Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia dan Singapura bakal terlibat duel sengit dalam dua leg semifinal Piala AFF 2020 di National Stadium, Kallang pada 22 dan 25 Desember 2021.
Secara tim, keduanya memiliki kualitas yang sama. Itulah mengapa, peran pelatih jadi figur kunci penentu hasil akhir dengan kejelian meracik taktik secara mental dan kepercayaan diri para pemainnya.
Dalam empat laga di penyisihan grup yang telah mereka mainkan, sosok Shin Tae-yong yang menangani Timnas Indonesia paling banyak mendapat sorotan dan pujian.
Pelatih berpaspor Korea Selatan itu mampu membawa tim asuhannya bertengger di puncak Grup D dengan raihan tiga kemenangan dan sekali imbang.
Produktivitas gol Skuad Garuda juga terbilang mentereng yakni 13 gol dalam 4 laga. Jauh lebih baik dibandingkan sang kandidat juara ajang ini, yakni Vietnam yang hanya mampu mencetak sembilan gol selama babak penyisihan grup.
Kelebihan Shin Tae-yong yang paling menonjol adalah kejeliannya melihat potensi pemain sebelum membuat strategi sesuai target yang ingin dicapai. Hal ini bisa terlihat saat Timnas Indonesia menghadapi Vietnam pada laga ketiga Grup B, Rabu (15/12/2021).
Meski tampil impresif menghadapi Kamboja dan Laos dengan mengoleksi 9 gol, Shin Tae-yong justru menerapkan strategi ultra defensif saat bertemu Vietnam.
Seperti diketahui, sepanjang pertandingan Vietnam yang unggul jauh dalam penguasaan bola hanya mendapat satu tendangan on target dari 21 percobaan. Hasil imbang tanpa gol inilah yang jadi momentum positif buat Indonesia.
Menariknya, ketika Timnas Indonesia yang notabene hanya butuh hasil imbang lawan Malaysia pada Minggu (19/12/2021) malam WIB, justru tampil dengan gaya aslinya dengan empat kali menjebol gawang lawan.
Tatsuma Yoshida Tetap Jadi Sasaran Kritik
Hal yang berbeda dialami oleh pelatih Singapura asal Jepang, Tatsuma Yoshida. Meski berhasil membawa Singapura kembali lolos ke semifinal sejak 2012, Tatsuma Yoshida tetap jadi sasaran kritik dari pendukung The Lions.
Apalagi ketika Singapura tak berdaya ditangan Thailand pada laga terakhir, Sabtu (18/12/2021). Eks pelatih Kashiwa Reysol itu sampai merasa perlu melontarkan pernyataan bahwa dirinya bukan Pep Guardiola.
"Tim saya juga bukan Barcelona. Kami sedang dalam perjalanan. Kami bukan negara tingkat atas tetapi kami berada di semifinal untuk pertama kalinya dalam sembilan tahun," ujar Yoshida dinukil dari laman AFF.
Rekam Jejak Shin Tae-yong
Kalau rekam jejak jadi acuan, Shin Tae-yong memang pelatih yang paling berkelas di AFF 2020. Pria kelahiran 11 October 1970 itu pernah menangani Timnas Korea Selatan di Piala Dunia 2018.
Meski gagal lolos dari penyisihan grup, Korsel mencatat sejarah dengan mengalahkan Jerman dengan skor 2-0. Hasil yang membuat negara adidaya sepak bola itu harus angkat koper bersama Korea Selatan.
Di level klub, Shin Tae-yong sukses membawa Seongnam Ilhwa Chunma juara Liga Champions Asia pada 2010. Kalau ditarik lagi ke belakang, ketika masih aktif sebagai pemain, bersama Seongnam Ilhwa Chunma, Shin Tae-yong enam kali pernah meraih trofi juara Liga Korea.
Serta masing-masing satu trofi juara Liga Champions Asia dan Piala Super Asia. Shin Tae-yong juga tercatat tampil sebanyak 23 laga bersama Timnas Korsel dengan koleksi tiga gol.
Rekam Jejak Tatsuma Yoshida
Dibandingkan Shin Tae-yong, perjalanan karier Tatsuma Yoshida jelas kalah mentereng. Pria kelahiran 9 Juni 1974 tersebut belum mencetak prestasi gemerlap. Baik sebagai pemain dan pelatih.
Ia memulai kiprahnya sebagai pemain profesional usai menyelesaikan pendidikan menengah atas dengan berkostum Kashiwa Reysol pada 1993. Tiga musim di klub itu, Tatsuma Yoshida berturut-turut membela Kyoto Purple Sanga dan Montedio Yamagata.
Pada 2002, ia pindah ke klub Singapura, Jurong dan tampil sebanyak lima laga di Liga Singapura sebelum memutuskan pensiun. Tatsuma Yoshida kemudian menjadi Direktur Akademi Kashiwa Reysol selama tujuh tahun dan tiga tahun menjabat sebagai direktur olahraga klub itu.
Ia kemudian didapuk sebagai pelatih kepala di Kashiwa Reysol dengan prestasi terbaik menembus delapan besar Liga Champions Asia. Setelah dari Kashiwa Reysol, ia menyeberang ke Albirex Niigata dan Ventforet Kofu.
Terakhir, ia mengawali tugasnya bersama timnas Singapura setelah menandatangi kontrak pada 30 Mei 2019.