Bola.com, Gianyar - Hattrick gelar Liga 1, bukanlah sesuatu yang mudah dicapai bagi seorang pelatih. Apalagi, bisa melakukannya di dua klub berbeda. Tapi, Stefano Cugurra Teco bisa melakukannya dengan baik.
Bersama Persija Jakarta dan Bali United, dia sukses mengunci tiga gelar juara. Namun seperti peribahasa, semakin tinggi pohon semakin tinggi pula angin berhembus.
Pelatih asal Brasil itu bisa dikatakan berada di puncak kariernya. Di situasi inilah godaan mulai bermunculan untuk Stefano Cugurra Teco.
Dari kabar yang beredar, ada klub-klub khususnya dari Asia Tenggara yang meminati jasanya. Tapi untung bagi Bali United, Teco masih memiliki kontrak hingga Desember 2022.
Meski begitu, manajemen Tim Serdadu Tridatu harus segera memagari pelatih kelahiran Rio De Janeiro tersebut dengan kontrak anyar, sebelum kontraknya pada Desember mendatang habis.
Meskipun tidak menjawab jika sekarang ada klub yang mencoba membajaknya dari Bali United, Stefano Cugurra Teco tidak membantah ada kemungkinan untuk mencari tantangan yang lebih besar ada kedepannya.
Target Lebih Tinggi
Tampaknya dia tidak ingin selamanya berkutat bersama Bali United. Mungkin Stefano Cugurra Teco melihat, di sepak bola tidak ada yang abadi. Dia masih memiliki target besar kedepannya. “Masih ada target setelah Bali (United). Masih ada target lebih tinggi,” ujarnya.
Bahkan, dia mengatakan harus menghormati pelatih yang masih bersama klub tersebut. Pernyataan Teco semakin membuat teka-teki terkait klub mana yang disebut olehnya.
“Kalau sekarang, tunggu dulu. Harus respect dengan pelatih di sana,” jelas Teco.
Sebagai pelatih, Teco tidak munafik. Dia sepertinya akan mengambil tawaran yang lebih besar.
“Di sepak bola, finansial penting dan tidak boleh berbohong. Di Thailand, gaji saya lebih besar tapi istri saya ingin balik ke Indonesia,” terangnya.
Pernah Didekati Klub Thailand dan Malaysia
Klub Thailand dan Malaysia bahkan coba membajaknya dari Bali United. Namun, Teco menjelaskan jika percobaan pembajakan tersebut terjadi bukan tahun ini. Di Thailand sesuai pengakuannya, klub tersebut meminta agar dia membantu untuk lolos dari degradasi.
“Saya sebelumnya sudah tujuh tahun di sana. Saya tidak bisa karena fokus di sini. Waktu di Thailand, saya pegang tim dengan target tidak degradasi. Tidak mudah, tapi bisa sesuai target. Kebetulan saya masih memiliki hubungan baik dengan presiden klub dan pelatih disana,” ucap mantan arsitek Chiangrai United tersebut.
Selama pandemi, dua klub Malaysia juga getol dengan Teco. Untungnya dia masih betah dengan Bali United. Ketika itu, Liga Malaysia berjalan seperti biasa. Berbeda dengan Indonesia yang kompetisinya hiatus dan tanpa kejelasan apapun.
Teco mengakui ada perasaan stres yang dirasakannya. “Waktu itu ada dua tim dari Malaysia yang sering ganggu saya. Mereka lalu bertanya, mengapa saya mau bertahan di negara yang tidak ada kompetisi. Saya stres saat itu. Tapi setelah kompetisi bisa berjalan, saya bisa lebih senang,” tutupnya.