Bola.com, Jakarta - Nasib Ronald Koeman berakhir pahit. Belum masuk setengah musim Liga Spanyol 2021/2022, pria asal Belanda tersebut sudah harus angkat kaki. Ia dipecat setelah Barcelona kalah dari Rayo Vallecano, pada laga lanjutan La Liga.
Hasil buruk tersebut meneruskan rentetan apa yang terjadi sepanjang awal musim ini. Barcelona tiga kali takluk dalam empat pertandingan terakhir di kompetisi domestik.
Di level Eropa, Barcelona tak berdaya saat menghadapi dua raksasa, yakni Bayern Munchen dan Benfica. Kondisi tersebut membuat Barcelona terpuruk di klasemen Liga Champions dan Liga Spanyol.
Saat ini, Barcelona terancam gagal lolos ke fase knock-out Liga Champions, sesuatu yang terjadi 20 tahun silam. Sementara itu, duduk di peringkat 9 klasemen sementara Liga Spanyol, juga memberi sinyal negatif. Maklum, sang raksasa sangat jarang berada di area tersebut.
Tak heran jika pemecatan Ronald Koeman mendapat beragam reaksi, yang pada umumnya mendukung keputusan Presiden Barcelona, Joan Laporta. Seluruh media di Spanyol terlihat menyokong ketuk palu tersebut.
Beri Imbuhan
Namun, ada beberapa media yang akhirnya memberi imbuhan terhadap tulisan mereka terkait pemecatan Ronald Koeman. Seolah kompak, media seperti Marca, El Mundo Deportivo, Sport.es sampau El Pais, mengritik pedas performa Ronald Koeman selama menangani Barcelona.
Ejekan telak datang dari Marca. Media yang identik dengan Real Madrid ini menyebut, tingkah laku dan performa Koeman mirip dengan sang pendahulu, Louis Van Gaal. Satu catatan, kesamaan tersebut terjadi untuk periode kedua Van Gaal bersama El Barca.
Marca merilis, Koeman gagal memanfaatkan beragam perubahan yang diputuskannya sendiri, terutama pemilihan formasi serta pemain. Corak permainan mudah terbaca, tak konsisten, serta seolah tak tahu siapa yang harus menjadi kontrol permainan ketika tertekan.
Wajah Barcelona saat berada di tangan Ronald Koeman menjadi berbeda setiap pekan. Sayangnya, sebagian dari keputusan itu justru berujung negatif, baik di Liga Spanyol maupun Liga Champions.
Kerusakan linear yang terjadi di Barcelona mengingatkan publik terhadap apa yang ada di Barcelona pada kedatangan kedua Louis Van Gaal. Pada periode 2002/2003, Van Gaal memerlihatkan anomali penampilan. Memang, kala itu, Van Gaal sempat mencatat rekor, yakni 10 kemenangan beruntun di Liga Champions, tapi terengah-engah di liga domestik.
Kegagalan Riquelme
Kala itu, inkosistensi menghiasi perjalanan Loui Van Gaal sebelum dipecat manajemen Barcelona. Setelah empat kemenangan, empat seri dan tiga kekalahan dalam 11 laga awal musim 2002/2003, Barcelona justru tiga kali kalah, yakni dari Real Sociedad, Rayo Vallecano dan Sevilla.
Sempat naik ketika meraih dua kemenangan dan sekali seri, Barcelona kalah lagi dari Valencia dan Celta Vigo. Alhasil, Van Gaal dipecat dari Barcelona, dan meninggalkan Blaugrana di posisi ke-12 klasemen sementara. Posisi itu hanya berselisih tiga poin dari zona degradasi, dan tertinggal 20 angka di belakang sang pemuncak, Real Sociedad.
Kondisi Van Gaal berada di luar ekspektasi publik. Maklum, ia berhasil mendapatkan pemain yang sesuai dengan keinginannya. Ia mendatangkan kiper Robert enke, gelandang Gaizka Mendeita dan playmaker flamboyan, Juan Roman Riquelme.
Sayang, tiga pemain tersebut gagal bersinar. Catatan tertuju ke arah Riquelme, yang gagal total menggantikan peran Rivaldo. Kini, catatan Van Gaal disamai Ronald Koeman, yang 'memutuskan' melepas Lionel Messi dan Antoine Griezmann.