Bola.com, Jakarta - Sejak Alan Budikusuma meraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992, Indonesia harus menunggu 12 tahun sebelum kembali merasakan prestasi serupa di sektor tunggal putra bulutangkis.
Peraihnya adalah Taufik Hidayat. Pada final Olimpiade Athena 2004, ia mengalahkan pemain Korea Selatan, Shon Seung-mo dengan permainan dua gim langsung 15-8, 15-7.
Banyak cerita menarik dari kisah sukses Taufik Hidayat ini. Seperti terkuat ternyata malam sebelum final, ia tidak bisa tidur lantaran merasakan beban besar tampil di final Olimpiade.
"Saya merasakan Olimpiade itu beda dengan event lain. Karena ini kan, semua atlet pasti cita-cita main di Olimpiade dan ingin juara tentunya. Empat tahun sekali dan buat negara juga," kata Taufik Hidayat saat berbincang dengan Halmy Yahya pada channel Youtube, Helmy Yahya Bicara.
"Kalau tidak benar-benar digunakan kesempatan mau kapan lagi, ya masa tunggu empat tahun lagi, kalau masih bermain."
"Final 2004 itu dari malamnya sudah enggak bisa tidur. Tidur cuma 3-4 jam. Meski masuk kamar cepat, tapi pikiran itu sudah macam-macam saja. Karena berpikir bagaimana main besok," lanjutnya.
Taufik Hidayat pun merasakan tekanan tampil di final Olimpiade Athena 2004 sampai pada hari pertandingan. Dan tahukan Anda, ia sempat tertinggal 0-7 dari lawan pada gim pertama.
Saksikan Video Pilihan Kami:
Gemetar dan Sempat Tertinggal 0-7
Ya, di gim pertama, Shon Seung-mo sempat begitu dominan. Taufik Hidayat pun dalam tekanan berat lantaran sampai tertinggal 0-7.
"Sampai lapangan kemudian pemanasan lalu pertandingan, saya masih gemetar. Sambil jalan, lihat pelatih, bertanya bagaimana supaya bisa keluar dari situasi tertekan," ujar Taufik Hidayat.
"Dari ketinggalan 0-7 kemudian saya dapat satu poin. Dari situ saya sudah yakin bisa. Dan lawan hanya tambah satu poin (pada gim pertama yang dimenangkan Taufik Hidayat 15-8)," tambahnya.
Air mata Taufik Hidayat tumpah ketika memastikan medali emas Olimpiade Athena 2004. Dia membeberkan alasan kala itu sampai menangis.
"Ya, merasa lega dan ini meemangg yang diimpikan. Ini (medali emas Olimpiade) sudah yang paling tinggi dam begitu dicita-citakan akhirnya kesampaian. Apalagi pertandingan saya saat itu satu-satunya kesempatan Indonesia mendapat emas," Taufik Hidayat mengatakan.