Bola.com, Jakarta - Selama 5 tahun 7 bulan bekerja di bawah bendera Bola.com, mengikuti perjalanan Timnas Indonesia, mulai dari persiapan hingga berlaga di turnamen internasional adalah hal yang paling seru, mendebarkan, sekaligus menyenangkan. Melihat secara langsung rasa bangga, gelak tawa, teriakan semangat, hingga tangis haru dari para pemain, adalah hal yang tak bisa terbayarkan oleh apa pun.
September 2016 adalah titik di mana saya menginjakkan kaki di Bola.com, sebuah portal olahraga yang saat itu usianya baru 1 tahun 5 bulan. Semangat dari awak redaksi menjadi motivasi tersendiri.
Mengikuti persiapan singkat Timnas Indonesia menuju Piala AFF 2016, fase akhir Indonesia Soccer Championship 2016, lahirnya era Liga 1 pada 2017 yang diawali dengan turnamen pramusim Piala Presiden 2017, menjadi keseharian saya memberikan informasi teraktual bagi para pembaca Bola.com.
Dalam perjalanan selama 5 tahun lebih menjadi jurnalis Bola.com, yang paling saya nikmati adalah bagaimana tim redaksi ini punya semangat yang luar biasa untuk mengantarkan Timnas Indonesia berlaga di kejuaraan internasional degan pemberitaan yang intens.
Begitu intensnya, tak jarang kami turut menginap di hotel yang sama seperti para pemain Timnas Indonesia. Berada satu lift bersama Manahati Lestusen yang hendak sarapan, menyapa Gavin Kwan Adsit dan Beto Goncalves yang baru selesai beribadah Minggu di sela-sela pemusatan latihan untuk Asian Games 2018, hingga mengamati bagaimana ekstra kerasnya latihan Putu Gede dan Stefano Lilipaly di ruang gym hotel tempat mereka menginap ketika pemain lain tengah beristirahat di kamar, menjadi sesuatu yang menyenangkan.
Saking seringnya terlihat di depan ofisial tim, pernah satu ketika Timnas Indonesia menggelar pemusatan latihan di Cikarang, Bima Sakti, asisten Luis Milla di SEA Games 2017 dan Asian Games 2018, serta pelatih interim Tim Garuda di Piala AFF 2008, kerap mengeluarkan pertanyaan singkat yang sama: "Nginep di sini juga bang?"
Ada satu rentang waktu yang sangat istimewa setelah saya membawa bendera Bola.com, yaitu keseruan melihat secara langsung dan begitu dekat kiprah pelatih asal Spanyol, Luis Milla, menangani Timnas Indonesia sejak awal 2017 hingga selesainya perhelatan Asian Games 2018, di mana Indonesia menjadi tuan rumah.
Rentang waktu yang cukup panjang, sekitar 1,5 tahun Timnas Indonesia ditangani oleh pelatih asal Spanyol yang juga merupakan mantan pemain Real Madrid dan Barcelona. Kala itu, Luis Milla mempersiapkan tim muda yang akan berlaga di SEA Games 2017 Kuala Lumpur dan Asian Games 2018 di Jakarta.
Berbekal basis data dari PSSI serta pengamatan langsung ke sejumlah kota yang menjadi tuan rumah fase grup Piala Presiden 2017, Luis Milla menentukan siapa saja pemain muda yang menarik perhatiannya untuk ditempa lebih lanjut di Timnas Indonesia.
Masih teringat jelas di ingatan saya, bagaimana Luis Milla hadir di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, begitu serius dan intens mengamati para pemain muda yang tampil di Piala Presiden 2017. Ditemani oleh Danurwindo yang saat itu menjadi Kepala Departemen Teknik PSSI, Luis Milla memulai langkahnya membentuk sebuah Timnas Indonesia yang akan ditanganinya.
Demi Menyajikan yang Aktual
Singkat cerita, Timnas Indonesia U-22 asuhan Luis Milla yang akan berlaga di SEA Games 2017 terbentuk. Setelah gagal melangkah jauh di Kualifikasi Piala AFC U-23 pada Juli 2017, Luis Milla menggelar pemusatan latihan terakhir Tim Garuda Muda jelang SEA Games 2017 di Bali pada Agustus.
Satu hal yang membuat saya selalu termotivasi mengikuti perjalanan Timnas Indonesia bersama Bola.com adalah dukungan dari manajemen agar redaksi terus memberikan kabar aktual langsung dari lapangan. Saya dan dua rekan saya, seorang fotografer dan videografer, pun terbang ke Bali untuk melihat langsung persiapan terakhir tersebut.
Ada satu momen yang sangat menarik selama mengikuti pemusatan latihan Timnas Indonesia di Bali. Tim pelatih Tim Garuda Muda kerap melakukan aksi lari dari Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar hingga hotel tempat Timnas Indonesia menginap, yang jaraknya sekitar 8 kilometer.
Eduardo Perez dan Bima Sakti tampak menikmati momen mereka berlari sembari menyapa masyarakat Bali dan merasakan udara yang segar sepanjang perjalanan.
