Bola.com, Jakarta - Langkah PSSI untuk menaturalisasi pemain keturunan di Eropa demi memperkuat Timnas Indonesia mulai membuahkan hasil. Sandy Walsh dan Jordi Amat segera memegang paspor Indonesia.
Keduanya termasuk dalam empat pemain yang diajukan oleh pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong pada Desember 2021. Dua sosok lainnya adalah Mees Hilgers dan Kevin Diks.
Belakangan ada nama lain yang dimunculkan. Di antaranya Emilio Audero Mulyadi, Ragnar Oratmangoen, dan Shayne Pattinama. Dari sejumlah nama tersebut, Kevin Diks yang paling banyak disorot.
Hal ini terkait dengan kiprahnya bersama sejumlah klub top di Eropa. Termasuk saat memperkuat Feyenoord di Liga Champions musim 2017/2018 dan berada satu grup dengan Manchester City, Shakhtar Donetsk dan Napoli.
Kevin yang baru berusia 21 tahun selalu dimainkan saat laga tandang. Feyenoord memang gagal lolos ke-16 Besar, tetapi momen itu sangat berkesan dalam karier sepakbola Kevin.
Pada musim yang sama, dia juga menjadi bagian penting dari Feyenoord saat meraih Piala KNVB dan Piala Johan Cruyff. Selain Feyenoord, Kevin Diks yang musim lalu bermain untuk klub Liga 1 Denmark, AGF Aarhus ini pernah berkostum Vitesse, Fiorentina, dan Empoli. Pengalaman yang lumayan baik buat pria kelahiran 6 Oktober 1996 tersebut.
Terbentur Rrestu Orangtua
Nama Kevin Diks sempat menghilang dari daftar calon pemain yang diburu setelah Shin Tae-yong mengajukan sosok Ragnar Oratmangoen. Seiring berjalannya waktu, Shin Tae-yong kembali memasukkan bek FC Copenhagen itu sebagai pemain incaran untuk dinaturalisasi pada Februari 2022.
Media Denmark, Tipsbladet, turut mengabarkan rencana naturalisasi yang akan dilakukan Kevin Diks bersama Timnas Indonesia. Bahkan, mereka tak ragu melabeli Kevin Diks sebagai aset terbesar FC Copenhagen.
Namun, proses naturalisasi Kevin Diks akhirnya terhenti menyusul pernyataan anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Hasani Abdulgani, yang diberi tugas untuk menghubungi pemain. Selain Diks, Hasani juga menyebut nama Mees Hilgers.
Hasani menjelaskan pembatalan naturalisasi Mees Hilgers dan Kevin Diks dikarenakan terbentur restu dari orang tua keduanya. Orang tua dari Mees Hilgers dan Kevin Diks disebut mengira bahwa anaknya dapat memegang paspor ganda jika menjadi WNI, sedangkan Indonesia hanya menganut kewarganegaraan tunggal.
"Proses naturalisasi Hilgers dan Diks kami drop. Kami tidak lanjutkan karena faktor izin orang tuanya," kata Hasani Abdulgani ketika dihubungi Bola.com, Kamis (10/2/2022) sore WIB.
Rekam Jejak Kevin Diks
Kevin Diks mengawali persentuhannya di sepak bola sejak usia 4 tahun dari kedua orangtua yang juga berstatus pesepak bola amatir. Ia mulai menimba ilmu di Akademi Sepakbola Aegon VV.
Pada usia 8 tahun, bakatnya terpantau oleh Vitesse yang kemudian merekrutnya sebagai pemain akademi. Setelah bermain di turnamen kategori usia, Kevin mendapat kontrak profesional untuk masuk di tim utama Vitesse jelang musim 2014/2015.
Selama dua musim memperkuat Vitesse, Kevin yang berposisi sebagai bek kanan ini tampil dalam 56 partai di Erevidivisie (Liga 1) Belanda. Penampilannya yang impresif membuat Fiorentina tertarik merekrutnya dengan durasi kontrak selama empat tahun.
