CdM Indonesia soal Insiden Sesama Anak Bangsa di Pencak Silat SEA Games 2021: Jangan Berseteru

oleh Muhammad Adi Yaksa diperbarui 17 Mei 2022, 18:45 WIB
Sempat ada insiden antara Ketua Harian PB Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), Benny Sumarsono (kiri) dengan pelatih pencak silat Indonesia, Bondan. Benny lalu meminta Bondan untuk keluar. Dia menunjuk-nunjuk pintu keluar venue silat SEA Games 2021, untuk meminta Bondan segera angkat kaki dari lapangan. (Bola.com/Ikhwan Yanuar)

Bola.com, Hanoi - Cabang olahraga (cabor) pencak silat Indonesia di SEA Games 2021 sedang menjadi pusat perhatian. Pasalnya, sesama anak bangsa bertikai di babak final.

Kejadian bermula ketika pesilat Indonesia, Khoirudin Mustakim bertanding melawan atlet Malaysia, Muhammad Khairi Adib pada final kelas B putra 50-55 kg.

Advertisement

Pada pertarungan di Bac Tu Liem District Sporting Hall di Hanoi, Senin (16/5/2022) itu, pelatih Mustakim, Bondan Wirawan nyaris ribut dengan Ketua Harian PB Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), Benny Sumarsono dan membuat geger gelaran SEA Games 2021.

Cerita berawal saat Bondan dan pelatih Mustakim lainnya, Indro Catur Cahyono mendapatkan kartu kuning dari wasit. Keduanya dianggap terlalu sering berteriak dan keluar dari area pelatih.

Sejurus berselang, lawan Komarudin, Khairi Adib tepar. Secara tidak sengaja, kaki Komarudin nyangkut di leher Khairi Adib.

2 dari 5 halaman

Kecewa

Atas insiden ini, pencak silat Indonesia gagal meraih emas di final SEA Games 2021 saat melawan Malaysia. (Bola.com/Ikhwan Yanuar)

Tiba-tiba, Benny menghampiri area Bondan. Keduanya beradau mulut. Emosi Bondan meledak. Dengan gestur menunjuk, Benny meminta Bondan untuk keluar dari lapangan.

Benny terus memepet Bondan. Indro Cahyono sampai harus menengahi keduanya. Indro menahan Benny, sementara Bondan dibawa oleh pesilat Indonesia, Hanifan Yudani Kusumah.

Kejadian itu mencoreng nama Indonesia karena menjadi tontonan warga Vietnam. Komarudin pun kalah karena dianggap melakukan pelanggaran berat dan mendapatkan pengurangan 10 poin menjadi 49-50.

"Kami turut menyesali kejadian itu karena fokus kami kepada atlet. Mereka tidak kalah, mereka didiskualifikasi," kata Chef de Mission (CdM) Kontingen Indonesia, Ferry Kono.

 

3 dari 5 halaman

Muhamad Yachser Arafa Didiskualifikasi

Penonton memadati tribune untuk menyaksikan pertandingan cabor pencak silat SEA Games 2021. (Bola.com/Muhammad Adiyaksa)

Medali emas pencak silat juga melayang dari kelas B putra 55-60 kg ketika pesilat Indonesia, Muhamad Yachser Arafa didiskualifikasi.

Yachser kehilangan podium tertinggi yang telah berada di depan mata karena dinilai melanggar atlet Singapura, Muhammad Hazim Din. Tendangannya mendarat tepat di kepala sang lawan.

Setelah menerima sepakan Yachser, Hazim Din tumbang. Dia tidak dapat melanjutkan pertarungan. Hazim Din bahkan tidak dapat berdiri dan harus ditandu keluar arena.

"Bahwa ada ketidakpemahaman terhadap aturan dan ketidakpuasan jawaban, itu dinamika di lapangan," papar Ferry.

 

4 dari 5 halaman

Sesama Anak Bangsa

Kejadian tak berhenti usai kemenangan yang diraih tim dari Malaysia tersebut akibat pengurangan sepuluh poin yang diterima Mustakim. Benny pun masih terlihat marah dengan menunjuk pelatih Indro Catur Haryono. (Bola.com/Ikhwan Yanuar)

Selain sebagai Ketua Harian PB IPSI, Benny juga menjadi Ketua Eksekutif Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa (Persilat).

Keberadaannya di arena pencak silat SEA Games 2021 diduga karena Benny menjadi Ketua Eksekutif Persilat dan pengawas pertandingan.

"Saya juga menyesali sebab baik Persilat dan pihak kami adalah orang Indonesia. Sehingga kami harapkan hal ini bisa diselesaikan mengingat pencak silat adalah cabor unggulan," papar Ferry.

"Sekali lagi karena masalahnya sama-sama anak bangsa, apakah tidak ada keberpihakan? Aturan adalah aturan."

"Kita harus bisa paham ketika hal-hal itu terjadi, mekanisme protes harus dijalankan ketimbang mekanisme lain yang akhirnya menimbulkan efek yang lain seperti kejadian kemarin," terangnya.

5 dari 5 halaman