Bola.com, Denpasar - Wawan Hendrawan, Nadeo Arga Winata, Samuel Reimas, dan Rakasurya handika cukup kompak sebagai penjaga gawang Bali United. Tidak ada jarak di antara mereka.
Bahkan Nadeo dan Raka sering menjadi host untuk konten Serdadu Tridatu di YouTube serta Instagram resmi Bali United. Beberapa waktu lalu, keempatnya juga melakukan siaran langsung di Instagram bersama pelatih kiper Bali United, Marcelo Pires.
Kekompakan inilah yang terus coba dijaga oleh Wawan Hendrawan. Penjaga gawang paling senior yang dimiliki Bali United tersebut menilai semua penjaga gawang itu bukanlah pesaing, melainkan partner.
“Kami itu sebagai penjaga gawang kompak. Saling dukung satu sama lain dan tidak ada jarak di antara kami,” ucap Wawan Selasa (3/8/2021) malam.
Situasi seperti ini sengaja mereka ciptakan dan menurut Wawan masing-masing penjaga gawang tidak ada yang saling menjatuhkan. Kebetulan juga Marcelo Pires adalah sosok pelatih yang ramah dan terbuka kepada semua penjaga gawang.
"Tapi, kami juga tahu aturan. Kami juga harus menghormati beliau (Marcelo Pires) sebagai pelatih. Intinya, kerukunan antara penjaga gawang dan pelatih harus terjalin dengan baik,” ungkap penjaga gawang Bali United asal Brebes, Jawa Tengah, itu.
Video
Respons Liga 1 Bakal Digelar 20 Agustus
Terlepas dari cara Wawan dan penjaga gawang lain menjaga kekompakan, kiper senior Bali United itu sangat bersyukur Liga 1 2021/2022 tetap digelar pada 20 Agustus meskipun banyak pihak yang menilai keputusan PSSI itu terkesan dipaksakan.
Baginya, semua pemain di Liga 1 dan Liga 2 sudah sangat siap bermain dengan berbagai syarat dalam protokol Kesehatan yang ada.
“Kami bahkan sudah vaksin dua kali. Kedisiplinan kami juga sudah sesuai standar dan aman untuk bermain,” ucapnya.
Lanjut Wawan, dia ingin pemerintah melihat bagaimana Piala Menpora 2021 berjalan sukses tanpa kendala. “Bisa dijadikan acuan standar agar Liga 1 terlaksana,” beber Wawan.
Jika Liga 1 2021/2022 kembali tertunda, bagi Wawan hal tersebut bisa berakibat buruk kepada pemain. Wajar dia mengatakan demikian karena berhubungan dengan pemasukan sebagai pemain yang bisa terganggu.
“Kami hidup dari sepak bola dan ini adalah mata pencaharian kami. Ini sudah tahun kedua dengan ketidakjelasan kompetisi. Tentu berpengaruh terhadap materi kami dan juga suasana pertandingan dalam kompetisi resmi,” tutupnya.