Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia tampaknya memiliki kemiripan dengan Belanda. Berkali-kali lolos ke final Piala AFF, berkali-kali pula Merah Putih gagal mengangkat trofi juara.
Belanda merupakan negara pertama yang populer dengan status juara tanpa mahkota. Kegagalan meraih gelar Piala Dunia 1974 menjadi alasan mengapa label ini diberikan kepada mereka.
Mengusung pakem total-football yang dikomando dengan sempurna oleh Johan Cruyff, anak asuh Rinus Michels ini menelan kegagalan di partai puncak. Tuan rumah Jerman Barat terbukti terlalu tangguh bagi mereka.
Hal ini juga terjadi di sepak bola Asia Tenggara. Sebagai salah satu tim tradisional, Indonesia selalu menjadi unggulan dalam turnamen Piala AFF (dulu disebut Piala Tiger).
Namun, skuad Garuda seolah-olah mendapat kutukan besar dalam ajang dua tahunan tersebut. Bahkan dengan skuad terbaik sekalipun, mereka gagal mencapai kejayaan.
Sepanjang sejarah turnamen yang pertama kali digelar pada tahun 1996 itu, Indonesia tak pernah mampu membawa pulang trofi tersebut. Prestasi terbaik mereka hanya menjadi runner-up dalam lima edisi.
Bola.com mencoba mengulas perjalanan Timnas Indonesia di lima edisi Piala AFF. Edisi mana yang paling menyakitkan kalian?
Piala Tiger 2000
Hajatan ketiga turnamen ini merupakan awal kutukan timnas Indonesia. Tergabung di grup A bersama tuan rumah Thailand, Aji Santoso dkk harus puas berada di posisi runner-up grup setelah mengumpulkan enam poin dari tiga laga.
Di laga perdana, Indonesia dengan mudah mengalahkan Filipina dengan skor telak 3-0. Tetapi di laga selanjutnya, mereka justru dibantai 1-4 oleh Thailand yang saat itu diperkuat penyerang tajam, Kiatisuk Senamuang.
Namun, kemenangan fantastis 5-0 atas Myanmar di laga pamungkas babak grup sudah cukup mengantarkan Indonesia ke babak semi-final. Mereka telah ditunggu runner-up edisi sebelumnya, Vietnam.
Walaupun The Golden Stars, julukan Vietnam, berstatus juara grup B, Indonesia tak ciut nyali. Lewat pertarungan sengit, mereka berhasil memenangkan pertandingan lewat golden goal Gendut Doni setelah bermain imbang 2-2 di waktu normal.
Tetapi di laga puncak, Indonesia seperti kehilangan taringnya. Thailand yang sempat menghajar mereka di babak grup, kembali menghajar mereka dengan skor yang identik.
Piala Tiger 2002
Kegagalan dua tahun sebelumnya, melecut motivasi Indonesia. Kebetulan, turnamen kali ini Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah.
Tetapi sepertinya ekspektasi tersebut membuat Indonesia tak bisa tampil lepas. Di laga perdana, mereka hanya mampu bermain imbang tanpa gol dengan Myanmar.
Sempat menang atas Kamboja, mereka justru kembali bermain imbang saat hadapi Vietnam dengan skor kacamata. Kepastian lolos ke babak selanjutnya, diputuskan pada laga pamungkas babak grup kontra Filipina.
Bambang Pamungkas dkk mengamuk dan menggebuk mereka dengan skor telak 13-1. Sayangnya, perolehan poin mereka tak bisa melewati Vietnam yang duduk sebagai juara grup.
Bambang Pamungkas yang tengah dalam masa emasnya memimpin Indonesia menghadapi Malaysia di partai semi-final. Pria yang kala itu berseragam Persija Jakarta itu menjadi penentu kemenangan lewat gol semata wayangnya pada pertengahan babak kedua.
Kembali menghadapi Thailand, Indonesia bertekad membalas dendam di depan puluhan ribu pendukungnya. Pertandingan berjalan panas, tetapi keunggulan jumlah pemain gagal dimanfaatkan Indonesia yang hanya sanggup bermain 2-2 hingga berakhir masa tambahan waktu.
Tetapi sekali lagi, dewi fortuna belum memihak mereka. Meskipun tembakan penendang pertama Thailand gagal, Bejo Sugiantoro dan M. Sandy justru gagal mengeksekusi tugasnya dengan baik. Thailand kembali berpesta dan lebih menyakitkan lagi, mereka melakukannya di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta.
Piala Tiger 2004
Tahun 2004 merupakan era kemunculan Boaz Solossa di timnas Indonesia. Pemuda yang kala itu masih berusia 17 tahun langsung mencuri perhatian panggung interkontinental berkat aksinya sepanjang turnamen.
