Bola.com, Jakarta - Kepala pelatih sektor ganda campuran Pelatnas PBSI di Cipayung, Jakarta Timur, Richard Mainaky, mengumumkan pensiun sebagai pelatih pada 27 September mendatang. Keputusan ini diambil setelah mengabdi dan mendedikasikan diri selama 26 tahun di pelatnas PBSI. Keluarga menjadi alasan utama Richard akhirnya memilih berhenti.
"Yang menjadi dasar utama itu keluarga ya, karena jujur selama 26 tahun itu, waktu untuk keluarga sangat terbatas sekali. Jadi kalau mau cerita selama ini saya jam lima pagi sudah harus berangkat ke pelatnas, pulang jam 6 sore," ujar Richard Mainaky.
Wajar saja, kesibukannya membuat sosok yang akrab disapa Kak Icad ini seringkali hanya bisa berkumpul saat akhir pekan. Oleh karena itu, ia merasa ini adalah momen yang tepat untuk pulang ke Manado dan menghabiskan banyak waktunya dengan keluarga.
Richard dikenal sebagai pribadi yang tegas, disiplin, dan komitmen. Karakternya dalam membangun sektor ganda campuran yang dulu sempat dianaktirikan membawa perubahan sangat signifikan, bahkan sekarang sektor ganda campuran menjadi salah satu kekuatan terbesar bulutangkis Indonesia.
Sederet gelar dan prestasi berhasil diukir pelatih bulutangkis asal Manado itu, dari mulai All England, Kejuaraan Dunia, hingga medali emas Olimpiade. Richard Mainaky juga menjadi bidan lahirnya bintang-bintang hebat macam Tri Kusharjanto, Minarti Timur, Flandy Limpele, Vita Marissa, Nova Widianto, Liliyana Natsir, Tontowi Ahmad, Debby Susanto hingga Praveen Jordan dan Melati Daeva Oktavianti.
Jawab Tantangan
Richard Mainaky bercerita, menjadi pelatih kepala di Pelatnas PBSI merupakan tantangan. Seperti disebutkan di atas, sektor ganda campuran memang pernah dinomorsekiankan.
Tapi berkat usaha kerasnya selama 26 tahun ini, ia justru sanggup melahirkan banyak pebulutangkis hebat. Richard merasa kepercayaan PBSI membuatnya termotivasi.
"Ya itu pilihan ya. Saya merasa diberikan tantangan. Saya komitmen dan tanggung jawab. Pak Christian bilang sama saya, 'ini saya kasih tugas kalau bisa ganda campuran nomor yang paling bawah, kamu bisa angkat tidak?'. Saya menyanggupi dan saya berambisi untuk itu. Jadi saya kerja keras, punya tekad, tidak pernah menyerah dan syukurnya hari ini ganda campuran bisa naik ke level atas."
"Kepercayaan PBSI itu menjadi motivasi buat saya agar tidak boleh menyerah."
Pesan untuk Para Pebulutangkis
Bangga, senang, dan puas dirasakan betul oleh sosok berusia 56 tahun ini. Apalagi ia sadar bahwa sektor ganda cukup sulit untuk diasah.
Namun demikian, ia menegaskan bahwa dalam melatih itu penting adanya mindset, bahwanya tanggung jawab ini bukanlah tekanan, melainkan seni yang menantang. Lebih lanjut, ia berharap supremasi bulutangkis Indonesia tidak terhenti.
"Memang sulit ya karena ganda campuran kan yang main dua orang tapi yang satu putra dan satu putri. Yang putra lebih ke ego sementara putri lebih ke perasaan. Tapi saya merasa ini adalah seni yang menantang bukan beban."
"Kembali lagi ya, itu seni menurut saya. Unik. Saya tidak mau atlet takut sama saya tapi saya mau kita saling menghargai jadi sama-sama enak. Juga saya tidak memaksakan satu hal yang sama. Misalnya Butet harus mengikuti cara Minarti, itu tidak bisa karena karakter berbeda. Jadi saya yang harus cari cara."
"Kita di Olimpiade 2016 hanya dapat 1 medali emas, di Olimpiade Tokyo 2020 dapat 1 medali emas dan 1 medali perunggu. Itu tanda bulutangkis kita semakin maju. Tapi jangan berhenti di sini. Yang terdekat ada Sudirman, Thomas dan Uber Cup. Mudah-mudahan pialanya ada yang bisa kita bawa ke Indonesia," tutup Richard.