Bola.com, Malang - Arema FC menyumbangkan tiga pemain di Piala AFF 2020 di Singapura. Kushedya Hari Yudo, Dedik Setiawan dan Rizky Dwi Febrianto. Dari tiga nama tersebut, Dedik dan Yudo yang sepertinya jadi sorotan karena mereka masih minim gol di klub dan Timnas Indonesia.
Timnas Indonesia akan memulai langkahnya di Piala AFF 2020 dengan menghadapi Kamboja hari ini, Kamis (9/12/2021) malam di Bishan Stadium, Singapura. Kiprah Dedik Setiawan dan Kushedya cukup dinanti.
Lantas bagaimana mereka bisa maksimal di Piala AFF 5 Desember 2021 - 1 Januari 2022? Asisten pelatih Arema, Singgih Pitono memberikan masukan.
Seperti diketahui Singgih punya reputasi sebagai striker tajam semasa jadi pemain era 90-an. Dia pernah jadi top skorer dua kali di era Galatama dan sempat membela Timnas Indonesia dalam beberapa ajang.
"Sebagai striker, sebenarnya mereka sudah punya semuanya. Kaki kanan dan kirinya hidup. Masalahnya, saya pernah sampaikan. Striker tidak perlu muter-muter enggak jelas. Intinya bagaimana bisa cetak gol. Setiap ada momen eksekusi ke gawang, lakukan! Karena momen itu hanya didapat hitungan detik," kata Singgih.
Beda cerita jika Yudo atau Dedik dipasang sebagai pemain sayap. Akselerasi memang dibutuhkan. Tapi saat ditugaskan jadi striker, Singgih menganjurkan mereka banyak melakukan tendangan ke gawang lawan.
"Saya pernah alami jadi striker. Kalau sudah mendekati atau di dalam kotak penalti dan menghadap ke gawang, lakukan shooting. Masalahnya, kalau ada rekan yang meminta bola, itu harus segera ambil keputusan. Kalau posisi Dedik maupun Kushedya Hari Yudo lebih menguntungkan, ambil keputusan shooting. Tinggal kembali ke mereka, berani atau atau tidak ambil keputusan seperti itu," sambungnya.
Enggak Pakai Lama
Jika melihat karakter bermain Dedik Setiawan dan Yudo, mereka banyak mengandalkan kecepatan dan akselerasi. Tapi Singgih melihat jika keduanya juga bisa jadi targetman dengan cara main yang lebih efektif.
"Kalau saya pribadi, mindset harus diubah. Di dalam kotak penalti, melakukan kombinasi itu sulit. Pemain belakang dan kiper lawan sudah siap. Jadi, kalau di kotak penalti, sudah jangan banyak kombinasi, shooting saja," jelasnya.
Andaikan timnas lebih banyak ditekan, tentu suplai bola kedepan lebih minim. "Itu juga sebuah persoalan jika suplai bola kurang. Kembali lagi, jika dapat momentum sepersekian detik mereka harus bisa memanfaatkannya," pungkas Singgih.
Manfaatkan Momen dengan Kecerdikan
Singgih bisa memberikan masukan kepada Dedik dan Yudo karena pengalaman pribadinya. Meski berbeda era, namun masih ada benang merah sebagai striker.
"Kuncinya, tugas striker mencetak gol. Dulu saya juga striker dengan postur yang kurang ideal (tidak terlalu tinggi). Tapi bisa 2 kali top skorer (Galatama) karena mengandalkan momen dan kecerdikan saja," sambungnya.
Saat main untuk Arema era 90-an, yang paling dikenal dari Singgih adalah tendangan keras nan akurat. Dia juga eksekutor ulung tendangan bebas. Ibaratnya, Arema hanya butuh dapat tendangan bebas di dekat kotak penalti. Sisanya, Singgih yang menuntaskannya jadi gol.