Liga 2: Wali Kota Yogyakarta Keberatan dengan Label Derbi Mataram Antara PSIM dan Persis

oleh Hery Kurniawan diperbarui 11 Nov 2021, 19:52 WIB
Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti (ketiga dari kiri) bersama jajaran pemain, pelatih, dan manajemen klub PSIM dalam pertemuan di Balaikota Yogyakarta, Jumat (31/5/2019). (Bola.com/Vincentius Atmaja)

Bola.com, Solo - Rivalitas antara Persis Solo dan PSIM Yogyakarta sudah berlangsung cukup lama, hingga selalu terjadi friksi ketika kelompok suporter kedua tim bertemu. Hubungan antara Pasoepati (kelompok suporter Persis) dan Brajamusti (PSIM) hingga kini masih panas terbalut dalam derbi Mataram bertahun-tahun lamanya.

Akan tetapi perlahan mulai terkikis, ketika pemimpin kedua Kota tersebut menunjukkan sikap yang sejuk menyejukkan bagi publik sepak bola dalam satu trah Mataram. Mengingat baik Yogyakarta dan Solo adalah dua wilayah dalam sejarah panjang kerajaan Mataram.

Advertisement

Bebeapa waktu lalu, Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka bekunjung ke Yogyakarta untuk bertemu Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti. Keduanya bertukar kostum tim, menggambarkan rivalitas memang harus segera diakhir.

Terbaru adalah giliran Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti yang datang ke Solo, bertemu Wali Kota Gibran Rakabuming Raka, untuk menandatangani perjanjian kerja sama pengembangan pariwisata antara Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta dengan Pemkot Solo di Bale Tawang Arum, Balai Kota Solo, Rabu (10/11/2021).

Pernyataan menarik datang dari Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti. Ia mengaku keberatan dengan label Derbi Mataram untuk menyebut pertandingan antara PSIM Yogyakarta lawan Persis Solo.

Menurut Haryadi, label tersebut dinilai terlalu berlebihan dan provokatif. Haryadi merasa laga antara PSIM dan Persis sama seperti pertandingan sepak bola pada umumnya.

"Saya jelas keberatan dengan sebutan derbi. karena seolah-olah ada sesuatu. Derbi itu kan pertarungan ya. Padahal itu kan jadwal saja," kata Haryadi.

2 dari 4 halaman

Bersikap Sportif

Pemain PSIM Yogyakarta merayakan gol ke gawang Barito Putera dalam laga uji coba di Stadion Mandala Krida, Yogyakarta, Selasa (8/6/2021). (Dok PSIM Yogyakarta)

Haryadi menyebut Yogyakarta dan Solo memiliki banyak kesamaan. Apalagi keduanya berakar pada tradisi budaya yang tumbuh dari Dinasti Mataram. Menurutnya, Brajamusti dan Pasoepati seharusnya dapat bersinergi untuk mengembangkan sepak bola nasional.

"Ini jadwal yang harus kita lalui. Derby kan seolah-olah bagaimana gitu ya. Apalagi Derby Mataram. Mataram itu ya satu, Yogya dan Solo itu satu kesatuan," katanya.

Sosok yang sempat menjadi Ketua Umum PSIM periode 2010-2013 itu mengimbau agar suporter masing-masing klub sepak bola dapat menjunjung tinggi sportivitas di dalam dan di luar arena pertandingan.

"Sportif itu kalau menang tidak jumawa, kalah tidak ngamuk. Itu sportif. Pahami itu sebagai sebuah dinamika dari kegiatan olahraga. Jangan nyerempet ke mana-mana," lanjut Haryadi.

Sementara itu, Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka yakin pertandingan PSIM Yogyakarta kontra Persis Solo yang dijadwalkan 15 November mendatang akan berjalan tanpa kendala. Pemkot Solo bersama Polresta Surakarta pun telah mengantisipasi potensi ricuh antar suporter dengan meningkatkan keamanan.

"Kalau pengamanan kita tetap siap siaga. Tapi saya yakin besok adem ayem kok. Tenang saja," katanya.

3 dari 4 halaman

Rivalitas 90 Menit

Ribuan suporter Persis Solo saat memadati tribune timur Stadion Maguwoharjo. (Bola.com/Vincentius Atmaja)   

Dalam kesempatan itu hadir pula Presiden salah satu kelompok suporter PSIM Yogyakarta, Brajamusti, Muslich Burhanuddin. Juga Presiden Pasoepati, Maryadi Gondrong.

Maryadi mengaku sudah sering berkomunikasi dengan Burhanuddin melalui grup WhatsApp Suporter Indonesia yang beranggotakan ketua-ketua kelompok suporter di tanah air. Namun ia baru pertama kali ini bertemu dengan pentolan Laskar Mataram itu.

"Kami sering komunikasi tapi ketemu secara langsung baru kali ini," kata pimpinan Laskar Sambernyawa itu.

Maryadi mengakui pertandingan antara PSIM melawan Persis sering menimbulkan ketegangan antara Brajamusti dan Pasoepati. Tak jarang pertandingan di stadion berlanjut dengan kerusuhan yang melibatkan Laskar Mataram dan Laskar Sambernyawa.

"Tapi dalam hal ini menurut saya masih dalam batas yang masih wajar. Tapi kita berharap rivalitas itu hanya 90 menit di lapangan. Setelah itu selesai," katanya.

4 dari 4 halaman

Wujudkan Perdamaian

Kelompok suporter PSIM, Brajamusti. (Bola.com/Ronald Seger Prabowo)

Sementara itu, Muslich mengatakan Brajamusti dan Pasoepati akan mengadakan pertemuan-pertemuan lanjutan untuk menyusun agenda yang lebih konkret untuk mempersatukan Brajamusti dan Pasoepati.

"Kami tetap mempunyai agenda bagaimana caranya antara suporter Solo dengan Jogja itu bisa bersatu. Seperti yang disampaikan Mas Gibran tadi, Solo dan Jogja harus sinergi. Insyaallah suporternya juga," jelasnya.

Persis Solo akan berhadapan dengan PSIM Yogyakarta dalam lanjutan fase Grup C Liga 2 musim 2021 ini. Laga itu akan dilangsungkan di Stadion Manahan, Solo pada 15 November mendatang. Pada pertemuan pertama, kedudukan berakhir sama kuat 0-0. (Bayu Satrio)

Berita Terkait