Perjuangannya sangat terjal untuk meraih impiannya. Dirinya terpaksa melarikan diri dari tanah kelahirannya akibat meletusnya perang Suriah tahun 2015 silam. Dalam pelariannya menuju Jerman, Marini diterpa banyak ujian dan cobaan berat. (Foto: AFP/Martin Bureau)
Cobaan paling berat ketika kapal yang memuat 18 imigran gelap termasuk dirinya mengalami mati mesin di Laut Aegea. Yusra dan beberapa orang yang bisa berenang harus turun ke air untuk mengurangi muatan dan mendorong kapal mereka selama kurang lebih tiga setengah jam. (Foto: AFP/Ronny Hartmann)
Setibanya di Jerman, Yusra kembali membangun impiannya yang sempat kandas. Berkat kerja kerasnya, Ia terpilih menjadi salah satu perenang yang mewakili Tim Pengungsi pada Olimpiade Rio 2016. Dirinya menempati posisi 41 dengan raihan waktu 1:09.21 pada debutnya di Olimpiade. (Foto: AFP/Martin Bureau)
Berkat perjuangannya, Yusra Mardini (kanan) dan saudara perempuannya yang termasuk dalam romobongan imigran, Sarah Mardini dianugerahi penghargaan Bambi, penghargaan tahunan di Jerman dari Hubert Burda Media untuk tokoh-tokoh inspiratif. (Foto: AFP/Axel Schmidt)
Terbaru, Yusra Mardini dipercaya membawa bendera kebesaran Tim Pengungsi Olimpiade pada upacara pembukaan Olimpiade Tokyo 2020 bersama Tachlowini Gabriyesos. Sebuah kebanggan tersendiri baginya dapat memimpin barisan rombongan Tim Pengungsi. (Foto: AFP/Odd Andersen)