Bola.com, Jakarta - Piala AFF 2014 jadi momen pilu buat Evan Dimas. Pada penampilan pertamanya bersama Timnas Indonesia di ajang tersebut, ia memang berhasil mencetak gol ke gawang Laos. Akan tetapi, Filipina menghadirkan mimpi buruk buat gelandang yang kala itu tercatat sebagai pemain termuda.
Alfred Riedl membawa 23 pemain yang dirasa merupakan pilihan terbaik saat itu. Hanya, pemain semisal Irfan Bachdim dan Greg Nwokolo gagal berangkat karena cedera, serta Ahmad Bustomi dan Bayu Gatra Sanggiawan yang dicoret karena Evan Dimas dianggap lebih memenuhi kriteria untuk mengusung permainan yang diterapkan Alfred.
Pada Piala AFF 2014, mantan pelatih timnas Vietnam dan Laos itu gemar memainkan skema 4-2-3-1, berbeda dengan pola 4-4-2 yang diterapkannya di Piala AFF 2010.
Dengan skema 4-2-3-1 itu, Kurnia Meiga jadi kiper utama. Zulkifli Syukur, M. Roby, Victor Igbonefo, dan Rizky Pora jadi benteng kuartet pertahanan bersama Raphael Maitimo dan Manahati Lestusen yang bermain lebih bertahan. Sektor tengah dihuni trio M. Ridwan,Boaz Solossa, serta Zulham Zamrun yang menopang penyerang utama Sergio van Dijk.
Perhatian khusus pantas diberikan buat Evan Dimas. Selain jadi pemain termuda di tim saat itu, 19 tahun, Evan menjalani debut bersama timnas senior jelang ajang ini. Meski jadi yang termuda, Evan tidak terlihat grogi bermain bersama para senior dan mengemban tugas tak ringan di lini tengah Tim Garuda.
Debut tak resmi Evan di timnas senior terjadi saat menjamu Timor Leste di SUGBK pada 11 November 2014 dalam laga persahabatan sebagai persiapan Piala AFF 2014. Evan mencetak gol perdana di timnas senior untuk membantu timnas mengalahkan Timor Leste 4-0.
Pada pertandingan melawan Vietnam dan Filipina, Alfred Riedl mencadangkan Evan. Mantan kapten Timnas U-19 itu baru turun sebagai starter di laga melawan Laos. Pada pertandingan terakhir di penyisihan grup itu, Evan menyumbang satu gol. Namun, sumbangan satu gol itu tetap tak mampu membawa Indonesia melaju ke semifinal.
Piala AFF 2014 akhirnya dimenangi Thailand yang mengalahkan Malaysia di partai final dengan skor agregat 4-3. Raihan itu jadi trofi keempat Thailand di Piala AFF sekaligus menjadikan The War Elephants sebagai juara bertahan di Piala AFF 2016, yang tinggal 17 hari lagi bergulir.
Filipina Jadi Mimpi Buruk
Pada pertandingan pertama di penyisihan Grup A, 22 November 2014 di Stadion My Dinh, Timnas Indonesia sudah harus menghadapi lawan yang dianggap terberat: Vietnam.
Bayang-bayang kekalahan sempat menghinggapi mengingat menit ke-11, gawang yang dijaga Kurnia Meiga sudah kebobolan. Tim Garuda akhirnya mampu memaksakan hasil imbang 2-2 dengan tim tuan rumah lewat gol Samsul Arif pada menit ke-84. Indonesia selamat dari kekalahan dan bersiap menghadapi lawan selanjutnya, Filipina (25/11/2015).
Di atas kertas, Filipina semestinya bukan lawan yang sulit ditundukkan. Kendati, dalam dua edisi Piala AFF sebelumnya, The Azkals berstatus sebagai semifinalis. Namun, di lapangan yang terjadi sebaliknya. Indonesia di luar dugaan justru dihajar empat gol tanpa balas.
Penalti Philip Younghusband pada menit ke-16 jadi awal mimpi buruk Tim Garuda. Saat tertinggal 0-3, Indonesia harus kehilangan Rizky Pora yang mendapat kartu merah pada menit ke-73. Bermain dengan 10 pemain, membuat Filipina mampu menjebol gawang Indonesia lagi pada menit ke-79.
Kekalahan itu pantas jadi mimpi buruk karena pada Piala AFF 2002, Tim Merah-Putih mampu menggulung The Azkals dengan skor fantastis: 13-1. Bak putaran nasib, 12 tahun berselang giliran Filipina yang membobol Indonesia dengan skor telak.
Rekor 56 Tahun Putus!
Kekalahan itu jadi salah satu catatan buruk Timnas Indonesia. Secara khusus, kekalahan Indonesia dari Filipina itu jadi yang pertama sepanjang 56 tahun dalam 22 laga terakhir di pentas internasional antar kedua negara.
"Anda lihat, pertandingan itu (Filipina vs Indonesia) adalah duel tim fit melawan tim dengan stamina tak fit. Saya terkejut dengan hasilnya. Saya pikir kami bisa menantang tim ini," kata Alfred Riedl seusai laga melawan Filipina.
Gara-gara kalah dari Filipina, posisi Indonesia di Piala AFF 2014 pun di ujung tanduk. Partai terakhir menghadapi Laos (28/11/2014) harus dimenangi dengan marjin gol besar bila ingin lolos ke semifinal. Pasalnya, nasib Indonesia juga ditentukan partai Vietnam versus Filipina.
Timnas Indonesia mengamuk saat melawan Laos. Kendati bermain hanya dengan 10 pemain sejak menit ke-30, Tim Merah-Putih mampu melibas Laos dengan skor 5-1, sekaligus meraih kemenangan pertama dan terakhir Indonesia di penyisihan grup.
Namun, apa daya, kemenangan itu sia-sia karena Vietnam mampu mengalahkan Filipina dengan skor 3-1. Vietnam pun memimpin klasemen Grup A dengan poin tujuh, disusul Filipina (6 poin), dan Indonesia di peringkat ketiga (empat poin).
Sepulang dari Vietnam, tepatnya pada awal Desember 2014, PSSI resmi memutus kontrak Alfred Riedl karena dianggap gagal memenuhi target. Sebenarnya, Alfred dikontrak dengan durasi tiga tahun, namun kontraknya otomatis terputus bila gagal membawa Indonesia jadi juara Piala AFF 2014 di tahun pertama kontraknya.