Bola.com, Jakarta - Piala AFF 2020 sudah dalam hitungan hari akan digelar. Turnamen sepak bola Asia Tenggara itu digelar di Singapura mulai 5 Desember hingga 1 Januari 2022 dengan sistem home tournament, membuat Piala AFF seperti kembali ke era Piala Tiger setelah beberapa kali mengalami perubahan format penyelenggaraan pertandingan.
Namun, harus diakui bahwa perubahan yang dilakukan oleh AFF pada tahun ini, setelah turnamen tersebut tertunda selama satu tahun, semua karena pandemi COVID-19 yang belum berakhir.
Dengan tujuan menjalankan sistem bubble, Piala AFF 2020 bakal digelar hanya di satu negara, yaitu Singapura agar penyebaran COVID-19 bisa diatasi.
Hal tersebut sangat wajar dijalankan oleh AFF, mengingat dalam beberapa edisi terakhir turnamen sepak bola Asia Tenggara itu, mobilitas setiap tim peserta cukup tinggi berangkat dari satu negara ke negara yang lain selama turnamen brelangsung.
Jadi demi menghindari perpindahan yang cukup masif setiap kali tim akan bertanding, AFF pun memutuskan menunjuk Singapura untuk menjadi tim tuan rumah dengan menggelar pertandingan-pertandingan dari dua grup yang ada.
Jika bicara mengenai format ini, bukanlah hal yang baru. Pasalnya pada edisi-edisi awal Piala AFF, yang kala itu masih disebut sebagai Piala Tiger, penunjukan satu tim tuan rumah penyelenggara adalah hal yang dilakukan sebelum ada perubahan-perubahan format turnamen yang membuat Piala AFF makin menarik.
Seperti apa perubahan-perubahan format Piala AFF dalam perjalanannya sejak 1996. Berikut ulasan Bola.com:
Format home tournament
Format yang digunakan pada Piala AFF 2020 ini sebenarnya tidak berbeda dengan yang diterapkan dalam tiga edisi perdana Piala AFF, yaitu Piala Tiger 1996, 1998, dan 2000.
Jika Piala AFF 2020 akan digelar di Singapura, Piala Tiger 1996 yang menjadi edisi pertama Piala AFF juga digelar di negara yang sama. Kala itu, Piala Tiger 1996 diikuti oleh 10 tim.
Tim dari enam negara pencetus langsung jadi peserta, yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Sebagai pelengkap, para pencetus mengundang empat tim lain, yaitu Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam.
Ke-10 tim dibagi menjadi dua grup, di mana Grup A digelar di Stadion Jurong, sementara Grup B digelar di Stadion Nasional, Kallang. Pada edisi tersebut Thailand berhasil menjadi juara.
Pada edisi Piala AFF 1998, format yang digunakan masih home tournament dengan Vietnam sebagai tim tuan rumah. Pesertanya kala itu hanya ada delapan tim, di mana empat tim lolos langsung ke putaran final karena berstatus juara hingga peringkat keempat edisi sebelumnya, yaitu Thailand, Malaysia, Indonesia dan Vietnam.
Sementara empat tim lain diambil dari fase kualifikasi. Myanmar dan Laos lolos dari Grup A, sementara Singapura dan Filipina lolos dari Grup B. Sementara yang tidak lolos kualifikasi adalah Brunei dan Kamboja.
Pada edisi Piala AFF 1998 ini, Singapura yang berhasil keluar sebagai juara, di mana Vietnam menjadi runner-up dan Timnas Indonesia menjadi tim peringkat ketiga setelah mengalahkan Thailand lewat drama adu penalti.
Sementara di Piala Tiger 2000, Thailand mendapatkan giliran sebagai tim tuan rumah. Tidak ada fase kualifikasi pada edisi ini, di mana 9 tim peserta ikut serta, minus Brunei Darussalam yang memutuskan mundur dari turnamen.
Thailand pun berhasil keluar sebagai juara di depan pendukungnya sendiri. Tak hanya itu, gelar juara ini juga memastikan Thailand sudah meraih dua gelar juara dari tiga edisi pertama saat itu.
Sementara bagi Timnas Indonesia, ini menjadi edisi pertama meraih predikat runner-up. Tim Garuda kalah 1-4 dari Thailand pada laga final.
Menunjuk 2 Tuan Rumah Penyelenggara
Piala AFF 2002 menjadi kali pertama turnamen tersebut digelar di dua negara berbeda. Kala itu, Indonesia dan Singapura menjadi tuan rumah. Pada edisi ini, laga semifinal dan final digelar di Jakarta, Indonesia. Jadi Singapura hanya menjadi tuan rumah di fase grup saja.
