Bola.com, Jakarta - Sosok Gede Widiade dikenal sebagai pelaku sepak bola yang lebih banyak berkecimpung dalam manejerial sebuah tim. Namanya mulai dikenal ketika memegang kendali manajemen Persebaya Junior yang berkiprah di Piala Soeratin pada 2002.
Ia pun kian lekat dengan sepak bola ketika menjadi CEO Persebaya 1927 periode 2011-2013 yang berkiprrah di Liga Primer Indonesia.
Selepas dari Persebaya 1927, Gede sempat menjadi pemilik saham mayoritas di PS Mojokerto Putera sebelum memagang kendali Persebaya Divisi Utama yang belakangan memjelma menjadi Bhayangkara FC, peraih trofi juara Liga 1 2017.
Pria kelahiran Tuban ini kemudian didaulat menjadi Direktur Utama Persija Jakarta dengan prestasi terbaik gelar juara Liga 1 2018 plus berjaya pada turnamen Boost Sport Fix Super Cup di Malaysia dan Piala Presiden.
Setelah memutuskan mundur dari manajemen Persija pada 2019, Gede melanjutkan kiprahnya sebagai pengelola klub dengan menjadi pemilik saham mayoritas Persiba Balikpapan yang berkiprah di Liga 2.
"Sebenarnya ada tawaran dari sejumlah klub Liga 1. Tapi, saya ingin mencari tantangan baru dengan memilih Persiba," ujar Gede dalam channel YouTube Akurasi TV.
Di mata Gede, Persiba punya potensi karena mendapat dukungan pemerintah setempat dengan menyediakan infrastruktur bagus seperti Stadion Batakan yang berstandar internasional serta dukungan suporter militan.
Itulah mengapa ketika pemilik lama menyerahkan seluruh sahamnya, Gede tanpa pikir panjang menerimanya. Apalagi targetnya tak perlu juara yang penting Persiba kembali berkiprah di Liga 1.
"Target itulah yang saya selalu tekankan ke seluruh elemen tim. Saya bilang, mari kita berjuang bersama dan membuat masyarakat Balikpapan bahagia dengan melihat Persiba kembali ke kompetisi kasta tertinggi," kata Gede Widiade.
Kiat Sukses Mengelola Tim
Pada kesempatan itu, Gede Widiade mengungkap kiat suksesnya dalam mengelola sebuah tim. Menurutnya, tim itu ibarat perusahaan yang harus dikelola secara baik dengan pendekatan manajemen profesional yang berorientasi keuntungan.
"Tak gampang mengelola sebuah tim. Apalagi kalau hanya mengandalkan dana tanpa pengelolaan yang baik atau hanya sekadar 'membakar uang'," ungkap Gede.
Gede merujuk besaran dana yang harus disediakan yang harus disediakan pemilik sebuah klub untuk mengarungi kompetisi. Di level Liga 3 saja, butuh dana minimal Rp1 M untuk bisa bersaing. Begitu pun di Liga 2, dana yang dibutuhkan paling sedikit Rp7,5 M.
"Pengeluaran tim Liga 1 tentu lebih besar. Jadi, sampai kapan pemilik sebuah tim bertahan tanpa pemasukan dari sumber lain," tegas Gede.
Itulah mengapa, dalam mengelola sebuah tim, Gede tak ingin mejadikan dirinya sebagai 'sosok sentral'. Justru, ia selalu memberi kepercayaan kepada seluruh elemen tim, berkreasi sesuai tugas masing-masing demi kepentingan tim.
"Kalau mereka bekerja dengan baik, kan beban saya justru lebih ringan. Kami bisa menikmati sukses secara bersama," papar Gede.
Peran Suporter
Gede juga mengungkapkan peran penting suporter dalam mendukung tim kesayangannya. Bagi Gede, suporter adalah sponsor riil sebuah tim. Ia merujuk contoh pemasukan klub dari tiket pertandingan ketika menangani Persija.
Dalam satu partai kandang, Persija bisa meraup pendapatan Rp 5M sampai Rp 7M. Padahal, total dana dari sponsor yang bisa digaet jelang kompetisi hanya sekira Rp7,5 M.
"Kehadiran suporter yang antusias dan memadati stadion bisa jadi nilai jual tersendiri buat sebuah tim untuk mendatangkan suporter," terang Gede.
Itulah mengapa, Gege mengaku tak pernah ambil pusing dengan kritik bahkan cacian dari suporter bila timnya menuai hasil buruk.
"Bagi saya, itu bentuk kecintaan yang kuat terhadap tim kesayangannya," pungkas Gede.
Sumber: Akurasi TV