Bola.com, Jakarta - Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Hasani Abdulgani memaparkan kemungkinan PSSI mengubah pengajuan rekomendasi kepada ke kepolisian terkait izin keramaian untuk sepak bola menjadi izin kegiatan industri.
PSSI seringkali terhambat dengan izin dari kepolisian untuk menggelar suatu kompetisi dan pertandingan.
Di Liga 1 musim lalu, misalnya, PSSI gagal melanjutkan kompetisi karena kepolisian tidak mengeluarkan rekomendasi keramaian di tengah pandemi COVID-19 dan Pemilihan Umum (Pemilu) serentak pada 2020.
Hasani menjelaskan, pihaknya bakal mendalami UU Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dan PP Nomor 60 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perizinan dan Pengawasan Kegiatan Keramaian Umum, Kegiatan Masyarakat Lainnya, dan Pemberitahuan Kegiatan Politik.
Selain itu, PSSI juga akan memanfaatkan Inpres Nomor 3 tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Persepakbolaan Nasional untuk mengubah izin keramaian sepak bola menjadi izin kegiatan industri.
"Masalah izin dari Polri ini yang menurut saya harus kita pikirkan sama-sama. Jangan seperti sekarang. Kami harus urus izin untuk Liga 1 dan Liga 2 untuk jangka waktu yang panjang," kata Hasani dalam diskusi sepak bola Indonesia di Jakarta, Rabu (25/8/2021).
"Kami akan pelajari izin kepolisian dengan UU Kepolisian. Ada juga PP nomor 60. Malah sekarang ada Inpres nomor 3 2019. Itu celah buat kami masuk untuk minta supaya kompetisi profesional bukan lagi pengumpulan massa, tapi itu izin industri," imbuh Hasani.
Perputaran Uang di Sepak Bola
Sepak bola selama ini kerap dianggap sebagai sebuah olahraga atau permainan belaka. Padahal, ada banyak perputaran uang di dalamnya.
Selain antara klub, pemain, dan sponsor, pergerakan roda ekonomi dalam sepak bola juga melibatkan PSSI, PT Liga Indonesia Baru (LIB), suporter, hingga masyarakat.
PSSI dalam pemberitaannya pada 26 Juni 2020 mengklaim bahwa kerugian perputaran ekonomi akibat terhentinya Liga 1 musim lalu berkisar Rp3 triliun.
"Saya ini menjadi Tim Adhoc Inpres Nomor 3. Saya akan masukkan poin-poin itu. Kalau dibandingkan dengan mall. Apakah setiap akhir pekan mereka kedatangan 50 ribu orang," imbuh Hasani terkait industri dalam sepak bola.
Value BRI Liga 1 Naik
Hasani menuturkan, nilai sepak bola di Indonesia dihargai sangat tinggi. Para perusahaan berani membayar besar untuk mensponsori kompetisi dan Timnas Indonesia.
"BRI Liga 1 tingkat value-nya Rp450 miliar dari sponsor. Setelah Piala Asia 2007, harga jual Timnas Indonesia naik," tutur Hasani.
"Kalau kompetisinya kita bangun menjadi benar-benar industri. Sekarang masih belum industri. Sebab semua klub yang mengeluarkan puluhan miliar tidak mendapatkan kepastian. Tidak ada bisnis tanpa kepastian," ungkapnya.
Baca Juga
Erick Thohir Siap Mundur, Akan Evaluasi Besar-besaran setelah Timnas Indonesia Vs Arab Saudi, Termasuk soal Shin Tae-yong
Erick Thohir tentang Cedera Kevin Diks dan Terancam Absen Bela Timnas Indonesia Vs Arab Saudi: Usaha Recovery, FC Copenhagen Kehilangan
Ole Romeny Tetap Yakin Dinaturalisasi ketika Ditanya Erick Thohir Setelah Timnas Indonesia Kalah 0-4 dari Jepang: Anak Medan