Bola.com, Jakarta - Persela Lamongan mengambil langkah drastis jelang putaran kedua BRI Liga 1 2021/2022 karena terseok-seok di zona degradasi. Pelatih baru sekaliber Jafri Sastra didatangkan beserta 11 pemain baru yang dua di antaranya pemain asing.
Namun, hasil di tiga laga putaran kedua ini tak memperlihatkan tanda-tanda perubahan yang diharapkan. Persela Lamongan justru semakin terpuruk dengan hanya mengantongi dua poin.
Di saat yang bersamaan, pesaing mereka seperti Persipura Jayapura menunjukkan perkembangan positif. Posisi Persela di papan klasemen yang terus merosot.
Demerson dan kawan-kawan kini berada di posisi ke-17 dengan raihan 16 poin. Mereka kalah selisih gol dari Barito Putera yang berada satu strip di atas mereka.
Hanya Persiraja Banda Aceh yang memiliki poin lebih rendah dari keduanya (7 poin). Apa yang sebenarnya terjadi di Persela Lamongan musim ini? Mengapa mereka begitu kesulitan meraih tiga poin sempurna?
Pemain Muda Persela Belum Sanggup Bersaing
Sedari dulu, Persela dikenal sebagai salah satu produsen pemain muda berkualitas wahid. Dendy Sulistyawan dan Saddil Ramdani merupakan beberapa contoh youngster yang bersinar di sepakbola nasional saat berseragam biru langit.
Namun, para pemain muda musim ini belum mencapai level yang diharapkan. Malik Risaldi maupun Riyatno Abiyoso tentu bukan pemain ecek-ecek.
Tetapi mengharapkan mereka membuat perbedaan di setiap laga terlalu berisiko. Hal itulah yang beberapa kali terlihat dari Persela saat mengalami kebuntuan. Mereka seperti kehilangan taji saat menghadapi lawan-lawan yang terbilang lebih berpengalaman.
Pemain Asing Tak Sesuai Harapan
Persela juga dikenal sebagai klub yang selalu memiliki pemain asing berkualitas di setiap musimnya. Hampir setiap tahun mereka menelurkan setidaknya satu pemain yang bakal jadi rebutan tim-tim lain.
Tetapi hal ini tak nampak dari Persela musim ini. Ivan Carlos, Jabar Sharza, Demerson Bruno dan Guilherme Batata belum mencapai level memukau untuk menunjang prestasi Persela.
Alhasil, dua nama pertama dilepas pada bursa transfer musim lalu. Jose Wilkson dan Selwan Al-Jaberi kemudian dihadirkan untuk memberikan sentuhan baru di skuad Persela.
Sering Kecolongan Di Menit Akhir
Problem lainya yang terjadi di kubu Persela yakni betapa seringnya mereka kecolongan di menit akhir. Dari 31 gol yang dicetak lawan ke gawang mereka, empat di antaranya tercipta di masa tambahan waktu (terbanyak sejauh ini).
Bila direnggangkan dalam kurun waktu 15 menit terakhir pun, Persela memiliki catatan delapan kebobolan. Hanya Persita (11 kali kebobolan) dan Barito Putera (sembilan kali kebobolan) yang punya rekor lebih buruk.
Sebetulnya tak mengapa bila Persela kebobolan di menit akhir setelah memiliki keunggulan dua gol. Masalahnya, mereka hanya memiliki keunggulan satu gol atau bahkan skor masih berjalan sama kuat.
Alhasil, banyak poin yang akhirnya sirna begitu saja.