Bola.com, Jakarta - Bursa transfer musim dingin kerap menjadi penentu sukses sebuah tim. Tidak jarang, pemain-pemain yang dibeli pada periode ini mampu memberikan pengaruh nyata buat tim barunya.
Tak seperti bursa transfer musim panas, periode Januari biasanya dimanfaatkan tim untuk membenahi sektor yang bolong. Kekurangan kedalaman skuad karena cedera bisa ditambal dengan mendatangkan pemain anyar.
Bukan hanya soal siapa saja pemain yang datang dan pergi, namun juga tentang drama dari proses jual beli pemain tersebut.
Tak jarang, banyak klub yang enggan melepas pemain terbaiknya saat musim baru berlangsung di tengah jalan. Drama semacam inilah yang menjadikan bursa transfer musim dingin selalu menarik untuk disimak.
Dari sekian banyak aktivitas yang berlangsung di bursa transfer musim dingin bulan Januari, berikut ini ulasan perekrutan terbaik, termasuk Bruno Fernandes.
Dani Olmo (Dinamo Zagreb ke RB Leipzig)
Dilansir dari Squawka, sepanjang musim 2018/2019 hingga tahun 2020 hanya Lionel Messi yang memiliki catatan take-ons di Champions League dan Europa League lebih banyak dibanding remaja asal Spanyol bernama Dani Olmo. Dalam kurun waktu yang sama, Olmo yang bermain untuk Dinamo Zagreb mencatatkan total 96 take-ons.
Catatan impresif inilah yang membuat RB Leipzig terpincut untuk mendatangkannya. Ditebus pada Januari 2020 lalu seharga 22 juta Euro, Olmo langsung nyetel dengan skema permainan RB Leipzig dan kini bahu membahu bersama Christopher Nkunku hingga Andre Silva dalam menembus papan atas Bundesliga dan Liga Champions.
Luis Suarez (Ajax Amsterdam ke Liverpool)
Liverpool menjalani hari-hari yang sibuk sepanjang winter transfer tahun 2011. Setelah kehilangan juru gedor utama yaitu Fernando Torres yang menyeberang ke Chelsea seharga 50 juta Euro, The Reds langsung berburu mengincar penggantinya.
Hasilnya, Liverpool sukses mendatangkan dua penyerang sekaligus pada hari yang sama yaitu Andy Carroll dan Luis Suarez. Nama terakhir yang disebutkan akhirnya menjadi salah satu pembelian terbaik Liverpool di winter transfer.
Suarez pun begitu fenomenal. Dirinya berkontribusi atas 120 gol untuk Liverpool di Liga Inggris hanya dari 110 laga saja. Musim terbaik Suarez hadir pada musim 2013/2014 kala dirinya menyabet Golden Boot dengan 31 gol bersama Liverpool. Bahkan jika tak ada insiden terplesetnya Steven Gerrard, bukan tak mungkin Suarez memiliki medali Premier League di koleksi pribadinya.
Danny Drinkwater (Manchester United ke Leicester City)
"Lulus" dari akademi Manchester United, Danny Drinkwater gagal menembus tim utama dan lebih sering dipinjamkan. Pada winter transfer 2012, Leicester City menebus Drinkwater dengan nilai transfer kurang dari 1 juta Euro.
Drinkwater pun menjelma menjadi gelandang enerjik Leicester dan membantu The Foxes promosi ke Premier League serta menuntaskan mission impossible kala menjuarai Liga Inggris di bawah asuhan Claudio Ranieri. Setelah prestasi tersebut, Leicester untung besar lantaran berhasil mendapatkan 37 juta Euro dari hasil penjualan Drinkwater ke Chelsea.
Christian Eriksen (Tottenham Hotspur ke Inter Milan)
Setelah menjalani 6,5 musim yang luar biasa bersama Tottenham Hotspurs hingga mampu menembus final Liga Champions, Christian Eriksen siap untuk menjalani tantangan di klub baru. Inter Milan yang dikomandoi Antonio Conte sukses mengamankan tanda tangan Eriksen senilai 20 juta Euro pada winter transfer 2020.
Instantly, Eriksen menjadi motor serangan terbaru Inter Milan yang menjelma menjadi klub terbaik di musim itu. Hasilnya, Eriksen berhasil membawa Inter meraih Scudetto sekaligus menghentikan dominasi Juventus di Serie A.
Nemanja Matic (Benfica ke Chelsea)
Sejatinya Nemaja Matic sudah bergabung dengan Chelsea sejak 2009. Namun karena gagal menembus tim utama, Matic dilego ke Benfica pada 2011.
Setelah performa impresif Matic di Benfica, Chelsea memulangkan kembali Matic pada winter transfer 2014 dan langsung menjadi defensive midfielder andalan di era Jose Mourinho dengan skema tiga gelandang. Matic pun turut andil dalam memenangkan Liga Inggris yang diraih Chelsea.
