Bola.com, Malam - Pelatih Arema FC, Eduardo Almeida, bisa dibilang cukup berhasil di awal BRI Liga 1 2021/2022. Tim berjuluk Singo Edan dibuatnya bercokol di posisi ketiga klasemen sementara dengan 20 poin.
Padahal Arema mencatat start jelek di awal musim. Mereka baru memetik kemenangan di pekan 5. Setelah itu Arema tancap gas dan bisa bersaing di papan atas.
Sentuhan Eduardo Almeida mulai terlihat. Pelatih asal Portugal itu bisa membuat timnya bermain kompak dan disipin. Pertama, dia membenahi sektor pertahanan. Lima laga beruntun tanpa kebobolan jadi buktinya.
Setelah itu, dia mempertajam lini depan. Sekarang, Carlos Fortes sudah mengoleksi 6 gol, sedangkan Kushedya Hari Yudo dan M. Rafli dua gol. Satu striker lain, Dedik Setiawan, baru sekali menjebol gawang lawan.
Namun apa yang dilakukan Almeida memperbaiki performa Arema tak semudah membalik telapak tangan. Konsentrasinya sempat terusik kritikan pedas Aremania.
Terutama setelah Arema FC kalah dari PSS Sleman di pekan ketiga. Banyak suporter yang menginginkan Almeida dicopot dari jabatannya, karena sang pelatih dianggap tidak membawa hoki.
Saat itu, alasannya di setiap pertandingan, Arema selalu dapat banyak peluang emas. Namun banyak juga yang terbuang sia-sia karena pemain depan kurang tenang.
Manjaemen Arema FC sempat mengultimatum jika di pengujung seri pertama tidak ada kemenangan yang didapat, kontrak Eduardo Almeida bisa berakhir lebih cepat.
Namun, kini Aremania perlahan menyukai Almeida, karena dianggap bisa mengangkat prestasi Singo Edan.
Cara Beda Almeida Hadapi Kritikan di Media Sosial
Ketika gelombang kritikan datang, Almeida punya cara beda menghadapinya. Salah satunya menonaktifkan kolom komentar di akun Instagram miliknya. Dia baru membuka kolom komentarnya beberapa pekan kemudian, tepatnya setelah kemenangan perdana di Liga 1 lawan Persipura Jayapura pada pekan kelima.
Mematikan kolom komentar ini tentu punya tujuan, agar konsentrasinya tidak terganggu karena banyak komentar pedas kepadanya. Para pelatih asing Arema sebelumnya tidak melakukan hal ini.
Pelatih seperti Milomir Seslija, Milan Petrovic hingga Mario Gomez tak sampai dapat kritikan seperti yang dialami Almeida. Para pelatih asing itu melakukan start awal musim yang tidak terlalu buruk.
Sebenarnya, sejak kompetisi belum diputar, Almeida sudah meminta Aremania memaklumi jika ada hasil kurang bagus di awal musim. Dia sudah memprediksinya karena saat persiapan Singo Edan kesulitan menggelar ujic oba dengan tim selevel.
Pandemi virus corona membuat laga uji coba tak bisa digelar sembarangan. Harus ada protokol kesehatan ketat dan menimbulkan biaya besar untuk melakukannya.
Pelit Informasi soal Strategi
Ada sebuah karakter khas dalam diri Almeida. Dia termasuk pelatih yang pelit informasi terkait strategi.
Bahkan penilaian khusus soal pemain, Almeida tak suka mengumbarnya ke media. Sepertinya, ini bagian dari strategi, sehingga tim lawan sulit melacak seperti apa kondisi terkini Singo Edan.
Dia juga terbantu dengan kondisi pandemi, karena media tak bisa leluasa meliput latihan Arema. Ditambah lagi dia sering memberikan kejutan dalam starting eleven yang diturunkan, terutama di lini depan.
Almeida sering mengubah komposisi starting XI agar lawan tidak mudah mengantisipasi. Contohnya Carlos Fortes yang sedang on fire, dengan mencetak 5 gol dalam 4 laga beruntun. Tiba-tiba dia dicadangkan saat menghadapi Persita Tangerang. Begitu juga dengan Dedik Setiawan yang keluar masuk tim inti.
Bawa Nama Arema ke Portugal
Ketika mencatatkan tren positif sejak pekan kelima BRI Liga 1, ada nilai lebih yang diberikan Almeida. Dia tidak sekadar memperbaiki posisi Singo Edan di klasemen.
Pelatih berusia 43 tahun ini juga membawa nama Arema sampai ke negaranya, Portugal. Beberapa kali Almeida mengunggah berita Arema di media Portugal.
Sepertinya mantan pelatih Benfica U-17 ini cukup dekat dengan media tersebut. Alhasil, Arema dan aksi Almeida bersama dua pemain asal Portugal, Carlos Fortes dan Sergio Silva ikut diulas. Sudah ada lima artikel soal Arema dan gerbong asal Portugal yang ditulis di media tersebut.