Bola.com, Jakarta - Alfred Riedl memang telah tiada, tapi jasanya buat Tanah Air tak akan sirna. Satu di antara warisan terbaiknya adalah penampilan ciamik Timnas Indonesia pada Piala AFF 2010, meski pada akhirnya tumbang oleh Malaysia di partai puncak.
Di Grup A, Timnas Indonesia dan Malaysia tergabung bersama Thailand dan Laos, sementara Grup B yang dimainkan di Vietnam dihuni tuan rumah bersama Filipina, Singapura, dan Myanmar.
Pada pertandingan kedua dan ketiga penyisihan grup, Indonesia lagi-lagi memberikan kegembiraan dengan menggulung Laos dengan skor 6-0 serta menumbangkan tim kuat, Thailand, dengan skor 2-1.
Secara khusus, kemenangan atas Thailand yang kala itu sudah tiga kali meraih trofi juara Piala AFF, diperoleh secara dramatis karena dihasilkan di menit akhir (menit 91) lewat penalti Bambang Pamungkas.
Timnas Indonesia pun melaju ke semifinal sebagai juara grup dengan nilai sempurna, sembilan, mencetak total 13 gol dan hanya kebobolan dua gol. Langkah Indonesia ini diikuti Malaysia, yang jadi runner-up Grup A.
Di semifinal, Tim Merah-Putih bertemu tim kuda hitam, Filipina. Di luar dugaan Filipina mampu menyingkirkan Singapura dan Myanmar untuk jadi runner-up Grup B mendampingi Vietnam yang jadi juara grup.
Di semifinal, keberuntungan bak menaungi Indonesia. Pasalnya, Filipina terpaksa memainkan laga kandangnya (leg pertama semifinal) di Stadion GBK, karena AFF tidak memberikan rekomendasi Filipina memainkan laga kandang di Manila lantaran stadion yang masih belum memenuhi syarat.
Kepercayaan diri Timnas Indonesia pun membumbung tinggi. Sempat kesulitan membongkar pertahanan The Azkals, gol tunggal Cristian Gonzales menyudahi perlawanan Filipina pada leg pertama. Di leg kedua, pemain naturalisasi asal Uruguay itu kembali jadi pahlawan karena gol tunggalnya mengirim Indonesia ke final.
Indonesia menyingkirkan Filipina di semifinal dengan agregat gol 2-0 dan mencapai final keempat sepanjang keikutsertaan di Piala AFF sejak edisi pertama pada 1996.
Di final, Timnas Indonesia kembali bersua musuh bebuyutan: Malaysia, yang membekuk Vietnam dengan agregat gol 2-0 di semifinal.
Sentimen anti-Malaysia dan sebaliknya, yang sedang terjadi pada masa-masa itu membuat tensi jelang pertandingan puncak memanas. Pemerintah kedua negara pun terpaksa turun tangan mendinginkan suporter masing-masing yang sudah "berperang" lewat media sosial.
Misteri Kekalahan di Final
Datang dengan motivasi dan semangat tinggi, Indonesia di luar dugaan dikalahkan Malaysia dengan skor 0-3 di leg pertama yang dimainkan di Stadion Nasional Bukit Jalil, Kuala Lumpur, pada 26 Desember 2010. Tiga gol seluruhnya tercipta di babak kedua lewat Safee Sali (dua gol) dan Ashaari Shamsuddin.
Sejumlah insiden terjadi di leg pertama itu. Semisal protes yang dilancarkan para pemain Indonesia pada menit ke-53 dengan meninggalkan lapangan akibat adanya sinar laser dari penonton yang diarahkan ke kiper Markus Horison. Kabarnya, hal itu sebagai pembalasan karena saat pertemuan di penyisihan grup, ditengarai suporter Indonesia melakukan hal sama terhadap kiper Malaysia, Mohd Sharbinee.
Indonesia pun memikul beban berat di leg kedua, 29 Desember 2010, karena harus mencetak lebih dari tiga gol agar bisa menyamakan skor dan untuk jadi juara, harus lebih banyak gol lagi yang diciptakan serta menjaga gawang agar tidak kebobolan.
Dengan dukungan puluhan ribu suporter setia di Stadion GBK, perjuangan yang dilakukan Tim Merah-Putih mencapai garis akhir. Indonesia menang 2-1 lewat gol Nasuha dan M. Ridwan, namun tetap gagal merengkuh gelar juara karena kalah agregat gol 2-4.
