Bola.com, Jakarta - Para penggila Liga Inggris pasti tak sabar menunggu akhir pekan ini. Sesuai jadwal, satu di antara pertarungan akbar akan menghadirkan Manchester United kontra Manchester City, di Stadion Old Trafford.
Perjumpaan dua tim sekota ini menjadi pelampiasan sekaligus pembuktian bagi banyak faktor, baik dari sisi pemain, pelatih sampai tradisi klub secara umum. Duel ini akan memanggungkan level tim yang sedang mencari konsistensi dan tim yang terus berjuang menekan sang pemuncak klasemen sementara, Chelsea.
Tak hanya itu, Ole Gunnar Solskjaer dan Pep Guardiola juga sedang menjadi sorotan. Ole masih terganggu inkonsistensi, sedangkan Pep Guardiola wajib menjaga ritme tim.
Urusan mengelola ritme tim tak lepas dari stok para pemain yang ada. Nah, jelang derbi Manchester tersebut, beberapa media Inggris mengangkat isu menarik terkait para penggawa kedua tim.
Dua di antara yang mendapat atensi lebih adalah Jadon Sancho di kubu Manchester United dan Raheem Sterling di pihak Manchester City. Dua pemain ini memiliki kesamaan nasib, yakni susah mendapat tempat di tim utama serta pertanyaan terkait masa depan mereka. Bedanya, mereka punya jalan serta tujuan lain untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Anggapan Publik
Maklum, sebagian besar publik menganggap Jadon Sancho dan Raheem Sterling adalah dua pemain dengan tipikal menyerang yang paling menarik di sepak bola saat ini. Mereka berciri sayap yang sanggup mencetak gol, selaras dengan kesanggupan menciptakan peluang.
Semua itu ditambah fakta Raheem Sterling adalah bintang Inggris di panggung Euro 2020. Sedangkan Jadon Sancho, akhirnya pindah ke Liga Inggris dengan banderol 85 juta pounds. Oleh karena itu, ekspektasi publik tergolong tinggi terhadap penampilan duo persona Timnas Inggris tersebut.
Sayang, menuju derbi ke-186, nasib Jadon Sancho dan Raheem Sterling menjadi pembahasan kritis yang menarik. Dua orang ini masih harus mencari tempat di Manchester United dan Manchester City.
Atensi pertama tertuju ke Raheem Sterling. Ia adalah pemain yang bersinar pada turnamen Piala Eropa 2020. Namun, hal itu tak berlaku bersama Manchester City pada musim ini.
Pelatih Manchester Biru, Pep Guardiola seolah tak menggubris performa Sterling bersama Timnas Inggris. Sterling hanya merasakan 17 pertandingan di semua kompetisi, dengan hanya merasakan 3 kali starter dalam 10 laga Liga Inggris.
Nasib Ngenes
Pada sisi lain, nasib tak beda jauh dirasakan Sancho. Dia datang dari Borussia Dortmund dengan asa tinggi. Sayang, Sancho seolah tak sanggup bersaing di internal Carrington, sehingga harus tersingkir.
Pemain berusia 21 tahun ini baru merasakan enam pertandingan di seluruh kompetisi, dan tiga laga di pentas Liga Inggris. Hal lain yang buruk : Sancho belum mencetak gol!
Hal itu berbeda dengan Sterling, yang sudah menyumbang dua gol. Saat ini, Sterling berstatus pencetak gol terbanyak ke-5 pemain asal Inggris di panggung Liga Champions. Ia kalah dari Wayne Roonye, Steven Gerrard, Paul Scholes dan Frank Lampard.
Gol ke gawang Club Brugge tengah pekan lalu tak membuat Pep Guardiola serta merta menjamin posisinya dalam derbi Manchester. "Anda harus menanyakan ke Sterling. Saya selalu berharap yang terbaik dari para pemainku. Kita membela tim yang luar biasa, kita beruntung di sini, dan saya butuh penampilan terbaik. Tak hanya pemain, tapi juga dari para staf dan semua yang ada di belakang layar," jelas Pep Guardiola.
Bisa jadi, pangkal masalah komentar Pep Guardiola tersebut datang dari momen kurang dari sebulan lalu. Saat itu, Sterling menyebut kalau dirinya terbuka untuk pergi ke manapun demi mendapat menit bermain yang lebih banyak.
Salah Sendiri?
Pascakomentar tersebut, Pep Guardiola bersikap sangat jelas, yakni tak lagi respek terhadap pemain berusia 26 tahun tersebut. "Saya tak tahu tentang komentar Sterling, begitu juga pihak klub," tegasnya.
Pep Guardiola menohok Raheem Sterling dengan perbadingan kontra pemain lain. "Mahrez tak main, dia tak komplain. Begitu juga pemain seperti Cancelo, tak protes. Intinya, jika memang tak nyaman lagi, pemain bebas membuat keputusan terbaik baginya dan keluarganya," sebut eks arsitek Barcelona dan Bayern Munchen tersebut.
Performa bagus Sterling kala bersua Club Brugge memang bisa membuka mata hati Pep Guardiola. Tapi, seperti halnya ketegasan di Barcelona dan Bayern Munchen, bukan berarti Sterling akan mendapatkan tempat utama.
Perebutan starting XI yang ketat juga terjadi di Manchester United. Jadon Sancho menjadi korban dari keganasan kompetisi di negaranya sendiri. Jika dirinya bisa bebas bermain bareng Borussia Dortmund, hal itu tak ada dalam kamus Manchester United.
Alhasil, cerita Sancho berbeda dengan Sterling. Seluruh penggemar dan pemerhati sepakat, kebaradaan Jadon Sancho adalah demi penampilan Manchester United yang sekarang dan masa depan.
Gimana Akhir Pekan?
Intensi itu yang membuat posisi Sancho aman pada awalnya. Namun, semua berubah ketika Cristiano Ronaldo datang. ESPN merilis, keberadaan Cristiano Ronaldo tak sanggup mengatrol performa Sancho, yang membuat sang pemain tenggelam.
Padahal, Manchester United harus bekerja keras guna mendatangkan Sancho. Setidaknya, mereka butuh dua tahun agar merealisasikan ambisi mendapat pesepak bola yang dianggap masa depan Timnas Inggris ini.
Pesona Sancho bersama Borussia Dortmund memang luar biasa. Ia mencetak 50 gol dan 64 asis dari 137 pertandingan. Semua itu nyaris tak berbekas saat pindah ke Old Trafford. Ia mendapat 15 pertandingan di semua kompetisi, dan hanya mengoleksi 520 menit, alias 38 persen dari semua potensi menit bermain sejak awal musim.
Satu yang ngenes, ia baru merasakan waktu bermain 90 menit ketika Manchester United bersua West Ham United di Carabao Cup. Situs resmi Premier League merilis, Sancho tergolong miskin dalam kontribusi, satu di antaranya adalah catatan 18 sentuhan bola saja di Liga Inggris.
Oleh karena itu, pada akhir pekan ini, Sancho harus berbuat sesuatu, atau bisa dibilang melakukan apapun demi membantu kariernya di Manchester United. Sedihnya, kemungkinan dua pemain ini akan sama-sama berkontemplasi terlebih dulu di bangku cadangan pada akhir pekan ini.