Bola.com, Catalan - Barcelona asuhan Xavi Hernandez tidak hanya stagnan, tapi telah mengalami kemunduran yang jelas dalam perjalanannya. Sekali lagi, tim ini telah menjadi Barcelona yang tak lagi sama dengan tim kuat yang kerap menjadi langganan juara.
Barcelona bukan lagi tim yang rajin mencetak gol, melakukan sentuhan bola, melakukan umpan pendek, ambisius, dan percaya diri. Semua itu telah sirna dan menghilang.
Barcelona telah menghabiskan bertahun-tahun melalui kompetisi. Musim ini dan dua musim sebelumnya begitu mengecewakan dan tak ada pelatih yang bisa meluruskan jalan mereka, baik Valverde, Setien, Koeman, maupun Sergi.
Pada saat ini Xavi sedang mencari solusinya. Namun, ada angka-angka yang bisa menjadi gambaran. Keseimbangan Ronald Koeman adalah 5 kemenangan, 3 hasil imbang dan 5 kali kalah. Sergi Barjuan meraih satu keberhasilan dan 2 hasil imbang. Sementara Xavi meraih 17 kemenangan, 8 hasil imbang, dan 7 kekalahan.
Barcelona tidak pernah kalah dalam 12 pertandingan sejak musim 2006/2007 dan dua kekalahan beruntun di laga kandang La Liga sejak 2015/2016. Namun, apa yang salah dari tim ini sehingga Barcelona masih saja stagnan?
Kehilangan Arah
Barcelona mencoba, ketika melawan Rayo dan Cadiz, melakukan 18 tembakan, angka tertinggi tanpa mencetak gol di semua kompetisi musim ini. Ia menembak ke gawang, tapi entah dia melakukannya tanpa hasil atau memang lawan memiliki pertahanan dan kiper yang bagus.
Terlepas dari taruhan di lini serang, seperti Dembele, Ferran, Aubameyang, Adama, Luuk de Jong, Memphis, pemain mereka kurang baik dalam membidik target dalam beberapa pertandingan.
Menghadapi Eintracht Frankfurt, Barcelona menembak 10 kali, sementara tim asal Jerman itu 15 kali.
Dalam hal ini tak ada tim yang membuat lebih banyak tembakan ke tiang gawang pada musim ini ketimbang Barcelona, yaitu 18 kali, tujuh di antaranya dilakukan Gerrard Pique, Jordi Alba, Oscar Mingueza, dan Sergi Roberto yang merupakan pilar pertahanan.
Kurang Intens
Tim Catalan ini seperti tidak memiliki kekuatan. Melawan Rayo, misalnya. Mereka hanya melakukan 9 pelanggaran, berbanding 15 pelanggaran yang dilakukan tim lawan.
Ketika melawan Eintract, Barcelona hanya melakukan 7 pelanggaran, sementara tim Jerman itu melakukan 18.
Barcelona buruk karena kurang keras dalam permainannya. Perubahan para pemain di belakang karena cedera dan adanya sejumlah pemain muda bisa membantu memahami mengapa catatan itu ada.
Camp Nou Tidak Angker untuk Lawan
Barcelona kalah dalam tiga pertandingan kandang terakhir mereka di semua kompetisi. Mereka kalah 2-3 dari Eintracht Frankfurt di Liga Europa dan juga kalah 0-1 di La Liga melawan Cadiz dan Rayo Vallecano.
Hanya sekali dalam sejarah, Barcelona mencatatkan tiga kekalahan beruntun di kandang sendiri dalam semua kompetisi. Tiga di antaranya antara musim 1997/1998 dan 1998/1999, di mana Louis van Gaal menjadi arsitek tim.
Permasalahan Cedera
Barcelona memiliki masalah dengan cedera yang telah memengaruhi semua lini dan pemain penting. Pada babak terakhir ini, situasinya belum membaik dan Xavi menyadari sebagian besar disebabkan karena sistem baru yang diterapkan, tekanan tinggi, dan keausan.
"Ini adalah perubahan gaya permainan dan sudah lama tidak dilakukan. Secara fisik, terlihat, terutama di pertahanan. Ini model permainannya dan jadwal yang padat membutuhkan upaya yang spektakuler. Akhirnya mereka terpuruk," ujarnya.
Dalam beberapa pertandingan terakhir, Barcelona menderita. Korban karena cedera pada saat ini adalah pemain seperti Gerard Pique dan Pedri.
Possession dan Transisi yang Buruk
Dalam sebagian besar pertandingan, Barcelona memiliki penguasaan bola, di mana itu adalah keunggulannya. Namun, ada beberapa pengecualian, seperti dalam pertandingan melawan Real Sociedad yang memiliki 56 persen penguasaan bola.
Melawan Cadiz, Barcelona kehilangan 145 bola, 22 lebih banyak daripada tim lawan. Semakin serius ketika melawan Rayo, yaitu 164 berbanding 132, dan Eintracht 148 berbanding 118.
Menguasai bola tidak ada gunanya jika Anda membuangnya, terutama dalam jarak yang paling menentukan.
Produktivitas Gol Minim
Barcelona belum pernah memiliki rata-rata produktivitas gol yang begitu rendah sejak musim 2001/2002. Barcelona mencetak rata-rata 1,65 gol per pertandingan.
Dalam 48 pertandingan yang dimainkan di semua kompetisi, ia telah mencetak 79 gol. Kedatangan bala bantuan ofensif pasar musim dingin ini, seperti Ferran Torres, Aubameyang, dan Adama, adalah untuk menanggapi kebutuhan ini.
Namun, dari manajemen dan ruang ganti dijelaskan bahwa mereka masih butuh lebih banyak potensi dalam menyerang. Xavi masih belum melihatnya dengan jelas.
Kehilangan Penggemar
Hasil buruk, ketidakteraturan, kepergian Messi, pertandingan yang tertunda, dan pandemi telah membuat para penggemar terpisah jarak dengan tim Barcelona.
Contoh yang paling luar biasa adalah pertandingan ulang Liga Europa melawan Eintracht, di mana Barcelona mengakui mereka seperti bermain di kandang lawan.
Kebobolan Lebih Dulu
Barcelona mulai terbiasa tertinggal, dengan masalah fisik, olahraga, dan moral yang tersirat. Dalam enam laga terakhir, lima kali Barcelona selalu kebobolan duluan, selain kemenangan melawan Real Sociedad di San Sebastian.
Situasi ini tidak hanya memerlukan upaya ekstra, tapi juga memperlihatkan adanya kurang konsentrasi, ketegangan, dan intensitas yang jelas dalam awal pertandingan.
Sumber: Marca