Komposisi Lokal Belum Menjanjikan, PSM Butuh Pemain Asing Berkualitas Tinggi untuk Hadapi BRI Liga 1 dan Piala AFC

oleh Abdi Satria diperbarui 16 Mei 2022, 18:45 WIB
Liga 1 - Ilustrasi Logo PSM Makassar BRI Liga 1 (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Makassar - Gelombang pemain anyar mulai berdatangan untuk berkostum PSM Makassar di BRI Liga 1 2022/2023 dan Piala AFC 2022. Teranyar, eks kiper Dewa United, Rivky Mokodompit tiba pada Minggu (15/5/2022).

Rivky yang pernah memperkuat skuad Juku Eja pada 2017-2019 menyusul sejumlah nama lainnya. Diantaranya Safrudin Tahar (eks Borneo FC), Mahdi Fahri Albaar (PSS Sleman), Annas Fitranto (Persita Tangerang) dan Vivi Asrizal (Persiraja Banda Aceh).

Advertisement

Satu nama lainnya yakni Samuel Christianson (Persija Jakarta) dikabarkan sudah menjalin kesepakatan dengan manajemen PSM.

Dihubungi Bola.com, mantan pelatih PSM Makassar, Hanafing, menilai komposisi pemain yang sudah mengikuti latihan bersama Bernardo Tavares mayoritas belum menjanjikan untuk mewujudkan target manajemen PSM yakni bersaing di papan atas Liga 1 2022/2023 dan Piala AFC 2022.

"Kualitas pemain yang datang bisa diukur dari menit bermain atau prestasi klubnya di musim lalu. Jadi, lebih baik, kalau manajemen PSM lebih realistis dalam menyikapi persaingan musim depan," tegas Hanafing yang sudah mengantongi lisensi pelatih Pro-AFC ini.

Kompetisi terdekat yang akan diikuti PSM adalah Piala AFC pada Juni mendatang. Di ajang kasta kedua kompetisi antarklub Asia itu, PSM tergabung di Grup H bersama Kuala Lumpur FC dan Tampines Rovers (Singapura).

Menurut Hanafing, mengacu pada durasi persiapan serta materi pemain, sebaiknya PSM Makassar menjadikan ajang itu sebagai wadah untuk mengukur kemampuan tim. Bukan mematok target lebih baik dari Piala AFC 2019. Dimana pada saat itu, Juku Eja yang ditangani Darije Kalesic mampu menembus semifinal zona Asia Tenggara.

2 dari 4 halaman

Butuh Pemain yang Mumpuni

Suasana latihan perdana PSM Makassar di Lapangan Bosowa Center, Makassar, Rabu (11/5/2022). (Bola.com/Abdi Satria)

Hanafing menambahkan, sebagai pelatih yang baru berkiprah di kompetisi Indonesia, Bernardo Tavares tentu butuh waktu untuk beradaptasi. Apalagi, sampai saat ini, PSM belum memiliki direktur teknik yang bisa membantu Tavares dalam menjalankan tugasnya menangani tim.

"Pelatih selevel Jurgen Klopp pun tak berani mematok target tinggi ketika menerima tawaran Liverpool. Ia butuh 2-3 tahun untuk menjadikan Liverpool seperti sekarang. Padahal, ia didukung oleh struktur manejemen yang baik dan tertata," tegas Hanafing.

Hanafing mengapresiasi langkah manejemen PSM yang memberikan kewenangan penuh kepada Tavares untuk memilih menentukan komposisi timnya. Termasuk pemain asing yang akan mendampingi Wiljan Pluim, kapten PSM asal Belanda yang masih dipertahankan.

"Kalau ingin bersaing di Liga 1, pemain asing datang harus memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan yang sudah beredar di kompetisi Indonesia," ungkap Hanafing.

Eks penyerang sayap timnas Indonesia itu merujuk pengalaman PSM yang nyaris terdegradasi ke Liga 2 musim lalu. Ketika itu, selain durasi persiapan yang singkat, pemain asing yang datang ke PSM gagal beradaptasi dengan tim serta atmosfer kompetisi Indonesia. Contohnya, dua striker asing PSM yakni Anco Jansen dan Golgol Mebrahtu.

Di mata Hanafing, kualitas kedua pemain ini sebenarnya tak jelek-jelek amat. Tapi, mereka tak mampu beradaptasi dengan suasana berbeda dengan negara asalnya. Baik di kompetisi mau pun kehidupan sehari-sehari.

"Contoh kecil, cara bermain para bek di Indonesia cenderung keras menjurus kasar. Belum lagi adaptasi soal jam istirahat dan makanan," terang Hanafing.

3 dari 4 halaman

Peran Akademi PSM

PSM resmi membuka akademi sepakbola di Stadion Manakarra Mamuju, Sulawesi Barat, Rabu (2/5/2016). (Bola.com/Abdi Satria)

Dilain pihak, Hanafing sejauh ini tidak melihat peran akademi PSM untuk menyuplai pemain yang bisa berkontribusi buat tim senior. Padahal, setiap musim, manajemen PSM selalu mengumbar janji akan memaksimalkan pemain dari akademinya.

Tapi faktanya, pemain yang dipromosikan ke tim senior hanya sekadar pelengkap.

"Pelatih tidak bisa disalahkan. Karena Akademi PSM juga tidak mempunyai program pembinaan pemain muda yang jelas. Indikatornya, setiap menghadapi perhelatan EPA (Elit Pro Akademy), mereka menggelar seleksi pemain dari SSB lain," tegas Hanafing.

Padahal, kalau dijalankan dengan baik, akademi dari sebuah klub bisa mendatangkan benefit atau minimal mengurangi beban klub. Hanafing merujuk langkah yang dilakukan Persebaya Surabaya yang memunculkan banyak pemain muda.

Satu di antaranya adalah Marselino Ferdinan yang bersinar di BRI Liga 1 dan timnas U-23 saat usianya belum genap 18 tahun.

"Marselino diikat Persebaya sampai berusia 23 tahun dengan nilai kontrak yang nilainya bertahap atau disesuaikan dengan prestasinya. Kalau ada klub yang berminat sebelum kontraknya berakhir, otomatis Persebaya mendapat pemasukan lewat transfer pemain," pungkas Hanafing.

4 dari 4 halaman

Tengok Persaingan PSM di Musim Lalu

Berita Terkait