Bola.com, Denpasar - BRI Liga 1 2021/22 menjadi musim yang penuh warna bagi klub-klub asal Jawa Timur (Jatim). Arema FC dan Persebaya Surabaya yang awalnya kepayahan justru berada di persaingan gelar juara menjelang akhir musim.
Secara teknis, keduanya masih berpeluang merebut gelar juara. Tetapi poin mereka terbilang cukup jauh dari Bali United dan Persib Bandung yang menguntit di bawahnya.
Meski begitu, performa dua rival ini menunjukkan tanda-tanda kebangkitan sepak bola Jatim. Untuk pertama kalinya sejak kompetisi menggunakan nama Liga 1 pada 2017 lalu, klub Jatim ikut bersaing dalam pacuan juara hingga saat terakhir.
Sebagai satu di antara barometer sepakbola tanah air, ini menjadi sebuah pencapaian tersendiri. Tak hanya menjadi penyumbang klub terbanyak di kasta tertinggi, Jatim juga membuktikan bila mereka masih pantas disebut sebagai pusat sepak bola nasional.
Tetapi sayangnya, performa dua klub tersebut tak diikuti tiga tim lainnya. Persik Kediri, Madura United dan Persela Lamongan jauh dari kata impresif bila menghitung selama satu musim kompetisi penuh BRI Liga 1.
Persik Menanjak, Madura United Inkonsisten
Tanda-tanda kebangkitan Persik di BRI Liga 1 mulai terlihat saat Javier Roca mengambil alih posisi pelatih kepala. Meskipun tak langsung moncer, klub berjuluk Macan Putih itu langsung tancap gas memasuki seri keempat yang berlangsung di Bali.
Bahkan, klub berjuluk Macan Putih ini sempat mengukir catatan enam laga beruntun tak terkalahkan. Perlahan posisi mereka yang sempat terlempar di zona merah naik tingkat ke posisi papan tengah-atas.
Setali tiga uang dengan Persik, Madura United juga melakukan pergantian pelatih di penghujung seri pertama lalu. Sayangnya, Fabio Lefundes gagal memberikan konsistensi yang sangat dibutuhkan mereka.
Alhasil posisi mereka di papan klasemen tak terlalu berdampak signifikan. Klub berjuluk Laskar Sape Kerrap itu terpaku di papan tengah-bawah. Tetapi setidaknya, mereka hanya perlu satu poin lagi untuk bertahan di kasta tertinggi musim depan.
Persela Segera Ucapkan Selamat Tinggal Kasta Tertinggi
Catatan 22 laga beruntun tanpa kemenangan merangkum buruknya permainan Persela musim ini. Masalah klub berjuluk Laskar Joko Tingkir ini terlalu kompleks sehingga sulit terselesaikan.
Iwan Setiawan dan Jafri Sastra akhirnya menyerah dengan inkonsistensi permainan Malik Risaldi dkk. Mereka pun angkat kaki karena gagal menemukan solusi bagi permainan mereka.
Beberapa faktor diyakini menjadi penyebab keterpurukan Persela. Mulai persiapan tim yang seadanya, kedalaman skuad yang buruk serta tak bermain di Stadion Surajaya memaksa mereka (segera) mengucapkan selamat tinggal dari kasta tertinggi.