Bola.com, Jakarta - Seto Nurdiyantoro adalah salah satu pelatih muda yang namanya terus naik dalam beberapa tahun terakhir. Seto kerap disebut punya filosofi bermain yang menarik.
Menghadapi Liga 1 2022/2023, Seto Nurdiyantoro kembali lagi ke PSS Sleman. Ia belum lama ini ditunjuk menjadi pelatih kepala di klub berjulukan Elang Jawa tersebut.
Ini akan jadi kesempatan kedua bagi Seto menukangi PSS di Liga 1. Sebelumnya, Seto Nurdiyantoro juga pernah menjadi juru taktik Tim Elang Jawa di Liga 1 2019 lalu.
Kepada kanal YouTube Akurasi TV, Seto mengungkapkan beberapa mimpi yang ingin ia gapai sebagai pelatih. Mulai dari membawa klub juara Liga 1 dan terlibat di Timnas Indonesia.
"Inginnya sampai tahap tertinggi, salah satunya membawa tim Liga 1 juara. Saya juga pengen terlibat ke Timnas Indonesia," ungkap Seto Nurdiyantoro.
Tidak Pernah Punya Cita-Cita
Dalam kesempatan tersebut, Seto Nurdiyantoro juga berbicara soal masa kecilnya. Masa dimana ia pertama kali mengenal olahraga sepak bola.
Menurut Seto ketika masih kecil ia tidak memiliki mimpi untuk menjadi pemain sepak bola. Pun demikian ketika ia sudah menjadi pemain. Seto tak punya mimpi untuk meneruskan karier sebagai pelatih.
"Saya nggak ada cita cita jadi pemain bola. Mungkin pertama hobi, dari kecil suka main bola tanpa alas kaki. Dulu kalau ditanya ya cita-cita pengen jadi insinyur jadi dokter," katanya.
"Saat-saat sudah mulai ke profesional ya sudah di situ, artinya saya mencari kekurangan dan memperbaiki itu. Prosesnya bagaimana saya jadi pemain profesional saya ngikuti alurnya saja, waktu jadi pemain pun saya tidak kepikiran jadi pelatih. Mulai dari kursus-kursus akhirnya berlanjut," sambung eks pemain PSIM Yogyakarta ini.
Lebih Enak Jadi Pemain
Seto kemudian menyebut tugas sebagai pelatih itu jauh lebih berat ketimbang saat masih berstatus sebagai pemain. Menurut dia pelatih punya tugas yang kompleks.
Ia harus bisa meracik strategi yang cocok untuk timnya. Juga menyatukan banyak karakter menjadi satu sehingga tujuan utama tim bisa dicapai bersama-sama.
"Kalau mau dibandingkan, enak jadi pemain daripada pelatih. Kalau jadi pelatih lebih kompleks. Karakter pemain kan beda-beda itu yang susahnya untuk menyatukan itu," jelas Seto.