Fokus Konten Digital dan E-Sport, Saham BOLA Bali United Meroket Hampir 350% dalam 3 Bulan Terakhir

oleh Alit Binawan diperbarui 11 Agu 2021, 12:45 WIB
Bali United Logo (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Bola itu bundar. Perumpamaan tersebut sangat cocok dengan PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA) yang menaungi Bali United dan beberapa entitas lainnya. Tidak ada angin dan tidak ada hujan, nilai saham BOLA meroket 347,58 persen.

Seperti pergerakan sebuah bola di lapangan hijau, BOLA juga ikut bergerak liar di bursa. Dari emiten yang tidak dianggap dalam satu tahun terakhir, menjadi emiten yang hampir selalu diperpinjangkan oleh orang-orang.

Advertisement

Secara year to date saham BOLA tumbuh sebesar 576,83 persen. Saat awal-awal pandemi COVID-19, saham BOLA sempat menyentuh harga Rp164. Harga tersebut lebih rendah jika dibandingkan ketika BOLA pertama kali melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Juni 2019.

Saat itu penawaran perdana untuk public sebesar Rp175. Dengan tren kenaikan yang tidak wajar ini, BEI melakukan suspensi pada BOLA sebanyak dua kali tahun ini. Pertama terjadi sekitar sepekan lalu sebelum Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).

Selasa (10/8/2021), BEI kembali menggembok BOLA. BEI melakukan suspensi saham BOLA dan beberapa saham lain seperti PT Panca Global Kapital Tbk (PEGE) dan PT Boston Furniture Industries Tbk (SOFA) karena terjadinya peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham tersebut dalam beberapa waktu terakhir.

Pada penutupan perdagangan Senin (9/10/2021), saham BOLA sempat melambung 16,23 persen dan menyentuh harga Rp1.110 per lembar saham. Total frekuensi perdagangan saham 11.898 kali dengan volume perdagangan 697.876 dengan nilai transaksi sebesar Rp73,8 miliar.

Lantas apa yang sebenarnya terjadi dengan saham BOLA sehingga mampu bergerak liar dalam tiga bulan terakhir? Direktur Utama PT Bali Bintang Sejahtera Tbk Yabes Tanuri hingga sekarang masih enggan untuk berbicara mengenai pergerakan saham BOLA yang sangat signifikan.

Tapi jawaban mulai terkuak sedikit demi sedikit saat RUPSLB pada 4 Agustus. Disadur dari keterbukaan informasi di BEI, dalam RUPSLB tersebut diputuskan bahwa 8,4 persen dana IPO digunakan sebagai belanja modal atau capital expenditure (capex).

Belanja modal tersebut digunakan untuk pengembangan fasilitas dan peralatan stadion, pengembangan fasilitas akademi, ekspansi Bali United Store, hingga pengembangangan aplikasi dan program customer relationship management (CRM).

Secara garis besar, BOLA Bali United akan lebih banyak mengalokasikan dana IPO untuk pengembangan konten digital dan e-Sport. Dengan perincian 97,4 persen dari total alokasi yang berjumlah 45,4 persen, digunakan untuk anak perusahaan BOLA yang fokus pada segmen hiburan dan konten digital.

Anggota Komite Eksekutif PSSI, Pieter Tanuri menyambut positif kedatangan mantan Presiden Barcelona, Joan Laporta ke Indonesia. (Bola.com/Benediktus Gerendo Pradigdo)

Anak perusahaan tersebut adalah PT Kreasi Karya Bangsa dan alokasi dananya digunakan untuk pengembangan studio, kantor live streaming, rumah produksi, pembelian kamera, dan sebagainya.

Porsi kecil sebesar 1,3 persen akan dialokasikan untuk PT IOG Indonesia yang menaungi tim e-Sport Bali United Bernama Island of Gods (IOG). Untuk alokasi lainnya, PT Bali Bintang Sejahtera Tbk akan menggunakan dana segar untuk pembangunan training ground di Kawasan Pantai Purnama, Gianyar.

Sekarang, baru satu lapangan yang hampir rampung dari rencana awal sebanyak empat lapangan di lahan seluas kurang lebih tujuh hektar. Yang menarik adalah pundi-pundi sang big boss Pieter Tanuri.

Dari keterbukaan informasi BEI, pria yang juga menjabat sebagai Anggota Exco PSSI tersebut membeli saham BOLA pada 27 Juli lalu dengan harga Rp 350 per lembar saham. Saat itu, dia membeli sebanyak 285 juta lembar saham yang setara dengan Rp99,75 miliar.

Total, Pieter Tanuri memiliki 2.208.953.320 lembar saham dan menjadikannya sebagai pemilik saham terbanyak dengan 36,82 persen.

 

Video

Berita Terkait