Bola.com, Seville - Papu Gomez tidak pernah menyangka kejadian di pertandingan melawan FC Midtjylland pada babak penyisihan Grup D Liga Champions 2020/2021, 1 Desember tahun lalu menjadi penyulut akhir kariernya bersama Atalanta.
Papu Gomez adalah pemain yang telah membela Atalanta selama tujuh tahun. Playmaker asal Argentina itu membukukan 252 penampilan dan mencetak 59 gol serta 71 assists sejak 2014.
Sebuah insiden terjadi di babak pertama. Kala itu, Papu Gomez melawan permintaan dari pelatihnya, Gian Piero Gasperini. Papu Gomez diminta untuk pindah posisi ke sisi kanan, namun pemain gaek itu merasa sedang on fire di sisi kiri.
Sikap Papu Gomez itu membuat Gasperini geram. Dia ditarik keluar pada turun minum. Amarah Gasperini memuncak di ruang ganti. Papu Gomez mengklaim, nyaris terjadi bangku hantam antarkeduanya.
Sejak saat itu, Papu Gomez masih bermain dalam dua partai Atalanta, masing-masing kontra Ajax Amsterdam di Liga Champions dan Juventus di Serie A.
Papu Gomez tidak menduga laga menghadapi Juventus menjadi momen perpisahannya dengan Atalanta. Setelahnya, pemain berusia 33 tahun itu absen dalam sembilan partai klub, termasuk di Coppa Italia, sebelum dijual ke Sevilla pada Januari 2021.
"Saya harus meninggalkan klub. Saya mengharapkan permintaan maaf dari pelatih yang tidak pernah datang. Saya memang salah. Saya berasumsi, saya tidak mematuhi instruksinya ketika melawan Midtjylland," imbuh Papu Gomez, menyingkap tabir kepindahannya dari Atalanta kepada media Argentina, La Nacion.
"Dia meminta saya bermain di sisi kanan, sementara saya merasa sangat baik di sisi kiri. Saya menolaknya. Bayangkan, di tengah permainan, di hadapan kamera, dia marah."
"Saya sudah tahu saat turun minum dia akan mengeluarkan saya. Begitulah adanya. Tapi di ruang ganti, dia mencoba menyerang saya secara fisik. Saya mengatakan cukup. Orang bisa berdebat. Tapi ketika ada kontak fisik, itu sudah tidak dapat ditoleransi," jelas Papu Gomez.
Video Papu Gomez Saat Masih Membela Atalanta
Menuntut Permintaan Maaf Gasperini
Masih dalam suasana perselisihan dengan Gasperini, Papu Gomez menghadap Presiden Atalanta, Antonio Percassi. Dia mengakui perbuatannya kepada pimpinan klub. Namun, ia merasa pelatihnya juga punya salah kepadanya.
"Saya meminta bertemu presiden klub. Saya mengatakan bahwa saya tidak masalah bertahan di Atalanta. Saya akui saya salah. Sebagai kapten, saya tidak berperilaku baik. Saya telah menjadi contoh buruk yang tidak patuh terhadap pelatih. Tapi, saya bilang ke presiden bahwa saya mau Gasperini meminta maaf. Saya juga bilang ke presiden bahwa seharusnya seorang pelatih tidak boleh menyerang pemain," papar Papu Gomez.
Pada sebuah meeting tim, Papu Gomez meminta maaf di hadapan rekan-rekannya, juga di depan Gasperini. Namun, ia tidak mendapatkan apa yang diinginkannya: Permintaan maaf dari pelatihnya.
"Keesokan harinya, ada rapat di tim. Saya maju ke depan dan minta maaf kepada pelatih dan rekan setim atas apa yang terjadi. Tapi, pelatih tidak meminta maaf kepada saya. Bagaimana bisa? Apakah yang saya lakukan salah dan yang dia lakukan itu benar? Di situlah semuanya dimulai," ungkap Papu Gomez.
"Setelah beberapa hari, saya bilang ke presiden bahwa saya tidak mau lagi bekerja dengan Gasperini di Atalanta. Presiden bilang kepada saya bahwa dia tidak akan melepas saya. Tarik-ulur dimulai dan akibatnya, saya dipisahkan dari tim dan saya hanya berlatih dengan tim cadangan," ucap mantan pemain Catania itu.
Kecewa kepada Atalanta
Papu Gomez kadung kecewa dengan sikap Gasperini, juga Percassi. Dia merasa klub tidak memihaknya dalam kasus ini. Atalanta berniat menjual Papu, tapi tidak kepada tim sesama Serie A.
"Semuanya buruk kepada saya. Ini sangat buruk karena setelah tujuh tahun saya di sini, mereka mencampakkan saya. Setelah semua yang saya berikan kepada klub. Mereka berperilaku buruk. Presiden tidak punya nyali untuk meminta pelatih meminta maaf kepada saya. Itu mengakhiri segalanya. Mereka sangat jahat kepada saya. Bukan hanya itu, mereka juga menutup kepindahan saya ke klub Italia lainnya. Mereka tidak ingin memberikan tambahan kekuatan terhadap rival klub," ujar Papu Gomez.
Atalanta menerima tawaran dari klub Arab Saudi dan Amerika Serikat untuk trequartista itu. Namun, Papu Gomez masih berhasrtat untuk bermain di level tertinggi. Semua dilakukannya demi satu tempat di skuad Timnas Argentina pada Copa America 2021.
Sevilla menyodorkan proposal 5 juta euro atau setara Rp84 miliar kepada Atalanta untuk menyelamatkan Papu Gomez. Harga yang cukup miring untuk pemain dengan kualitas seperti dirinya. Untungnya, Atalanta tidak mempersulitnya untuk pindah ke Spanyol.
"Tawaran datang dari Arab Saudi dan Amerika Serikat dan mereka mau menjual saya ke sana. Saya adalah gelandang terbaik di Serie A. Syukurlah Sevilla muncul. Karena yang saya inginkan terus bersaing di level tertinggi untuk bisa bermain di Copa America. Itu obsesi saya. Jadi saya menunggu, akhirnya Sevilla datang," terang Papu Gomez.
Papu Gomez Menuding Atalanta dan Giasperini
Papu Gomez menuding Atalanta lebih sayang kepada Giasperini ketimbang dirinya. Padahal, ia lebih lama mengabdi untuk tim berjulukan La Dea itu. Namun, Gasperini punya nilai lebih di mata Percassi.
Berkat mengubah Atalanta menjadi raksasa Serie A plus kuda hitam di Liga Champions, Gasperini membantu pihak klub dalam meningkatkan harga jual pemain.
"Yang paling mengecewakan adalah pemilik klub. Mereka membuang saya. Perlakuan yang saya terima itu menyakiti saya. Mengapa klub begini? Mereka tahu bahwa Gasperini adalah satu di antara pelatih terbaik di Eropa," kata Papu Gomez.
"Mereka tahu bahwa pekerjaannya bisa membuat mereka menjual pemain. Mereka lebih memilih terus bersamanya karena mereka tahu bahwa dia membuat klub menghasilkan banyak uang. Mereka suka itu," ujar pemain yang pernah berkiprah di Liga Ukraina itu.
Sumber: La Nacion