Foto: MesaStila Rails to Trails, Lari Lintas Alam Paling Unik dengan Menyusuri Rel Kereta Api Antik

oleh Bagaskara Lazuardi diperbarui 13 Mar 2022, 23:17 WIB
Salah satu ajang lari lintas alam paling unik di Indonesia yang bertajuk MesaStila Rails to Trails kembali digelar pada Minggu, 13 Maret 2022. Perlombaan ini diikuti oleh peserta dari 6 negara yang berbeda yaitu Indonesia, Australia, Austria, Prancis, Denmark, dan India.(Bola.com/Bagaskara Lazuardi)
Sebanyak 93 peserta kelas Master mengawali lomba dari Stasiun Ambarawa. Kemenparekraf (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), Sandiaga Uno (kiri) dan Walikota Bogor, Bima Arya ditunjuk sebagai pengibar bendera dan selanjutnya ikut berlari di rombongan ketiga. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)
Pada empat kilometer pertama, pelari disuguhkan hamparan sawah dengan latar belakang beberapa gunung yang ada di Jawa Tengah, seperti Gunung Telomoyo dan Gunung Andong. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)
Stasiun Jambu menjadi water station pertama. Beberapa peserta menyematkan untuk mengisi energi, namun lebih banyak yang tetap berlari. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)
Rel bergerigi menjadi penanda peserta bahwa rute mulai menunjukkan perbedaan elevasi. Rel ini diketahui merupakan satu-satunya rel bergerigi di Indonesia dan tiga yang aktif di dunia. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)
Masyarakat sekitar juga terlihat antusias dengan menunjukkan senyum ramah dan sapa kepada para peserta. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)
Stasiun Bedono menjadi obat pelipur lara usai menempuh tanjakan yang tak ada habisnya. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)
Arsitektur antik khas kolonial Belanda terlihat masih sangat terjaga di stasiun kelas III tersebut. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)
Jalur rel kereta api mulai menghilang di enam kilometer terakhir. Beberapa telah tertutup beton dan beralih fungsi menjadi jalanan. Peserta kemudian harus berlanjut melintasi jalur tanah dan perkebunan. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)
Pelari dihadapkan dengan tanjakan tajam sebelum menyeberangi garis finis. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)
Teriakan dan dukungan dari orang-orang terdekat menjadi pemecut langkah bagi para peserta untuk sesegera mungkin menyelesaikan lomba. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)
Beragam ekspresi terpancar dari wajah para pelari. Gembira, lelah, dan letih melebur menjadi satu. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)
Wartono (tengah) menjadi pelari tercepat sekaligus memecahkan rekor baru di ajang tersebut, yaitu 1 jam 10 menit 09 detik. Posisi kedua disusul oleh Bian Adi Saputro dan Hadi Firmansyah di urutan ketiga. (Bola.com/Bagasakara Lazuardi)
Ke depan, ajang ini akan menempuh empat kategori (5k, 12k, 25k, 75k, 120k). Rencananya kelas ultra trail marathon tersebut akan diselenggarakan pada bulan Oktober mendatang. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)