Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia. Dua kata itu telah akrab bersama saya semenjak menggeluti profesi sebagai jurnalis olahraga sejak tahun 2008. Banyak cerita manis dan pahit tentunya. Dan, sampai saya sekarang berusia 37 tahun, saya tetap setia menanti Timnas Indonesia level senior menjadi juara.
Saya bergabung dengan Bola.com lima bulan setelah media milik Emtek Group ini berdiri. Sejak berdiri pada 28 April 2015, Bola.com begitu dekat dengan Timnas Indonesia. Bagi saya, Timnas Indonesia sangat spesial.
Piala AFF 2016 kurang lebih satu tahun setelah Bola.com resmi mengorbit sebagai media olahraga online berbasis di Indonesia. Tantangan terbesar kami, menyajikan konten yang spesial dan berbeda dari media lainnya dan saya bertempur langsung di lapangan.
Bersama rekan fotografer, pada 16 November, saya berangkat ke Manila, Filipina, tempat digelarnya babak penyisihan Grup A, di mana Timnas Indonesia bertanding. Selain mengemban tugas dan amanah dari kantor, saya ingin menjadi saksi untuk pertama kalinya Timnas Indonesia bertanding setelah sanksi FIFA dicabut.
Jujur saja, saya, mungkin teman-teman jurnalis yang lain, berangkat dengan nothing to loose. Sama halnya dengan skuad Garuda kala itu yang ditangani mendiang Alfred Riedl, datang ke Piala AFF 2016 dengan status underdog. Persiapan hanya hitungan pekan, pemanggilan pemain pun dibatasi.
Jadi ya, kami yang meliput juga pesimistis. Tapi, seperti biasa, Timnas Indonesia punya tempat tersendiri di hati jurnalis olahraga Tanah Air. Kalah atau menang, kami tetap setia meliput.
Singkat cerita, kami sampai di Filipina dan melewati berbagai drama dan pengalaman seru meliput ajang sepak bola di negeri bola basket dan tinju itu.
Ehh Runner Up
Meliput ajang sepak bola di Filipina itu sensasinya berbeda. Sepi, tanpa euforia, ya biasa-biasa saja. Maklum, sepak bola di negara itu tak sefamiliar bola basket atau tinju.
Penonton di stadion pun minim. Saat itu, fase grup Piala AFF digelar di Philippine Sports Stadium di wilayah Bulacan dan Rizal Memorial Stadium di Manila.
Di stadion, jarang sekali kami bertemu suporter tuan rumah. Warga Indonesia dan Thailand lah yang meramaikan pertandingan-pertandingan di Manila.
Perjalanan Timnas Indonesia juga sangat dramatis. Grup A disebut zona maut, karena ada Thailand, Singapura, dan Filipina. Tak disangka, Stefano Lilipaly dkk. lolos ke semifinal.
Kami yang meliput pun ikut terharu. Saat laga penentu melawan Singapura di Rizal Memorial Stadium, Indonesia menang 2-1. Pada laga lain, Filipina kalah 0-1 dari Thailand. Indonesia pun melaju ke babak empat besar menemani Thailand.
Singkat cerita, tugas saya meliput babak penyisihan Piala AFF 2016 pun tuntas. Banyak kenangan tak terlupakan. Saya rangkum di bawah ini ya!
Kumpulan Cerita-cerita Seru
Terjebak macet, sampai stadion babak pertama bubar!
Manila dan kota-kota besar di Filipina itu 11-12 dengan Jakarta, macet! Saya merasakannya saat akan meliput pertandingan Timnas Indonesia melawan Filipina di Philippine Sports Stadium.
Kami terjebak macet dari Kedutaan Besar RI di Makati menuju stadion, waktu tempuh normal 1,5 jam menjadi 6 jam! Alhasil, sampai stadion, babak pertama sudah bubar.
Menemani Lerby Eliandry ibadah
Meliput Lerby Eliandry ibadah bersama komunitas Indonesian Christian Fellowship (ICF) di Makati, Filipina, adalah pengalaman unik bagi saya. Saat itu, Lerby memberikan kesaksian perjuangannya menjadi striker Timnas Indonesia yang penuh dengan tekanan.
Nongkrong bareng Stefano Lilipaly
Kebahagiaan menyelimuti skuad Timnas Indonesia setelah memastikan tiket semifinal. Usai pertandingan terakhir melawan Singapura, Bola.com secara eksklusif meliput Stefano Lilipaly yang sedang berkemas di kamar hotelnya.
Kami pun ngobrol asyik sampai tengah malam.
Ngobrolin Persib dengan bintang Timnas Singapura, Shahril Ishak. Saya bertanya lima hal yang melekat dalam pikirannya jika mendengar kata Persib. Jawabannya bikin ngakak. Pertama, kumis Haji Umuh, Atep dan Hariono, Bobotoh, Jalan Dago, dan bebek goreng Slamet!
Serunya bersama Timnas Indonesia di Istana Negara
Timnas Indonesia di Piala AFF 2016 menciptakan euforia. Bagaimana tidak, setelah sekitar setahun absen dalam agenda resmi karena sanksi FIFA, skuad Garuda kembali turun gunung dan langsung lolos ke final.
Pasukan Alfred Riedl pun langsung diundang Presiden Joko Widodo di Istana Negara, setelah menjalani laga final. Bola.com pun meliput kegiatan Timnas Indonesia di Istana dan mereka mendapatkan bonus meski hanya menjadi runner-up.
Sabar Menunggu Juara
Piala AFF 2016 praktis menjadi ajang resmi skuad Garuda terakhir yang saya terjun langsung ke lapangan karena belakangan, pekerjaan saya lebih banyak di meja.
Kangen? Banget!
Apalagi dua tahun terakhir pandemi, praktis 100 pekerjaan di depan laptop dan bekerja dari rumah.
Well, Piala AFF 2020 yang digelar akhir tahun lalu memang luar biasa. Skuad muda Timnas Indonesia di bawah polesan Shin Tae-yong tak disangka lolos ke final.
Walau gagal juara, era STY membuat saya optimistis terhadap masa depan Timnas Indonesia. Semoga sebelum saya berumur 40 tahun, Timnas Indonesia juara ya!
Baca Juga
Stadion Nasional Dipakai Konser, Timnas Singapura Terpaksa Geser ke Jalan Besar di Semifinal Piala AFF 2024: Kapasitas Hanya 6 Ribu Penonton
Sydney Menyala! 3.250 Suporter Akan Dukung Timnas Indonesia Vs Australia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 pada 20 Maret 2025
3 Fakta Seretnya Gol Timnas Indonesia di Piala AFF 2024: Lini Depan Tumpul, STY Nggak Punya Solusi!