Banyak kalangan menilai bila saja penalti Firman Utina pada menit ke-18 sukses jadi gol, hasil pertandingan kala itu akan berbeda. Alih-alih menjebol gawang lawan terlebih dulu, Malaysia justru lebih dulu membobol gawang Indonesia lewat Safee Sali pada babak pertama. Sementara dua gol Indonesia tercipta di babak kedua.
Penyesalan dan luapan ketidakpuasan bermunculan di kalangan pencinta sepak bola Indonesia. Terlebih, setelah muncul dugaan adanya "permainan" yang dilakukan petinggi PSSI yang membuat Tim Merah-Putih kalah telak 0-3 pada leg pertama.
Rumor tidak sedap yang perihal partai final yang diwarnai adanya bandar judi besar dan para petinggi PSSI ada di balik hal itu, berembus kencang. Keberadaan beberapa oknum petinggi PSSI yang berada di ruang ganti pemain saat pertandingan dikabarkan jadi salah satu bukti hal itu.
Selain itu, penampilan sejumlah pemain yang di partai final tidak seperti biasanya, membuat isu semakin santer terdengar. Beberapa pemain ditengarai sudah dibeli untuk membuat Tim Merah-Putih kalah.
Belum lagi, adanya surat kaleng yang dikirimkan dengan identitas Eli Cohen kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Surat itu membeberkan adanya dugaan suap di partai final Piala AFF 2010 itu serta meminta Presiden SBY menyelidiki dugaan itu.
Hanya, sampai sekarang, apa yang sebenarnya terjadi pada partai final enam tahun lalu itu masih jadi misteri. Tidak ada penyelidikan yang dilakukan dan pencinta Tim Garuda harus puas dengan jawaban bila timnas kesayangan memang kalah kualitas dan permainan dari Timnas Malaysia.
Kombinasi Tua-Muda
Bicara soal komposisi pemain yang diturunkan Alfred Riedl di Piala AFF 2010, pelatih asal Austria itu menampilkan skema 4-4-2 dengan mengandalkan Cristian Gonzales dan Irfan Bachdim sebagai duet ujung tombak.
Sektor sayap kiri diisi Oktovianus Maniani sedangkan sayap kanan jadi milik Muhammad Ridwan. Dua sayap itu ditopang Firman Utina dan Ahmad Bustomi di tengah.
Sementara empat bek dihuni M. Nasuha sebagai bek kiri, Maman Abdurrahman dan Hamka Hamzah di pos bek tengah, serta Zulkifli Syukur (bek kanan). Di belakang mereka ada Markus Horison yang berdiri menjaga gawang Indonesia.
Tim ini merupakan perpaduan pemain senior, semisal Bambang Pamungkas, Firman Utina dengan pemain yang terbilang baru memiliki jam terbang minim di timnas senior seperti Johan Juansyah, Yongki Aribowo, Kurnia Meiga, dan Beny Wahyudi.
Nama Boaz Solossa yang pada 2010 tampil gemilang bersama Persipura, jadi pemain terbaik ISL dan pencetak gol terbanyak musim 2010, justru ditepikan Alfred Riedl karena dianggap mangkir dari panggilan menjalani pemusatan latihan. Alfred, yang mengedepankan kedisiplinan, tidak bersedia menerima pemain yang telat bergabung dalam pelatnas.
Kolaborasi pemain veteran dan muka baru itu berjalan apik. Tim Merah-Putih mampu menyuguhkan permainan menghibur dengan umpan-umpan pendek dipadukan bola-bola panjang.
Kendati akhirnya gagal lagi untuk meraih gelar juara, permainan cepat penuh semangat yang diperagakan Timnas Indonesia di Piala AFF 2010 tetap mampu mengundang pujian, hingga insiden di partai final menodai dan jadi antiklimaks bagi Tim Merah-Putih.
Baca Juga
Stadion Nasional Dipakai Konser, Timnas Singapura Terpaksa Geser ke Jalan Besar di Semifinal Piala AFF 2024: Kapasitas Hanya 6 Ribu Penonton
Sydney Menyala! 3.250 Suporter Akan Dukung Timnas Indonesia Vs Australia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 pada 20 Maret 2025
3 Fakta Seretnya Gol Timnas Indonesia di Piala AFF 2024: Lini Depan Tumpul, STY Nggak Punya Solusi!