Bola.com, Semarang - PSIS Semarang adalah satu di antara klub dengan sejarah panjang di Tanah Air. Klub berkulukan Mahesa Jenar ini pernah merasakan gelar juara.
Mereka pernah juga konsisten ada di papan atas. Namun, PSIS Semarang juga pernah merasakan pahitnya terdegradasi.
Seperti diketahui, PSIS menjadi juara di Lig Indonesia edisi 1999. Saat itu mereka mengalahkan Persebaya Surabaya lewat gol tunggal Tugiyo di menit akhir babak kedua.
Namun, di musim selanjutnya PSIS justru tampil buruk. Mereka bahkan langsung terdegradasi dari kasta tertinggi hanya satu tahun setelah menjadi juara.
PSIS Semarang pun bangkit lagi dan mulai konsisten ada di papan atas sejak tahun 2004. Bahkan di tahun 2005, PSIS bisa menempati posisi tiga dan runner-up satu satu tahun setelahnya.
Sempat Terpuruk
Terbitnya aturan larangan penggunaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk pengelolaan klub sepak bola sejak tahun 2008 jadi tantangan tersendiri bagi PSIS.
Mereka saat itu tampak tidak siap. Di musim perdana Indonesia Super League, PSIS yang tampil dengan kekuatan seadanya langsung terdegradasi. Mereka butuh menunggu hingga tahun 2017 untuk bisa promosi kembali ke kasta tertinggi.
Legenda PSIS Semarang, Indriyanto Nugroho merasa PSIS perlu belajar dari masa lalu. Agar kejadian turun kasta yang dialami sebelumnya tidak harus terulang.
"Harus ada sinergi lah dari manajemen pemain, ofisial, terutama di manajemen bisa memberikan kontribusi yang bagus juga di masalah finansial agar tidak terjadi kesenjangan. Pengelolaan tim itu harus dilakukan dengan sangat baik," kata Indriyanto Nugroho kepada Bola.com, Minggu (10/4/2022).
Masa Keemasan
PSIS Semarang adalah salah satu tim terlama yang diperkuat Indriyanto Nugroho. Mantan penyerang tajam itu memperkuat Mahesa Jenar dari tahun 2003 hingga 2007.
Sosok yang akrab disapa Nunung itu menggambarkan masa-masa itu sebagai salah satu masa keemasan dalam kariernya sebagai pemain.
Indriyanto menyebut saat itu kondisi di tubuh PSIS Semarang sangat kondusif. Baik dari sisi manajemen, pemain, pelatih, dan ofisial.
"Secara keseluruhan bagus, finansial, pemain, semuanya kekeluargaan bagus banget. Kita enak di dalam timnya kondusif. Pemain asing dan lokal juga saling mendukung," jelas Nunung.