Penunjukan dua tim tuan rumah pun terus berlangsung hingga 2016. Malaysia dan Vietnam menjadi tuan rumah Piala AFF 2004, sementara Singapura dan Thailand menjadi tuan rumah Piala AFF 2007.
Kemudian Indonesia menjadi tua nrumah dua edisi berturut-turut, 2008 dan 2010. Sebagai pendamping Indonesia, Thailand juga menjadi tuan rumah pada edisi 2008, sementara Piala AFF 2010 digelar di Vietnam.
Kemudian pada Piala AFF 2012, turnamen digelar di Malaysia dan Thailand. Piala AFF 2014 digelar di Singapura dan Vietnam, dan Piala AFF 2016 digelar di Myanmar dan Filipina.
Semifinal dan Final Digelar Home and Away
Namun, perjalanan Piala AFF ketika menggunakan sistem dua tuan rumah juga kemudian mengalami perubahan di fase knockout. Jika pada edisi 2002 pertandingan semifinal dan final masih dipusatkan di satu tuan rumah, yaitu Indonesia pada saat itu, Hal tersebut berubah pada edisi berikutnya, yaitu 2004.
Pada Piala AFF 2004 yang digelar di Malaysia dan Vietnam untuk fase grup, pertama kalinya AFF menentukan pertandingan semifinal dan final dimainkan dengan sistem dua leg atau home and away.
Jadi mulai dari edisi 2004 hingga 2016, tim-tim yang lolos dari fase grup ke semifinal, bisa mendapatkan dukungan yang luar biasa ketika tampil di depan para pendukungnya.
Timnas Indonesia pernah beberapa kali merasakan menggelar laga semifinal, bahkan pertandingan final di depan para pendukungnya, antara lain pada edisi 2004, 2008, 2010, dan 2016. Dalam tiga dari empat edisi tersebut, Timnas Indonesia berhasil masuk final dan menjadi runner-up, yaitu pada 2004, 2010, dan 2016.
Tanpa Tuan Rumah, Format Home and Away Sejak Fase Grup
Perubahan yang paling signifikan terjadi pada Piala AFF 2018. Dengan tujuan berbagi porsi menjadi tuan rumah, Piala AFF 2018 digelar dengan sistem home and away sejak fase grup. Jadi tidak ada satu atau dua tuan rumah saja dalam edisi kali ini.
Namun, sistem tersebut tak lantas membuat dua tim yang bertanding akan bertemu dua kali dalam fase grup. AFF tetap membuat masing-masing tim saling berhadapan satu kali
Dengan setiap grup terdiri dari lima tim, di mana setiap tim harus memainkan empat pertandingan di fase grup, maka dua laga digelar di kandang, dan dua laga lainnya digelar di kandang lawan.
Sebagai contoh apa yang dijalani oleh Timnas Indonesia kala itu. Tim Garuda bertandang lebih dulu ke Singapura pada pertandingan pertama fase grup. Kemudian pada laga kedua, Timnas Indonesia menjamu Timor Leste di Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Pada laga ketiga, tim asuhan Bima Sakti itu kembali bertandang dan kali ini ke Thailand. Pulang dari Thailand dengan kekalahan 2-4, Timnas Indonesia menjamu Filipina dan digelar kembali di SUGBK.
Jika melihat semua tim peserta di fase grup Piala AFF 2018, tidak ada yang bermain kandang dua kali atau tandang dua kali sekaligus. Semua tim mendapatkan jadwal yang sama, yaitu bergantian antara kandang dan tandang hingga empat pertandingan berakhir.
Namun, di fase semifinal dan final, format home and away seperti yang sudah diterapkan sejak 2004. Empat tim yang lolos ke semifinal masing-masing memainkan satu pertandingan kandang dan satu pertandingan tandang di semifinal, dan begitu pun dengan dua tim yang lolos ke final.
Baca Juga
Zanadin Fariz Pede Bawa Timnas Indonesia Bersaing di Piala AFF 2024: Tak Minder meski Mayoritas U-22
Pratama Arhan Merapat tapi Telat, Kepastian Pemain Abroad Gabung Timnas Indonesia di Piala AFF 2024 Ditentukan pada 5 Desember 2024
Media Vietnam Singgung Absennya Rafael Struick Jadi Kabar Buruk bagi Timnas Indonesia di Piala AFF 2024