Sempat mendapatkan kendala dari seorang ofisial tim untuk bisa terus keep in touch dengan Timnas Indonesia, kami bertiga pun tetap mendapatkan akses untuk bisa meliput persiapan Tim Garuda. Bahkan dalam laga uji coba terakhir Timnas Indonesia U-22 di Bali, di mana ketika itu Luis Milla merencanakan sebuah laga tertutup, akses tetap diberikan.
Melalui seorang ofisial tim bernama Bayu Eka Sari, yang merupakan interpreter bahasa yang terus mendampingi Luis Milla selama menangani Timnas Indonesia, kami mendapatkan informasi bahwa sang pelatih memberikan kami izin untuk melihat langsung jalannya pertandingan, mengambil foto, mengambil video selama tidak memperlihatkan sesi taktikal.
Saat tiba di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Luis Milla bahkan menyambut kami bertiga dengan senyuman dan satu kata yang selalu diingat oleh para jurnalis, 'bueno'.
"Luis Milla itu orang baik. Dia sangat perhatian kepada pemain-pemainnya," ujar Dokter Timnas Indonesia, Syarif Alwi, kepada Bola.com saat kami minum teh bersama di daerah Ubud pada suatu sore kala itu.
Dokter yang karib disapa Papi itu bercerita panjang lebar mengenai kondisi striker muda Tim Garuda saat itu, Ahmad Nur Hardianto, yang sebenarnya tengah mengalami cedera dan sempat terancam lumpuh. Namun, Luis Milla memberikan perhatian yang luar biasa kepada semua pemain, sehingga mereka yang cedera pun bersemangat untuk bisa kembali pulih.
Ahmad Nur Hardianto pun mengikuti pemusatan latihan di Bali dengan senang. Bahkan ia sempat menikmati suasana jalanan di Bali menggunakan sepeda yang disiapkan oleh hotel tempat Timnas Indonesia menginap. Sebuah hiburan kecil baginya di sela-sela aktivitas latihan bersama Tim Garuda Muda.
Hingga akhirnya Timnas Indonesia U-22 pun berlaga di SEA Games 2017 di Kuala Lumpur. Saya dan rekan fotografer yang menemani saya di Bali pun berangkat ke Malaysia untuk melihat langsung aksi tim asuhan Luis Milla sembari juga meliput perjuangan atlet dari cabang olahraga lainnya.
Bersama tim dari Liputan6.com yang berasal dari grup yang sama dengan Bola.com, kami berlima mengikuti perjuangan para atlet Indonesia, terutama Timnas Indonesia U-22 di SEA Games 2017.
Saksi Mata Perjuangan dan Kontroversi
Masih bisa diingat bagaimana aksi Timnas Indonesia U-22 di SEA Games 2017. Tak terkalahkan di fase grup, hanya dua kali bermain imbang saat menghadapi Thailand dan Vietnam, serta menang atas Filipina, Timor Leste, dan Kamboja, Tim Garuda Muda akhirnya terhenti di semifinal karena kalah 0-1 dari Malaysia dan meraih medali perunggu setelah menang 3-1 atas Myanmar.
Itu adalah hasil yang didapatkan oleh Timnas Indonesia di SEA Games 2017, di mana medali emas yang menjadi target masih belum tercapai. Namun, tak banyak yang tahu bagaimana perjuangan sebenarnya Tim Garuda Muda selama di Malaysia.
Semua berawal dari latihan Timnas Indonesia sebelum menjalani pertandingan pertama melawan Thailand. Tim Garuda Muda harus menempuh jarak yang mencapai lebih dari 32 kilometer dari tempat menginap.
Berlatih di Stadion Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) yang jaraknya begitu jauh diperparah dengan supir yang tidak tahu medan yang membuat Tim Garuda Muda tersasar beberapa kali saat hendak berlatih.
"Dari hotel ke sini jauh sekali. Kami juga harus tersasar dulu di jalan," ujar bek sayap Timnas Indonesia U-22 saat itu, Gavin Kwan, kepada Bola.com di Stadion UKM.
Namun, hal tersebut tak lantas menyurutkan semangat para pemain Tim Garuda Muda untuk berlatih. Bahkan gelak tawa kerap terlihat dari wajah Marinus Wanewar dkk. saat menjalani latihan perdana di Malaysia itu.
Tak ingin timnya menderita terus selama menjalani kiprah di SEA Games 2017, akhirnya Luis Milla meminta ofisial tim untuk mencari lapangan. Beruntung, berkat koneksi Dokter Papi, Timnas Indonesia mendapatkan tempat latihan di tengah kota Kuala Lumpur bernama Padang Kelab Aman.
Ristomoyo, mantan pemain Selangor FA asal Indonesia yang menetap di Malaysia, adalah sosok yang membantu hingga akhirnya Timnas Indonesia mendapatkan tempat latihan yang lebih dekat. Namun, kendala yang harus dihadapi Evan Dimas dkk. tak hanya sampai di situ.