Indonesia tak kesulitan melewati babak grup. Mereka berhasil menang atas Vietnam, Laos dan Kamboja serta sekali bermain imbang tanpa gol dengan Singapura untuk memuncaki klasemen grup A.
Pada babak semi-final yang pertama kalinya menganut sistem home-away, Indonesia tertinggal secara agregat terlebih dahulu. Secara mengejutkan mereka tumbang 1-2 atas Malaysia di SUGBK.
Namun, pada leg kedua yang berlangsung di Stadion Nasional Bukit Jlai, Malaysia, mereka berhasil bangkit. Walaupun mendapat tekanan dari suporter tuan rumah sepanjang laga, mereka berhasil menang dengan skor cukup telak 4-1.
Menghadapi Singapura, Indonesia kembali melakukan kesalahan yang sama pada leg pertama final yang berlangsung di SUGBK, Jakarta. Mahyadi Panggabean hanya sanggup mencetak gol hiburan selagi Singapura telah unggul tiga gol.
Bertekad mengulang keajaiban seperti halnya pertandingan semi-final, Indonesia justru tak bisa berbuat banyak. Singapura bermain hati-hati dan sanggup meredam serangan kejutan Indonesia untuk mengenggam gelar keduanya di turnamen ini.
Piala AFF 2010
Turnamen ini bisa dibilang merupakan kegagalan terbesar Indonesia. Tak seperti edisi-edisi sebelumnya dimana Indonesia nyaris membawa pulang trofi, kali ini mereka bermain kesetanan sejak awal turnamen.
Berturut-turut mereka berhasil membabat Malaysia, Laos dan Thailand untuk memuncaki babak grup. 13 gol yang dibuat serta dua gol yang tercipta ke gawang mereka, menjadi bukti kengerian skuad arahan Alfred Riedl ini.
Rekor 100% kemenangan juga berhasil mereka pertahankan setelah dua kali menang tipis 1-0 atas Filipina. Pemain naturalisasi, Cristian Gonzales menjadi sumber inspirasi kemenangan Indonesia.
Namun, sekali lagi mereka menghadapi halangan tak kasat mata yang sangat susah ditembus. Kembali menghadapi Malaysia yang pernah mereka bantai di babak grup, membuat Indonesia menjadi unggulan di pertandingan ini.
Segalanya berjalan sempurna hingga satu jam permainan di Stadion Nasional Bukit Jalil, Malaysia. Tetapi laser yang diarahkan ke mata penjaga gawang Indonesia, Markus Horison, membuat pertandingan terpaksa dihentikan sementara waktu.
Jeda 15 menit untuk meredakan protes petinggi PSSI dari tribun penonton, nyatanya harus dibayar mahal. Fokus dan konsentrasi mereka sudah tak 100% ke pertandingan.
Safee Sali lantas menjadi mimpi buruk bagi Indonesia dengan sepasang brace dalam kemenangan 3-0 di leg pertama. Indonesia bertekad membalas di leg kedua yang berlangsung di Indonesia, tetapi hal itu tak cukup.
Kemenangan 2-1 atas Malaysia di leg kedua tak berarti apapun. Irfan Bachdim dkk dipaksa melihat sang rival merayakan gelar perdana mereka di ajang ini di depan puluhan ribu pendukung Indonesia.
Piala AFF 2016
Edisi 2016 merupakan kali terakhir Indonesia bisa sedekat itu dengan gelar Piala AFF. Namun, pada edisi kali ini penampilan Indonesia jauh dari kata meyakinkan.
Setelah dibekuk Thailand pada laga perdana babak grup, mereka pun hanya bermain imbang dengan Filipina yang telah dihuni banyak pemain naturalisasi. Beruntung di laga pamungkas, Indonesia berhasil memaksakan kemenangan atas Singapua lewat gol telat Stefano Lilipaly.
Ketangguhan mental Indonesia diperlihatkan Indonesia saat menghadapi Vietnam di semi-final. Tak diunggulkan sama sekali, Indonesia berhasil 'mencuri' kemenangan penting 2-1 pada leg pertama yang berlangsung di Stadion Pakansari, Bogor.
Indonesia sejatinya berpeluang menyelesaikan misi di Vietnam jika tak kecolongan gol Vu Minh Tuan di masa injury time. Tetapi eksekusi penalti Manahati Lestusen di babak tambahan menjadi penentu kelolosan Indonesia ke partai puncak.
Menghadapi Thailand yang pernah menaklukkan mereka di babak grup, tak membuat Hansamu Yama dkk gentar. Tuah Stadion Pakansari kembali memberikan kemenangan 2-1 bagi Indonesia sebagai bekal menghadapi leg kedua di Negeri Gajah Putih.
Thailand yang tak mau kehilangan muka di depan pendukungnya, bermain spartan sepanjang. Alhasil, brace dari Siroch Chatthong memastikan Indonesia kembali pulang ke tanah air dengan status runner-up.