyah mencoba selalu memberi dukungan pada putrinya itu. Hampir setiap hari mereka melakukan komunikasi lewat handphone dan video call.
"Sebelum berangkat ke SEA Games 2019, saya hanya berpesan agar hati-hati, harus bisa jaga sopan santun, disiplin, ikuti apa yang diperintahkan pelatih," ujar Siti Aisah medio Desember 2019.
"Buktikan bahwa kamu bisa karena kesempatan tidak datang dua kali. Kami tidak tahu dia ke depannya bagaimana, makanya saya pesan ke dia kerja keras dengan maksimal," kata Siti Aisah menirukan pesannya buat sang putri.
Siti Aisah menceritakan, Windy Cantika telah tertarik dengan angkat besi sejak masa kanak-kanak.
"Kebetulan kakaknya juga atlet angkat besi, jadi sejak kecil dia ikut-ikutan kakaknya. Lama kelamaan ayahnya berinisiatif bikin alat dari kaleng berisi semen terus dimasukan ke pipa, sampai akhirnya dia benar-benar serius menggeluti angkat besi," kata Siti Aisah.
"Alhamdulillah, saya sangat bahagia, tidak bisa diungkapkan kebahagiaannya. Tak disangka, anak bungsu kami bisa juara," ujar Siti Aisah, ketika Windy Cantika menyabet medali emas SEA Games 2019.
Windy Cantika pernah berujar ingin melebihi pencapaian mamanya sebagai atlet angkat besi. Kini, ambisi dara asal Bandung itu telah terwujud.
"Saya sih kalau bisa meraih prestasi melebihi yang pernah diukir mama," kata Windy Cantika, ketika Olimpiade Tokyo diundur ke 2021.