Sudah berhasil mendapatkan tempat latihan yang lebih baik berkat usaha sendiri dan bantuan dari Om Ristomoyo, Timnas Indonesia U-22 sempat datang ke tempat latihan dengan menggunakan mobil-mobil kecil dan terpisah menjadi beberapa kelompok.
Saya yang terbiasa sudah tiba di tempat latihan sebelum Tim Garuda tiba, dibuat tercengang melihat bagaimana Putu Gede Juni Antara, Saddil Ramdani, Hansamu Yama Pranata dan pemain lain keluar dari mobil dengan cukup berdesakan. Usut punya usut, ternyata bus transportasi yang disediakan panitia penyelenggara untuk Timnas Indonesia U-22 mengalami kerusakan.
Namun, para pemain Tim Garuda Muda tetap berlatih dengan penuh semangat. Canda dan tawa kerap terlihat setelah Luis Milla memberikan sesi latihan yang dimulai sekitar pukul 11.00 siang waktu setempat atau sekitar pukul 10.00 WIB.
Itulah hal-hal kecil yang menjadi cerita berkesan ketika mengikuti secara langsung Timnas Indonesia berlaga di luar negeri. Tak hanya di latihan, bahkan apa yang terjadi di lapangan pertandingan pun terkadang berbeda dengan yang terlihat dari layar kaca maupun kabar yang beredar tanpa melihat sendiri.
Contoh paling nyata adalah kontroversi yang terjadi dalam pertandingan antara Timnas Indonesia melawan Kamboja yang juga laga terakhir fase grup. Sejumlah keributan terjadi di lapangan saat itu, dan Marinus Wanewar mengundang kontroversi.
Ketika itu Marinus Wanewar mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari pemain Kamboja dan tak bisa menahan diri untuk bereaksi. Satu yang paling diingat adalah bagaimana reaksinya ke arah bangku cadangan Tim Kamboja.
Reaksi Marinus memang sebuah gestur yang sulit untuk digambarkan dengan kata-kata. Hal tersebut semakin melenceng dan buruk ketika pelatih Kamboja, Leonardo Vitorino, mengecam sikap Marinus saat konferensi pers setelah pertandingan dengan menyebut pemain Indonesia itu memperlihatkan kemaluannya.
Sontak interpretasi yang bias itu pun membuat banyak orang menerimanya dengan arti yang berbeda. Bahkan seorang rekan kerja saya dari Jakarta pun sampai menghubungi saya langsung melalui WhatsApp untuk menanyakan apakah benar Marinus melakukan apa yang dituduhkan oleh pelatih lawan.
Saya pun mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya dilakukan oleh Marinus Wanewar saat itu. Meskipun memang tidak sopan dan mengundang kontroversi, harus diakui bahwa apa yang dilakukan oleh pemain asal Papua itu tidak seburuk yang dikatakan pelatih asal Brasil yang menangani Kamboja sehingga banyak orang yang salah paham.
Bahkan saking kesulitannya saya memberikan penjelasan lewat kata-kata, saya pun memutuskan untuk mengirimkan foto diri saya sendiri dengan pose seperti yang dilakukan oleh Marinus.
Sontak rekan-rekan saya di Jakarta terkejut dengan ulah saya, menjadikan saya bahan lelucon saat itu. "Ngapain ngirim foto lo sambil begitu," ujar seorang rekan di Jakarta dalam percakapan di WhatsApp.
Namun, setidaknya mereka semua paham dan mengerti bahwa apa yang dilakukan striker Timnas Indonesia U-22 itu tidak seburuk yang dibayangkan.
Pada akhirnya, saya dan teman-teman jurnalis lain yang ada di lokasi memiliki sudut pandang yang berbeda. Konkretnya, kami melihat langsung dan tidak salah menggambarkan situasi yang sebenarnya terjadi, sementara ada pemberitaan yang membuat Marinus geram lantaran kata-kata pelatih Kamboja, di mana Marinus merasa tidak melakukan apa yang tertulis dalam pemberitaan tersebut.
Pengalaman tersebut memberikan saya sebuah pandangan bahwa bagaimana pun memberi informasi, baik secara deskriptif ataupun mengutip kata-kata dari orang lain dengan mendapatkannya langsung memang jauh lebih baik karena betapa pentingnya memberikan informasi yang benar dan bisa diinterpretasikan dengan baik kepada masyarakat.
Mengantar Timnas Indonesia U-22 mulai dari persiapan hingga beraksi di SEA Games 2017 dan pulang dengan medali perunggu adalah hal berharga yang pernah saya dapatkan bersama Bola.com.
Terima kasih Bola.com dan Selamat Hari Jadi yang Ke-7!
Baca Juga
Deretan SWAGs Pemain Diaspora Timnas Indonesia: Atlet hingga Supermodel Papan Atas Dunia, Ada yang baru Go Publik Bikin Cegil Patah Hati
Belum Bisa Move On! Kevin Diks Mengenang Momen Perdana Menyanyikan Indonesia Raya di SUGBK
Jay Idzes dan 3 Bek Serie A yang Layak Pindah ke Premier League: Tangguh bak Karang