Bruno Fernandes (Sporting Lisbon ke Manchester United)
Kesuksesan Manchester United menembus final Europa League dan menjadi runner-up Premier League musim lalu tak lepas dari kejelian dalam memanfaatkan winter transfer. Bursa transfer Januari 2021 menjadi penanda dari babak baru Bruno Fernandes.
Sejauh ini Bruno masih menjadi pilihan utama Manchester United sebagai kreator serangan. Meski kini Setan Merah masih dalam tahap transisi dan adaptasi terhadap skema dari Ralf Rangnick, Bruno Fernandes akan tetap menjadi kreator serangan utama dari Setan Merah.
Philippe Coutinho (Inter Milan ke Liverpool)
Liverpool begitu beruntung bisa mendatangkan wonderkid asal Brasil Philippe Coutinho dari Inter Milan. Bukan tanpa alasan, dengan talenta dan potensi besar yang dimilikinya, Coutinho berhasil didatangkan ke Anfield dengan "hanya" 8,5 juta Euro.
Coutinho pun menjelma menjadi kreator lini serang di Liverpool dan diberikan free role baik itu sebagai attacking midfielder maupun left winger. Magis Coutinho di Liverpool sampai membuat Barcelona rela merogoh kantong senilai 142 juta Euro untuk mendatangkannya pada 2018. Sebuah nominal uang tertinggi dalam bursa transfer yang melibatkan tim asal Inggris.
Branislav Ivanovic (Lokomotiv Moscow ke Chelsea)
Sempat memiliki periode sulit di awal kedatangannya, Branislav Ivanovic menunjukkan bahwa dirinya direkrut pada Januari 2008 bukan untuk sebagai pelapis. Kemampuan versatile yang dimilikinya membuat Ivanovic bisa mendapatkan satu pos di lini belakang Chelsea baik itu full back maupun center back.
Sembilan tahun membela The Blues, Ivanovic sukses membantu Chelsea memenangkan 9 trofi termasuk Liga Champions, Liga Inggris, dan Europa League. Momen paling berkesan darinya datang di tahun 2013 kala golnya di menit akhir membuat Chelsea meraih gelar Europa League 2013.
Nemanja Vidic (Spartak Moscow ke Manchester United)
"You can fix a broken nose. But if you let someone score a goal, you can't fix your pride." Dari kutipan wawancaranya saja sudah bisa dipahami mentalitas kelas baja yang dimiliki Nemanja Vidic.
Ditebus dari Spartak Moscow pada Januari 2006, Vidic menjelma sebagai tembok yang kokoh bersama Rio Ferdinand di lini belakang Manchester United. Kemampuan dan mentalitas yang dimilikinya membuat Sir Alex Ferguson tak ragu memberinya ban kapten untuk memimpin para pemain sekaliber legenda seperti Ryan Giggs, Edwin van der Sar, hingga Cristiano Ronaldo.
Virgil van Dijk (Southampton ke Liverpool)
Meski mahal, budget 75 juta Euro yang dibayarkan Liverpool kepada Southampton untuk menebus Virgil van Dijk menjadi sangat terbayarkan dengan kualitas yang dimiliki. Gaya bermain, mentalitas, dan fisiknya yang kokoh membuat van Dijk kerap dikaitkan dengan legenda lain seperti Nemanja Vidic.
van Dijk pun sukses membantu Liverpool berbuka puasa atas gelar bergengsi seperti Liga Inggris dan Liga Champions. Dirinya juga terpilih dalam jajaran UEFA Player of the Year pada musim 2019/2020.
Patrice Evra (AS Monaco ke Manchester United)
Sebelum teriakan ikonik "I love this game" menggema di seluruh media sosial pribadinya, Patrice Evra adalah salah satu full back kiri terbaik di dunia ketika bermain untuk Manchester United. Evra didatangkan dari AS Monaco dengan mahar 9 juta Euro pada Januari 2006.
Polesan dari Sir Alex Ferguson membuat pos bek kiri tetap aman untuk Evra baik untuk Manchester United maupun Timnas Perancis. Total, Evra memenagkan 5 trofi Premier League dan membuat 379 penampilan untuk Manchester United.
Erling Haaland (RB Salzburg ke Borussia Dortmund)
Nama terakhir yang tak boleh terlewatkan adalah Erling Haaland. Menjadi sensasi kala mencetak 9 gol untuk timnas Norwegia di FIFA U-20 World Cup pada 2019 lalu, Haaland melanjutkan tren positifnya kala menjadi juru gedor RB Salzburg.
Januari 2020 lalu Haaland resmi berbaju Borussia Dortmund dengan harga 20 juta Euro. Hanya setahun berselang, market value Haaland menyentuh angka 150 juta Euro atas penampilan impresifnya bersama Borussia Dortmund.
Sumber: Berbagai sumber
Disadur dari: Bola.net (Jeffrydien Winanda, published 7/1/2022)