Bola.com, Jakarta - Jeong Seok-seo merupakan satu di antara sosok penting di staf kepelatihan Timnas Indonesia. Berkat kontribusinya dalam menerjemahkan Bahasa Korea, ucapan dan arahan dari pelatih Shin Tae-yong dapat dicerna pemain Skuad Garuda.
Semuanya berawal dari kisah tiga hari Jeje sebagai penerjemah Shin Tae-yong pada akhir 2019. Ketika itu, ia ditunjuk sebagai penerjemah sementara kompatriotnya dari Korea Selatan tersebut.
Sebelum menjadi orang kepercayaan Shin Tae-yong untuk mengalihbahasakan bahasa Korea Selatan ke Indonesia, Jeje memang seorang interpreter lepas. Ia sering mendapatkan job sebagai translator dalam konser atau bisnis yang berbau Korea.
"Sambil kerja itu, saya punya banyak teman penerjemah. Salah satu teman saya itu memberikan pekerjaan ke saya sebagai freelance translator untuk coach Shin Tae-yong," ujar Jeje bercerita kepada Bola.net.
Jeje bukan penerjemah biasa. Menjadi translator di dunia sepak bola sebenarnya cukup rumit.
"Anda perlu memahami bahasa sepak bola. Selain itu, penyampaian taktik, strategi, hingga bahasa emosi ke para pemain juga mesti tepat," lanjutnya.
Kontrak Jeje sebagai interpreter Shin Tae-yong Timnas Indonesia lalu diperpanjang bermodalkan pengetahuannya terhadap sepak bola. Ia rutin bermain sepak bola ketika masih menginjak bangku Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
"Awalnya hanya untuk kontrak tiga hari. Saya pikir cuma sebentar saja. Namun setelah selesai tiga hari, PSSI mencari translator dan ternyata susah," ucap Jeje.
"Coach Shin Tae-yong pun tertarik kepada saya karena sewaktu sekolah saya sering bermain sepak bola. Jadi saya tahu sepak bola. Lalu saya diterima oleh coach Shin Tae-yong, dan dia merekomendasikan saya kepada PSSI," katanya menambahkan.
Sudah Tinggal di Indonesia Selama 14 Tahun
Jeje tiba di Indonesia pada 2008. Ia datang ke Indonesia dari Korea Selatan karena harus mengikuti ayahnya yang berbisnis di sini. Selama kurang lebih 14 tahun tinggal di Indonesia, ia cukup fasih berbahasa Indonesia.
Ketika pindah ke Indonesia, Jeje masih berstatus sebagai murid SMA. Ia lalu meneruskan jenjang pendidikannya sebagai mahasiswa jurusan Sistem Informasi di salah satu kampus swasta terkenal di Jakarta.
Hampir setiap harinya, Jeje wajib berada di sebelah Shin Tae-yong. Sebab, ia harus menerjemahkan ucapan pelatih berusia 52 tahun itu jika berbicara dengan pengurus PSSI atau pun orang yang tidak paham bahasa Korea.
"Saya dapat libur juga sih. Tetapi, saya harus tetap care sama coach Shin Tae-yong dan para asistennya selama di Jakarta. Mereka kan tidak tahu tentang Jakarta, bahasa Indonesia juga tidak bisa, jadi saya tetap bantu meski libur. Saya harus stand by," ucap Jeje.
Keras di Lapangan, Asyik di Luar
Semua tahu bahwa Shin Tae-yong punya kepribadian tegas sebagai pelatih. Namun, Jeje tidak merasa bahwa mantan nakhoda Timnas Korea Selatan itu juga keras dalam kehidupan sehari-hari.
"Memang, dia keras saat kerja. Maksudnya, orangnya sangat detail. Apapun itu. Ia orangnya benar-benar keras dan sangat mengikuti peraturan yang dibuat saat bekerja," ungkap Jeje.
"Tetapi di luar lapangan, coach Shin orang yang enak diajak mengobrol. Memang beda juga sih. Di Korea itu ada senioritas yang sangat-sangat ketat. Tapi di sini fleksibel."
"Maksudnya lebih seru untuk diajak mengobrol dan sering juga mendengarkan curhat-curhat dari saya. Saat kerja, dia keras. Tetapi di luar pekerjaan, dia enak. Bisa senyum-senyum dan tertawa bareng," tambah Jeje.
Banyak Bahagianya, Sedikit Sedihnya
Dua tahun lebih menjadi translator Shin Tae-yong membuat Jeje pelan-pelan jatuh hati dengan sepak bola Indonesia. Ia bangga dapat menjadi saksi perkembangan sepak bola Indonesia.
Selama periode pekerjaannya di Timnas Indonesia, Jeje mengaku lebih banyak merasakan kebahagiaan ketimbang kesedihan. Ia pasti senang bukan kepalang jika Asnawi Mangkualam dan kawan-kawan meraih kemenangan.
"Sebelum ini, saya tidak tahu sepak bola Indonesia. Namun setelah ini, saya juga mulai senang dengan sepak bola Indonesia dan memang ada perkembangannnya melihat para pemain berkembang di bawah coach Shin Tae-yong," tutur Jeje.
"Jadi itu bahagiannya. Ada kepuasaan di saya. Sebab, kan coach Shin Tae-yong berbicara kepada para pemain melalui saya. Jadi saya bahagia ketika Timnas Indonesia menang dan berkembang," tambahnya.
Sebagai pribadi, Jeje juga manusia. Ia tidak melulu bahagia. Intepreter berusia 29 tahun itu ingat bagaimana meratapi kesedihan ketika Timnas Indonesia U-23 kalah dari Australia U-23 dalam Kualifikasi Piala Asia U-23 2022, akhir Oktober 2021.
"Saya sempat mau nangis gara-gara kalah dari Australia. Sebab, para pemain Timnas Indonesia sudah bekerja keras tetapi tidak mendapatkan kemenangan. Saya melihat ada beberapa pemain yang menangis. Saya juga sedih karena mereka sudah berusaha," imbuh Jeje.
Baca Juga
Wartawan Jepang Kaget dengan Euforia Timnas Indonesia: Negara Kami Ada Suporter, tapi Tak Seheboh di Sini
Timnas Indonesia Berpotensi Mengejutkan Jepang, Pengamat: Kuncinya Matikan Kaoru Mitoma!
2 Kontroversi Tambahan Waktu Gaib Untungkan Tim Timur Tengah di Kualifikasi Piala Dunia 2026: Korbannya Indonesia dan Uzbekistan