Kenangan Pahit Timnas Indonesia pada 5 Final Piala AFF: Edisi 2004 dan 2010 Paling Menyakitkan

oleh Abdi Satria diperbarui 27 Des 2021, 18:30 WIB
Flashback Piala AFF - Piala AFF 2010 (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia bakal bersua dengan Thailand pada dua laga final Piala AFF 2020 di National Stadium Kallang, Rabu (29/12/2021) dan Sabtu (1/1/2022). Bagi kedua tim, ini pertemuan kali keempat di partai puncak turnamen sepak bola antarnegara kawasan Asia Tenggara. Pada tiga pertemuan terdahulu, skuad Garuda tak berdaya di tim Gajah Putih.

Pertemuan pertama terjadi pada 2000 ((dulu namanya Piala Tiger), Timnas Indonesia yang ditangani Nandar Iskandar untuk kali pertama melaju ke final setelah menyingkirkan Vietnam di semifinal. Sedang Thailand yang bertindak sebagai tuan rumah melewati adangan Malaysia.

Advertisement

Pada final yang di Stadion Rajamangala, Bangkok, 18 November 2000, skuad Garuda menyerah ditangan Gajah Putih dengan skor telak 1-4.

Dua tahun kemudian, Timnas Indonesia kembali bersua Thailand di laga final. Skuad Garuda yang ditangani Ivan Kolev berhasil melaju ke final setelah menaklukkan Malaysia di semifinal. Sedang Thailand melewati adangan Vietnam.

Pada laga final yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, 29 Desember 2002, kedua tim bermain imbang 2-2 sampai babak tambahan waktu berakhir.

Di momen adu penalti, Thailand menunjukkan kekuatan mental pemainnya dengan meraih trofi juara setelah memenangkan duel ini dengan skor 4-2. Pada edisi 2002 ini, Thailand melengkapi suksesnya dengan gelar pemain terbaik turnamen yang diraih oleh Therdsak Chaiman. Sedang Timnas Indonesia meraih gelar hiburan lewat Bambang Pamungkas yang menjadi top skorer dengan delapan gol.

Pertemuan terakhir Indonesia dengan Thailand terjadi pada Piala AFF 2016. Skuad Garuda yang tak diunggulkan di edisi ini mampu membalikkan anggapan dengan melaju ke final setelah memupus ambisi Vienam di semifinal dengan agregat gol 4-3. Tim asuhan Alfred Riedl kembali menantang Thailand yang mengalahkan mereka di penyishan Grup A dengan skor telak 2-4.

Asa Timnas Indonesia untuk meraih gelar perdana sempat muncul usai mengalahkan Thailand dengan skor 2-1 pada leg 1 di Stadion Pakansari Bogor, 14 Desember. Namun, harapan itu gagal terwujud setelah Boaz Solossa dan kolega tak berdaya di kandang Thailand di Stadion Rajamangala, Bangkok tiga hari kemudian. Skuad Garuda takluk dua gol tanpa balas ditangan Thailand.

 

2 dari 3 halaman

Nostalgia Menyakitkan di 2004

Boaz Solossa melakukan selebrasi dengan Ilham Jaya Kesuma saat melawan Laos di penyisihan grup Piala AFF 2004. (AFP/STR)

Sejatinya pada lima liga final terdahulu, peluang terbesar Timnas Indonesia meraih juara terjadi pada 2004. Ketika itu, skuad Garuda yang dilatih Peter White tampil memesona dengan permainan agresif di penyisihan grup dengan mengoleksi 17 gol dalam empat gol tanpa sekalipun kebobolan. Di edisi ini, Indonesia memunculkan bintang baru Asia Tenggara, Boaz Solossa yang masih berusia 18 tahun.

Harapan pendukung Indonesia makin besar setelah Ilham Jaya Kesuma tampil heroik untuk menyingkirkan Malaysia di semifinal. Pada leg pertama yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, 28 Desember 2004, Indonesia dikejutkan dengan kekalahan 1-2 dari tim Harimau Malaysia.

Skuad Garuda pun sempat ketinggalan satu gol lebih dulu pada laga leg kedua, Stadion Nasional Bukit Jalil, Kuala Lumpur, 3 Januari 2005. Namun, Indonesia bangkit dan membalikkan keadaan dengan mencetak empat gol beruntun. Indonesia pun lolos ke final dengan agregat gol 5-3.

Hasil ini membuat asa juara Indonesia meninggi. Selain Boaz, Indonesia memiliki calon top skorer turnamen yakni Ilham Jaya Kesuma. Juga ada duet gelandang petarung asal PSM, Ponaryo Astaman dan Syamsul Chaeruddin. Skuad Garuda juga masih diperkuat Kurniawan Dwi Yulianto yang saat itu menjadi pencetak gol terbanyak Timnas Indonesia.

Tapi, Singapura tampil cerdik untuk mematahkan peluang Indonesia. Pada leg pertama di Stadion Gelora Bung Karno, 8 Januari 2005, Boaz Solossa terpaksa ditarik keluar lapangan karena mendapat tekel horor dari bek kanan Singapura, Bhaihaki Khaizan.

Kehilangan Boaz membuat kualitas serangan Timnas Indonesia menurun tajam. The Lions pun main dengan nyaman dan kemudian menang dengan skor 3-1. Seperti diketahui, Singapura mengukuhkan dominasinya pada leg kedua di Stadion Jalan Besar, 16 Januari 2005 dengan kemenangan 2-1 atas Indonesia.

 

3 dari 3 halaman

Terulang pada 2010

Pemain Timnas Indonesia melakukan selebrasi setelah Muhammad Ridwan mencetak gol ke gawang Malaysia pada Piala AFF 2010. (1/12/2010). (AFP/Adek Berry)

Pada 2010, berstatus sebagai tuan rumah bersama Vietnam, Indonesia dilanda demam luar biasa terhadap Tim Merah-Putih. Euforia dan asa masyarakat Indonesia meninggi setelah melihat racikan Alfred Riedl di laga awal penyisihan Grup A begitu menjanjikan.

Bagaimana tidak, bila Indonesia langsung menghempaskan busuh bebuyutan, Malaysia, dengan skor telak 5-1 di pertandingan pertama penyisihan grup.

Datang dengan motivasi dan semangat tinggi, Indonesia di luar dugaan dikalahkan Malaysia dengan skor 0-3 di leg pertama yang dimainkan di Stadion Nasional Bukit Jalil, Kuala Lumpur, pada 26 Desember 2010. Tiga gol seluruhnya tercipta di babak kedua lewat Safee Sali (dua gol) dan Ashaari Shamsuddin.

Indonesia pun memikul beban berat di leg kedua, 29 Desember 2010, karena harus mencetak lebih dari tiga gol agar bisa menyamakan skor dan untuk jadi juara, harus lebih banyak gol lagi yang diciptakan serta menjaga gawang agar tidak kebobolan.

Dengan dukungan puluhan ribu suporter setia di Stadion GBK, perjuangan yang dilakukan Tim Merah-Putih mencapai garis akhir. Timnas Indonesia menang 2-1 lewat gol Nasuha dan M. Ridwan, namun tetap gagal merengkuh gelar juara karena kalah agregat gol 2-4.

Berita Terkait