Bola.com, Jakarta - COVID-19 varian omicron telah muncul dan menyebar dengan cepat. Kondisi tersebut membuat seluruh dunia khawatir dan bertanya kapan pandemi COVID-19 ini berakhir.
Namun, para ahli menilai ada beberapa cara untuk mencegah penularan omicron, yakni dengan prokes ketat dan vaksin ketiga atau booster.
Melansir Nytimes, Minggu (19/12/2021), sebuah penelitian terbaru mengindikasikan bahwa booster vaksin COVID-19, masih bisa melindungi dari keparahan penyakit akibat varian omicron yang menyebar cepat.
WHO pada pertemuan Rabu lalu juga menyampaikan hasil diskusi dengan para ilmuwan. Hasilnya, penelitian mereka menunjukkan bahwa sel T pada orang yang divaksinasi dapat memberikan pertahanan yang kuat terhadap varian baru tersebut, dapat membantu mencegah penyakit parah, rawat inap, bahkan kematian.
Dr. Anthony S. Fauci, penasihat medis utama Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, terkait virus COVID-19 membahas data awal tentang vaksin Moderna.
"Dua suntikan Moderna memang kurang menghasilkan antibodi yang cukup untuk melawan infeksi yang kuat, namun perlindungan meningkat setelah dosis ketiga," kata Fauci.
Para ilmuwan lainnya juga menyajikan hasil yang serupa. Bahwa booster mRNA meningkatkan antibodi ke tingkat cukup tinggi untuk menawarkan perlindungan yang kuat terhadap infeksi COVID-19 varian omicron.
Penelitian Masih awal
Meski penelitian ini bersifat pendahuluan dan dilakukan secara in vitro, berita tersebut merupakan kabar baik untuk menenangkan kekhawatiran akan omicron, yang sangat cekatan mampu menghindari antibodi. Hal itu menjadi satu di antara alasan infeksi oleh varian ini meledak di banyak negara.
"Kabar baiknya adalah respons sel T sebagian besar mampu bertahan dari omicron," kata Wendy Burgers dari University of Cape Town, mempresentasikan penelitian terbaru.
Ilmuwan Afrika Selatan mengatakan dua dosis vaksin Pfizer 33 persen efektif melawan omicron, turun dari sekitar 80 persen sebelum omicron.
Studi tersebut menemukan bahwa dua dosis vaksin Pfizer menawarkan perlindungan 70 persen terhadap kematian atau kasus parah yang memerlukan rawat inap, turun dari sekitar 95 persen sebelum omicron terdeteksi.
Pada pertemuan bersama WHO, satu per satu ilmuwan mempresentasikan temuan serupa yang menunjukkan bahwa antibodi yang diinduksi vaksin berkinerja kurang baik terhadap omicron dibandingkan dengan varian lainnya.
Dosis ketiga
Tetapi, booster tampaknya memberikan perlindungan ekstra yang cukup, jelas Dr. Fauci berdasarkan eksperimen di National Institutes of Health yang mencampur serum darah dari orang-orang yang memiliki dua dosis Moderna dan serum dari mereka yang juga memiliki dosis ketiga dengan virus yang direkayasa untuk membawa protein permukaan omicron.
"Virus semu" ini menghindari banyak antibodi dari orang yang telah menerima dua dosis, tetapi tingkat antibodi yang diberikan oleh booster memblokir virus dari menyerang sel. Jadi, pesannya tetap jelas: Jika Anda tidak divaksinasi, dapatkan vaksinasi, dan khususnya di arena omicron, jika Anda sepenuhnya divaksinasi, dapatkan suntikan booster Anda," tegas Dr. Fauci.
Banyak negara yang mempercepat penyuntikan booster pada warga mereka, tetapi omicron menyebar dengan sangat cepat sehingga mungkin saja melampaui upaya terbaik sekali pun.
"Tingkat penularan yang diproyeksikan, jika ditanggung, tidak memberi kita banyak waktu untuk intervensi,” ujar Phil Krause, mantan regulator vaksin di Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), pada pertemuan bersama WHO.
Prospek itu telah membuat banyak ilmuwan berharap bahwa sel T akan berfungsi sebagai cadangan yang efektif ketika antibodi gagal. Jika mereka dapat melawan Omicron, mereka dapat mencegah banyak infeksi berubah menjadi penyakit parah.