Bola.com, Jakarta - Kiper Atletico Madrid, Jan Oblak menangkap sempurna bola yang berarti peluang terakhir Manchester United (MU) pada laga tadi malam. Sesaat setelah itu, giliran wasit asal Slovenia, Slavko Vincic, yang meniup peluit tanda akhir babak kedua, sekaligus pertandingan selesai.
Tak jauh dari jarak antara Vincic dan Oblak, ada sosok yang sangat familiar. Ia hanya bisa terpaku, terlihat matanya sesekali ke arah atas, entah ke mana, mungkin ke arah Tuhan sembari bergumam. Wajahnya menjadi sorotan kamera televisi, bahkan di-zoom.
Dialah Cristiano Ronaldo. Sosok yang menggunakan jersey bernomor 7 ini langsung menjadi pusat perhatian. Memang, publik langsung menyorot penampilan Harry Maguire yang seperti berstatus bek kemarin sore. Bagaimana tidak, ia mengirim umpan ke arah David de Gea dengan posisi yang sulit, dan diarahkan kaki kiri, yang notabene bukan terkuat milik sang kiper.
Tapi itu bisa menjadi pembahasan lain waktu, apalagi tak sekali ini Harry Maguire membuat tindakan yang 'tak senonoh' dalam pertandingan MU. Kembali ke Cristiano Ronaldo, yang tengah meratapi nasib apesnya.
Maklum, niat hati kembali ke Old Trafford dan berharap bisa memberikan trofi jawara kepada masa remajanya, yang terjadi justru sebaliknya. Jika Anda melihat apa yang terjadi setelah peluit panjang dibunyikan wasit Vincic, Cristiano Ronaldo seolah sendiri.
Yup, dia yang di pengujung pertandingan berada di depan, seolah sendiri. Dia hanya bisa melangkah pelan, gontai, sendirian, nyaris sama dengan apa yang terjadi ketika selesai babak pertama.
Usai laga MU Vs Atletico Madrid pada Leg 2 Babak 16 Besar Liga Champions 2021/2022, Cristiano Ronaldo menjadi pemain pertama yang menuju sisi pojok pintu ke arah ruang ganti permain. Langkahnya terlihat lemas, dan sesekali 'memanyunkan' bibir, penanda kecewa yang tak ingin diperlihatkan di tengah lapangan Old Trafford.
Pemain Lain
Para pemain lain?. Setali tiga uang dengan Cristiano Ronaldo. Mereka juga menunjukkan ekspresi tak menyenangkan, meski beberapa pemain masih mau bersalaman dengan deretan penggawa Atletico Madrid.
Bagi keluarga besar MU, momen dini hari tadi WIB, menjadi satu di antara area kelam sepanjang musim ini. Sekadar informasi, di level Liga Champions, MU tercatat sudah tersingkir enam kali di area knock-out pada enam dari delapan laga terakhir.
Angka tersebut menjadi bagian tak mengenakkan. Oleh karena itu, semakin berat bagi manajemen MU bisa menyamai apa yang diperoleh ketika Sir Alex Ferguson menangani kubu Carrington.
Tak hanya itu, pilihan-pilihan terhadap para pengganti Sir Alex juga terbukti tak berhasil. Setidaknya, mereka tak ada yang menyelesaikan kontrak, dan kecenderungan sang pengganti juga hanya bersinar di awal alias menjanjikan, tapi tidak ketika berada di ranah realisasi hasil akhir.
Itulah nasib tragis di rumah sendiri dan nestapa yang tak berkesudahan sepanjang musim ini. Lebih ironis lagi, hampir seluruh nasib tak mengenakkan tersebut terjadi di rumah sendiri, Stadion Old Trafford.
Tak Ada Greget
Padahal, Old Trafford punya tradisi sebagai sarang mematikan bagi lawan. Musuh bakal terkena sihir keangkeran Theatre of Dreams. Sayang, kini tak ada lagi kebahagiaan di teater yang diharapkan bisa merealisasikan banyak mimpi MU.
Gol tunggal Atletico Madrid via Renan Lodi pada menit ke-41, menjadi unsur mematikan untuk kali ketiga ketika MU berstatus tuan rumah. Sebelumnya, fans MU menjadi saksi di rumah sendiri ketika tim kesayangan mereka tersingkir dari ajang Piala FA dan Piala Liga Inggris.
Pada 4 Februari 2022, Old Trafford menjadi saksi ketidakberdayaan armada MU melewati adangan Middlesbrough. Pada pergulatan di level Piala FA tersebut, MU kalah melalui adu penalti.
Jauh sebelum tersingkir di Piala FA, rasa malu juga menghinggapi fans MU setelah Setan Merah tersungkur dari West Ham United dengan skor 0-1. Pertandingan tersebut terjadi di panggung Piala Liga Inggris alias Carabao Cup 2021/2022.
Kegagalan demi kegagalan di Old Trafford menjadi indikator kuat kalau sang markas tim raksasa tersebut sudah tak lagi mengerikan. Artinya, peninggalan Sir Alex Ferguson terhadap status Old Trafford, nyaris tak ada yang bisa membuat jaya lagi.
Diksi Bebas
Walhasil, diksi apa yang laing cocok juga tak menjadi jaminan. Apakah nelangsa, nestapa, bencana atau kehancuran?. Semuanya bisa dipakai, atau mungkin ada pilihan lain dari Sahabat di seluruh Indonesia?
Satu yang pasti, kini perjalanan MU di sisa musim terasa hambar. Bagaimana tidak, mereka hanya butuh keajaiban bisa menjadi jawara Liga Inggris musim ini. Sekadar lolos ke zona Liga Champions 2022/2022 sudah lebih dari cukup, meski pada kenyataannya akan sulit karena harus bertarung dengan Arsenal dan Chelsea.
Tak hanya itu, sisi permainan juga menjadi pekerjaan luar biasa. Apalagi, di tengah psikologi yang terganggu, para pemain bisa saja sudah tak fokus lagi di sisa musim ini.
Menunggu Berubah
"Saya pikir kami bermain bagus pada babak pertama, itu bentuk permainan yang kami inginkan. Tapi, sayang, semua itu gagal berubah menjadi gol. Kami memiliki beberapa peluang emas yang semestinya berujung gol, tapi ternyata tidak," jelas Ralf Rangnick, Pelatih MU.
Apa yang terucap dari mulut Rangnick juga menjadi bahan catatan tersendiri. Setidaknya, para pemain yang konsisten membuat blunder, bisa ditepikan sejenak demi ketenangan tim.
Selain itu, penyelesaian akhir yang tak maksimal memberi sinyal kalau suasana di Carrington bakal lebih panas. Kini, publik akan menunggu apa yang bisa dilakukan MU sampai akhir musim : apakah formasi sama, atau mencoba peruntungan dengan menggunakan para pemain muda demi zona matang musim depan?.
Kita tunggu saja.
Baca Juga
Kejutan, Kode Keras Erick Thohir Tegaskan Rela Mundur dari Ketum PSSI, jika...
Panas Usai Dihajar Jepang, Ini 5 Hot News Timnas Indonesia yang Bikin Perasaan Fans Campur Aduk : Curhat Kevin Diks sampai Ancaman Evaluasi
Bikin Geger, Pengakuan Shin Tae-yong dan Sindiran Keras Malaysia Setelah Timnas Indonesia Disikat Jepang, Ini 5 Hot News Tim Garuda