Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia mengawali kampaye persaingan Piala AFF 2020 dengan kemenangan 4-2 atas Kamboja di laga penyisihan Grup B yang dihelat di Stadion Bishan, Singapura. Margin dua gol yang mengamankan poin absolut timnas tak bisa dibilang memuaskan.
Gol-gol kemenangan Tim Merah-Putih dicetak Rahmat Iriyanto (2 gol), Evan Dimas, Ramai Ramakiek. Sayangnya, tim asuhan Shin Tae-yong tak bisa menjaga clean sheet, gawang timnas kebobolan dua gol.
Laga melawan Kamboja krusial buat Timnas Indonesia. Melihat jadwal pertandingan yang dilakoni penggawa Garuda, di dua laga awal lawan yang dihadapi relatif enteng yakni Kamboja dan Laos, dua negara yang selama ini jadi penggembira di Piala AFF.
Untuk mengamankan tiket ke semifinal Timnas Indonesia musti menang dengan skor telak karena dua laga sisa mereka menghadapi juara bertahan Vietnam plus musuh bebuyutan Malaysia. Keduanya jelas bukan lawan enteng.
Kebobolan dua gol dari Kamboja jelas jadi alarm buat Timnas Indonesia. Pada laga sebelumnya Malaysia sudah bersua kubu lawan dan mengantungi poin absolut dengan margin 3-1.
Shin Tae-yong jelas tidak bisa tidur nyenyak dengan pencapaian di laga pembuka ini. Ia punya segudang pekerjaan rumah (PR) yang kudu diselesaikan dalam waktu kilat. Timnas Indonesia bersiap menjajal Laos pada Minggu (12/12/2021).
Apa saja pekerjaan rumah timnas? Yuk simak analisis Bola.com di bawah ini.
Lini Belakang Masih Keropos
Menghadapi tim sekelas Kamboja, gawang Timnas Indonesia kebobolan dua gol. Kinerja lini belakang pantas disorot.
Duet bek Ryuji Utomo dan Alfeandra Dewangga terlihat keteteran menghadapi gempuran serangan balik pemain-pemain belia Kamboja yang amat cepat.
Lini belakang sering dicocor dari dua sisi melebar kala duet bek sayap Asnawi Mangkualam-Pratama Arhan naik membantu serangan. Situasi makin mendebarkan ketika Pratama ditarik di pengujung babak pertama karena cedera. Penggantinya, Edo Febriansyah tampil tak terlalu oke.
Shin Tae-yong yang membaca gelagat rawannya lini pertahanan Timnas Indonesia memasukkan bek gaek, Victor Igbonefo untuk menciptakan keseimbangan permainan. Namun, kehadiran pemain naturalisasi asal Nigeria itu tak juga lantas keadaan membaik.
Timnas Indonesia bisa dibilang beruntung pada babak kedua. Kamboja banyak menciptakan peluang emas, yang sayangnya tak terkonversi menjadi gol.
Jelang turnamen, STY melihat lini belakang menjadi salah satu kelemahan utama tim asuhannya. Ia sempat meminta PSSI menaturalisasi empat pemain keturunan yang berkiprah di Eropa. Ia amat berharap sosok Elkan Baggott bisa fit untuk tampil di laga-laga selanjutnya. Bek yang bermain di klub Inggris, Ipswich Town, jadi kartu AS nakhoda asal Korea Selatan.
Penyerang Mandul Gol
Ketiadaan striker yang produktivitasnya konsisten jadi masalah pelik bagi Timnas Indonesia. Pada laga melawan Kamboja, Ezra Walian yang jadi penyerang utama gagal unjuk ketajaman.
Pergerakan sang penyerang Persib Bandung memang mobil. Ia kerap turun membantu lini tengah untuk menjemput bola dan membuka ruang, namun nalurinya menjebol gawang lawan masih bermasalah.
Bomber naturalisasi berdarah Belanda itu beberapa kali menyia-nyiakan peluang emas pada babak pertama. Memasuki babak kedua situasi tak membaik.
Ezra makin miskin peluang emas. Pergerakannya pun terkunci oleh para bek Kamboja.
Shin Tae-yong mencoba memasukkan Kushedya Yudo. Namun, penyerang asal Arema itu tak membawa dampak signifikan. Lini depan Timnas Indonesia tetap terlihat mandul.
Beruntung, lini tengah Tim Merah-Putih bisa jadi pemecah kebuntuan. Gol-gol dari para gelandang menyelamatkan muka para penyerang.
Sering Membuat Kesalahan Elementer
Pada masa persiapan Piala AFF, Shin Tae-yong mengkritik pasukannya sering melakukan kesalahan elementer dalam sepak bola. Mereka kerap salah passing dan mudah kehilangan bola.
Sebulan masa persiapan intens terlihat membawa perubahan berarti. Kesalahan-kesalahan terjadi berkali-kali pada babak kedua melawan Kamboja. Kubu lawan melakukan pressing ketat.
Para pemain Timnas Indonesia terlihat panik dengan situasi ini. Asisten pelatih timnas, Nova Ariyanto, gusar dengan situasi ini. Pada babak kedua dari pinggir lapangan ia berkali-kali berteriak: "Jangan kehilangan bola... Jangan kehilangan bola."
Peringatan ini diberikan karena seringkali Tim Garuda kehilangan penguasaan bola. Agak ngenes melihat Kamboja memenangi penguasaan bola 55 berbanding 45 persen. Hal itu menegaskan anak-anak timnas tidak bisa benar-benar menguasai jalannya pertandingan.
Kesalahan-kesalahan mendasar itu jelas merisaukan. Menghadapi Kamboja yang bukan tim unggulan saja kita kerepotan apalagi menghadapi tim sekelas Vietnam dan Malaysia? Waspada!
Stamina Melorot Draktis pada Babak Kedua
Bukan rahasia lagi, kalau Timnas Indonesia dikenal sebagai tim spesialis jagoan hanya di paruh pertama pertandingan. Begitu pertandingan memasuki babak kedua seringkali Tim Garuda terlihat loyo.
Para pemain yang mulai kehabisan stamina memberi ruang kepada tim lawan untuk membobol gawang mereka. Catatan statistik Soccerway menujukkan Timnas Indonesia 40 persen kebobolan pada periode menit 46-60. Sementara 20 persen lainnya kebobolan pada menit 75-90.
Pada pertandingan melawan Kamboja terlihat jelas stamina pemain Timnas Indonesia amat kepayahan pada 45 menit kedua. Evan Dimas dkk. kesulitan menghadapi kecepatan pemain Kamboja.
Beruntung Kamboja hanya bisa mencetak sebiji gol (Prak Mony Udom menit ke-70). Banyak peluang emas mereka gagal dimaksimalkan.
Harus diakui permainan intensitas tinggi yang dipraktekkan Shin Tae-yong amat menguras stamina. Dan sayangnya sang pelatih tak punya pemain yang benar-benar bisa bugar selama 90 menit.
Lepas masalah fisik jadi problem klasik Timnas Indonesia, pandemi corona selama dua tahun terakhir memperparah keadaan. Pemain Indonesia menganggur tak bermain dalam kompetisi kompetitif selama setahun lebih. Ketika kompetisi berjalan mereka belum sampai tahap peak performance.
Baca Juga