Indonesia Tanpa Gelar di Denmark Open 2021, Ini Evaluasi PBSI

oleh Yus Mei Sawitri diperbarui 24 Okt 2021, 20:00 WIB
Tim bulutangkis Indonesia berhasil melaju ke babak final Piala Thomas 2020 usai mengalahkan Denmark dengan skor 3-1. Titik balik kemenangan Indonseia ada ditangan Jonatan Christie yang dengan susah payah menaklukan Anders Antonsen. (AP via Ritzau Scanpix/Claus Fisker)

Bola.com, Odense - Indonesia gagal mengirimkan wakil ke final Denmark Open 2021 setelah Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti dan Tommy Sugiarto kandas di semifinal, Sabtu (24/10/2021). Faktor kelelahan dan cedera diklaim menjadi biang Indonesia gagal meraih gelar di turnamen ini. 

Sebelum Praveen/Melati dan Tommy, beberapa pemain lain berguguran di babak-babak sebelumnya. Bahkan, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan kandas di babak pertama Denmark Open 2021, sedangkan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon tersingkir di babak kedua. 

Advertisement

Pemain lain seperti Jonatan Christie, Gregoria Mariska Tunjung, Greysia Polli/Apriyani Rahayu, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto juga satu-persatu tersingkir.  Bahkan Anthony Sinisuka Ginting terpaksa mundur karena cedera pinggang. 

Apa penyebab wakil-wakil Indonesia tak bisa melangkah jauh dan gagal tampil di final, apalagi memboyong gelar?  

"Para pemain yang selepas tampil di Piala Sudirman di Finlandia dan Piala Thomas dan Uber di Denmark, banyak yang mengalami kelelahan, sehingga permainannya tidak bisa tampil maksimal di turnamen Denmark Open 2021," kata tim manajer Indonesia di Denmark Open 2021, Aryono Miranat, melalui rilis dari PBSI.

"Tenaga dan stamina mereka tidak cukup untuk kembali tampil maksimal di Denmark Open 2021 yang juga melibatkan pemain top dunia," imbuh Aryono. 

 

2 dari 3 halaman

Kiprah Pemain Pelapis

Ganda putra Indonesia, Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri. (PBSI)

Pemain pelapis juga tak banyak yang bisa melangkah jauh pada turnamen level Super 1.000 tersebut. Menurut Aryoni, ada beberapa penyebabnya. 

"Sedang para pemain pelapis yang baru merasakan bisa bermain di turnamen world tour level 1000, beberapa ada yang menunjukkan permainan yang baik," kata Aryono. 

"Hanya saja, faktor pengalaman bertanding yang masih kurang, mereka pada poin-poin akhir sering terburu-buru dan banyak melakukan kesalahan sendiri," sambung dia. 

 

3 dari 3 halaman

Butuh Jam Terbang

Menurut Aryono, para pemain pelapis masih butuh jam terbang lebih banyak lagi di turnamen-turnamen besar. 

"Mereka kurang tenang. Ini memang berhubungan erat dengan jam terbang pengalaman. Walaupun kalah, hal tersebut tetap ada sisi positifnya bagi mereka untuk bisa menambah jam terbang dan pengalaman karena kalahnya oleh pemain-pemain top level dunia," kata Aryono. 

"Selain itu, ada juga pemain yang dari segi permainannya di tengah lapangan, kurang berkembang. Mereka pun harus mengakui keunggulan lawan. Khusus pemain-pemain yang kurang bermain optimal ini, masing- masing pelatih yang akan mengevaluasi setiap sektornya," imbuh Aryono.