Sayang pada musim pertamanya di Fiorentina, Kevin gagal menampilkan kemampuan terbaiknya. Ia hanya bermain dalam dua partai di Seria A bersama Fiotentina.
Butuh jam terbang membuat Kevin meminta kembali ke Vitesse dengan status pinjaman. Bersama klub lamanya itu, nama Kevin kembali mencuat dengan raihan trofi Piala KNVB pada 2017.
Tampil di Liga Champions
Prestasi yang membuat Feyenoord ingin memakai jasanya pada musim 2017-2018. Di klub elit Belanda tersebut, Kevin tampil reguler di Liga Belanda. Sementara itu di Liga Champions, ia selalu dimainkan pada laga tandang.
Di pentas elit Eropa ini, Kevin kerap berduel dengan sejumlah pemain atas di Eropa. Ia menunjuk sosok Raheem Sterling (Manchester City), Lorenzo Insingne dan Dries Mertens (Napoli) sebagai lawan yang tersulit ia hadapi.
"Momen yang paling berkesan ketika saya berduel dengan Dries. Ia mengenal saya karena sama-sama pernah menimba ilmu di Akademi Sepakbola Aegon VV. Bersama Feyenoord, Kevin kembali meraih trofi juara Piala KNVB.
Tampil baik bersama Feyenoord membuat Fiorentina kembali menariknya ke Italia jelang musim 2018/2019. Kevin pun selalu ditampilkan pada partai pre season Fiorentina yang ketika itu dilatih Stefano Fioli.
Namun, impiannya untuk bermain reguler di Fiorentina terkendala cedera lutut yang menimpanya. Ia pun harus menjalani perawatan. Setelah pulih, Fiorentina meminjamkannya ke Empoli.
Tapi, karena kebugarannya yang belum kembali membuat Kevin Diks tak mendapatkan menit bermain pada musim 2018/2019. Beruntung pada paruh musim, klub Denmark, AGF Aarhus mengajaknya bergabung.
Bersama AGF, Kevin kembali bangkit. Total, ia tampil dalam 44 laga dengan koleksi 8 gol. Aksi memikatnya ini membuat klub elit Denmark merekrutnya jelang musim 2021/2022.
Kerap Menonton Liga 1
Seperti layaknya pemain keturunan Indonesia, Kevin Diks mengaku kerap menonton laga Liga 1 yang melibatkan pemain asal Belanda seperti Melvin Platje, William Pluim dan Marc Klok.
"Atmosfer kompetisi Indonesia lumayan meriah. Saya menyaksikan antusiasme suporter sangat tinggi saat mendukung tim kesayangannya."
Kevin Diks berdarah Indonesia dari ibunya."Oma dan Opa saya asli Maluku. Nama belakang keluarga saya adalah Bakarbessy. Saya sudah dua kali berlibur ke Indonesia dan mengunjungi Ambon. Jersey klub saya dipajang pada sebuah kafe di Ambon," terang Kevin.
Sebagai keturunan Indonesia, Kevin juga menyukai masakan khas Indonesia seperti nasi goreng dan sate ayam. "Saya sering menyantap makanan itu disela-sela waktu senggang bersama keluarga. Tapi, saat kompetisi, saya terpaksa menahan dulu karena menu makanan sudah diatur oleh ahli gizi klub," pungkas Kevin.
Baca Juga
Gosip Transfer Kevin Diks Makin Kencang, Wartawan Jerman Bocorkan Kapan Sang Bek Timnas Indonesia Pindah ke Monchengladbach
Sembuh dari Cedera di Timnas Indonesia, Kevin Diks Main 90 Menit dan Cetak 1 Assist dalam Kemenangan FC Copenhagen di Liga Denmark
Kevin Diks Pelajari Banyak Hal di Timnas Indonesia: Dunia dan Kultur Baru, Pelatihnya dari Korsel