Bola.com, London - Gelandang Chelsea, Kai Havertz tidak panik atas performanya yang kurang maksimal di awal musim ini. Gelandang asal Jerman itu tenang karena optimistis dengan sang manajer.
Havertz mengakui, manajer The Blues Thomas Tuchel secara terbuka menuntut lebih dari pemain Timnas Jerman itu.
"Saya setuju dengannya tentang pramusim. Ketika Anda sukses dan Anda mencetak gol yang sangat penting, tentu saja itu memberi Anda kepercayaan diri, tetapi saya pikir ini bukan hanya tentang kepercayaan diri," kata Havertz di situs resmi klub, Sabtu (9/10/2021).
Pemain berusia 22 tahun itu baru mencetak satu gol dan satu assist dalam sembilan penampilan di semua ajang musim ini.
"Saya hanya merasa sangat baik. Saya tahu para pemain, staf, dan permainan, lawan sedikit lebih baik dan kadang-kadang ini juga banyak membantu Anda," lanjutnya.
“Tetapi bagi saya kepercayaan diri adalah hal terpenting dalam sepak bola dan ketika Anda memiliki ini, Anda sangat kuat dan lebih baik. Jadi ini merupakan kombinasi kepercayaan diri dan perasaan lebih di rumah," lanjutnya.
Musim lalu, Kai Havertz juga 'biasa' saja. Berstatus pemain termahal, dia mengemas sembilan gol dan sembilan assist dari 45 laga. Namun, dia menjadi pemain kunci Chelsea di final Liga Champions, dengan mencetak gol penentu kemenangan atas Manchester City.
Gol Penting
Kai Havertz menjadi pahlawan Chelsea menjadi juara Liga Champions 2020-2021.
Satu gol yang ia lesakkan pada menit ke-42 sudah cukup bagi Chelsea untuk mengalahkan Manchester City. The Blues pun berpesta mengangkat trofi Si Kuping Besar untuk kali kedua, setelah tahun 2012.
Tak hanya membawa Chelsea menjuarai Liga Champions musim ini, gol Havertz tersebut membuat sang pemain mengukir rekor di kompetisi antarklub elite Benua Biru. Havertz menjadi pemain Jerman pertama yang mencetak gol pada final Liga Champions setelah terakhir kali Ilkay Guendogan melakukannya pada 2013.
Kai Havertz (21 tahun 352 hari) juga merupakan pemain termuda Jerman yang mencetak gol pada partai final Liga Champions setelah Lars Ricken (20 tahun 322 hari) dalam laga Borussia Dortmund Vs Juventus pada 1997.
Gol semata wayang Havertz pada final Liga Champions kontra Manchester City pun menjadi pembuktian penyerang serbabisa asal Bayern Leverkusen tersebut. Ia sempat dicap rekrutan gagal The Blues.
Dorongan Sang Manajer
Havertz dibajak Chelsea dari Bayer Leverkusen pada bursa transfer musim panas dengan mahar transfer 80 juta euro (Rp1,3 triliun). Ia melesat menjadi pemain termahal Chelsea.
Ia mengaku selalu mendapat dorongan dari sang manajer.
“Dia selalu mengharapkan banyak hal baik dari Anda ketika Anda bermain di starting XI, juga ketika Anda masuk, jadi Anda harus selalu menunjukkan diri Anda dan juga pelatih apa yang bisa Anda lakukan, bahwa Anda siap bermain," katanya.
"Saya suka ini karena saya masih muda, saya harus banyak belajar. Saya tahu itu. Saya masih 22 tahun dan saya memiliki banyak tahun di depan saya. Terkadang saya juga ingin tahu kapan saya melakukan sesuatu yang tidak baik. Jadi itu bagus. bagi saya untuk memiliki pelatih yang membantu saya dalam situasi ini dan juga yang selalu ingin meningkatkan saya. Itu sangat bagus untuk saya."
Sumber: Chelsea