Bola.com, Jakarta - Legenda Timnas Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto, mendukung program untuk mendorong pemain muda Tanah Air berkarier ke luar negeri. Menurutnya, cara tersebut lebih efektik untuk pengembangan pemain dibanding mengirim tim ke luar negeri seperti program Primavera di masa lalu.
Kurniawan Dwi Yulianto adalah salah satu legenda sepak bola Indonesia. Sosok yang akrab disapa Kurus itu adalah salah satu penyerang andal di Tanah Air.
Kurniawan mengawali kariernya di Diklat Salatiga, kemudian ia pindah ke Diklat Ragunan. Kurus juga bagian dari program Primavera yang digagas PSSI pada awal 1990-an.
Saat itu Kurniawan, dan 21 pemain Indonesia lainnya dikirim ke Italia. Mereka berkompetisi selama satu musim penuh di kompetisi sepak bola pemain muda di Negeri Pizza tersebut.
Saat itu Kurniawan mengaku sempat bermain melawan para pemain yang belakangan jadi bintang bahkan legenda sepak bola Italia. Sebut saja Gianluigi Buffon, Alessandro Del Piero, Vincenzo Montella, dan Alessio Tacchinardi
"Iya itu generasi saya waktu itu," ujar Kurniawan Dwi Yulianto di kanal YouTube JebreeeTALKS belum lama ini.
Lebih Baik Program Individu
Selain program Primavera, PSSI juga memiliki yang serupa di masa-masa berbeda. Ada yang namanya Baretti, yang juga dikirim ke Italia. Ada pula yang dikirim ke Uruguay dan beberapa negara lain.
Menurut Kurniawan, program seperti itu cukup efektif untuk jadi bahan belajar para pemain muda Indonesia. Namun, Kurus menilai akan lebih efektif jika para pemain itu didorong ke luar negeri tapi bukan sebagai tim, melainkan berkarier sebagai individu.
"Program seperti ini akan lebih kena kalau dikirim secara individu. Karena kalau secara tim belajar bolanya mungkin dapat, mentalnya iya tapi kurang dalam," jelasnya.
Kurus memberi contoh kasus yang ia alami saat memperkuat Sampdoria dan Luzern di Swiss. Saat itu mentalnya benar-benar dibentuk lantaran ia sudah lepas dari tim Primavera Indonesia.
"Karena ketika saya pindah ke Swiss, saya harus menghadapi masalah di sepak bola itu sendiri. Misalnya ketika saya performa tidak baik di latihan atau di pertandingan saya harus memotivasi diri saya sendiri," jelas Kurus.
"Pembentukan karakter, mentalnya juga dapat," lanjutnya.
Penyesalan Kurniawan
Karier Kurniawan Dwi Yulianto di sepak bola Eropa hanya bertahan beberapa tahun saja. Ia kemudian pulang ke Indonesia untuk bergabung dengan Pelita Jaya pada 1995.
Pendeknya karier yang ia jalani di Eropa itu cukup disesali Kurniawan. Sebab, ia merasa saat itu punya potensi dan bisa bersaing di level Eropa.
Namun, minimnya pengetahuan dan informasi jadi penghambat Kurus untuk memiliki karier lebih panjang di Eropa.
"Saya nggak tau apa-apa saat itu, seandainya saya hidup di era sekarang dengan teknologi sedemikian rupa saya nggak akan balik," tandas Kurus.