Bola.com, Jakarta - Kisah menarik muncul dari Piala Afrika 2021. Roberto Lopes, bek kelahiran Irlandia, bergabung dengan Timnas Cape Verde. Lucunya, semua berawal dari guyonan dan berujung pada pemanggilan via LinkedIn.
Roberto Lopes lahir di Dublin, dari ayah berkebangsaan Cape Verde dan ibu asli Irlandia. Pico, sapaan akrabnya, tak pernah membayangkan bisa berseragam Timnas Cape Verde jika bukan karena sahabatnya, Ayman Ben Mohamed.
Semua bermula pada Mei 2016. Ben Mohamed kala itu mendapatkan panggilan untuk membela Timnas Tunisia. Pemain kelahiran London itu kaget dan menceritakannya kepada Roberto Lopes.
"Ben bermain sangat bagus saat itu, dan tiba-tiba Timnas Tunisia menginginkannya," buka Lopes kepada BBC Sports Africa.
"Saya juga ikut dalam sebuah wawancara, dan bercanda, bahwa mungkin bisa berseragam tim nasional karena ayah saya orang Cape Verde. Sejujurnya saya cuma bercanda mengatakan sedang mengumpulkan dokumen naturalisasi."
"Ternyata ada wartawan yang menanggapinya serius. Dia menghubungi seseorang dari Federasi Sepak Bola Cape Verde. Tapi setelah itu tak terjadi apa-apa," kata Roberto Lopes.
Inbox di LinkedIn
Tiga tahun berselang, atau tepatnya 2019, setelah ia pindah ke tim kuat Irlandia, Shamrock Rovers, di mana Lopes turut bertarung di arena Liga Champions dan Liga Europa, seseorang mengontaknya lewat LinkedIn.
"LinkedIn itu saya buat saat kuliah, sekadar punya saja, tidak pernah saya tengok. Saya dapat pesan dari Rui Aguas (mantan pelatih Cape Verde), berbahasa Portugal. Saya kira itu spam dan mengabaikannya," lanjut Lopes.
"Eh, sembilan bulan kemudian, dia kirim pesan lagi, mengatakan, 'Hi Roberto, apakah Anda sudah menimang pesan saya?'. Dari situ saya merasa tidak enak hati. Saya alihbahasakan pesannya lewat Google Translate, kira-kira isi pesannya, 'Kami sedang mencari pemain-pemain baru untuk Timnas Cape Verde, bersediakah Anda?'"
"Saya kaget sekali, dan tanpa pikir panjang saya bilang, 'Ya, 100 persen, saya mau jadi bagian dari tim."
Petualangan Dimulai
Oktober 2019 jadi kali pertama buat Lopes bermain untuk Timnas Cape Verde dan sekaligus bertemu dengan rekan setimnya. Saat itu laga persahabatan, digelar di Marseille, Prancis.
Namun tidak mudah buat Roberto Lopes nyetel dengan Timnas Cape Verde. Ayahnya memang orang asli Cape Verde, yang bekerja sebagai koki di sebuah kapal ferry sebelum menetap di Dublin, tapi Lopes tak tahu apa-apa soal negara ayahnya.
Bahasa jadi kendala, sebab awalnya tak sedikitpun ia paham bahasa Portugis. Ayahnya tidak pernah mengajarinya, apalagi berbicara menggunakan bahasa tersebut.
Nasi sudah menjadi bubur, kendala bahasa dikesampingkan, dan Lopes bermain pada seluruh pertandingan Timnas Cape Verde pada Kualifikasi Piala Dunia 2022.
Piala Afrika yang sedianya dilangsungkan pada Januari 2021 harus ditunda karena COVID-19. Kini, ia bisa membantu Cape Verde berbicara banyak pada Piala Afrika 2021 yang digelar di Kamerun tahun ini.
"Awalnya saya gugup, takut. Saya khawatir tidak bisa berbuat banyak buat Cape Verde. Tapi dengan cepat perasaan itu gugur karena semua rekan satu tim saya benar-benar menyambut dengan baik."
"Mereka selalu berupaya untuk menyapa saya, membuat saya nyaman, dengan menanyakan kabar, dan lain sebagainya. Di atas lapangan, kita tahu, sepak bola punya bahasanya sendiri."
Panasanya Minta Ampun
Roberto Lopes mengaku cuaca di Kamerun selama Piala Afrika 2021 sangat panas. Bek Timnas Cape Verde yang berkarier di Liga Irlanndia bersama Shamrock Rovers itu sampai mengatakan bahwa 10 menit di stadion rasanya seperti berada di sauna.
"Pertama-tama saya kaget dengan cuacanya. Waktu di hotel sama tidak terasa, tapi ketika memasuki stadion, panasnya luar biasa, seperti sauna," kata Lopes.
"Lapangannya jadi terasa sangat luas. Kaki Anda bisa merasakan sengatan matahari bahkan saat baru 10 menit di atas lapangan. Ini jadi pengalaman yang bagus dan saya menikmati betul semua ini."
Sumber: BBC Sport