Bola.com, Jakarta - Penjaga gawang Persebaya Surabaya, Satria Tama, sempat menjalani momen berat dalam kariernya. Dia terpaksa absen membela Bajul Ijo sepanjang musim pada Liga 1 2021/2022 lalu.
Namanya sebenarnya sudah diandalkan oleh Persebaya sejak direkrut pada awal 2021. Satria Tama pun tampil apik di Piala Menpora 2021 yang digelar pada Maret-April. Tapi, dia justru harus masuk meja perawatan sebelum Liga 1 2021/2022 digelar.
Cedera parah itu dialami Satria Tama saat membela Persebaya dalam laga uji coba melawan Persela Lamongan di lapangan Polda Jatim, Surabaya, menjelang kompetisi bergulir. Pihak klub lantas memeriksakan kondisinya.
Hal itu berlanjut pada hasil magnetic resonance imaging (MRI) yang keluar pada Agustus 2021 lalu. Kiper berusia 25 tahun itu mengalami cedera anterior cruciate ligament (ACL). Lutut kanannya harus segera dioperasi.
Cedera Terparah
Manajemen klub memilih untuk memfasilitasi operasi tersebut dan dilakukan di RS William Booth, Surabaya, dua bulan berselang. Namun, Satria Tama tetap memerlukan waktu untuk sembuh total.
Kondisi psikologisnya tertekan karena ini adalah cedera terparah yang dialaminya. Dia lantas sempat mengontak beberapa pemain yang pernah mengalami cedera serupa. Salah satunya adalah Kurniawan Kartika Ajie, kiper yang saat itu membela RANS Cilegon.
Kebetulan, Satria Tama dan Kartika Ajie pernah satu tim dengan membela Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2017 arahan Luis Milla yang meraih medali perunggu.
"Dia (Kartika Ajie) bilang, yang penting harus kuatkan mental. Tidak boleh amburadul. Harus punya target kapan sembuh,” ucap Satria Tama.
Banyak Momen yang Membuat Berpikir untuk Menyerah
Akan tetapi, masukan dari Kartika Ajie tidak bisa dijalani dengan mudah. Banyak momen yang membuat Satria Tama ingin menyerah dalam proses penyembuhan.
Dani Maulana, fisioterapis Persebaya, meminta Satria Tama menekuk lutut kanan bekas operasi. Tujuannya, mengembalikan fungsi utama lutut tersebut. Begitu mencobanya, Satria Tama langsung meringis.
"Rasanya ingin menangis. Ini bagaimana kok sakit sekali. Sudah ingin berhenti saja. Selama tiga bulan, saya juga salat selalu pakai kursi, harus duduk. Latihan recovery juga lebih berat, ditambah gerakannya itu-itu saja,” tutur kiper kelahiran Sidoarjo itu.
Istri dan Anak Jadi Motivasi
Namun, Dani tidak mau mengendurkan latihan untuk Satria Tama. Sampai pernah suatu ketika Satria tiba-tiba tidak bisa bergerak dan punggungnya tidak bisa menyangga tubuh. Satria Tama yang meringis lantas langsung didatangi Dani.
Keinginan menyerah selalu muncul. Tapi, Satria Tama ingat bahwa dia harus berjuang untuk istri dan anaknya. Menjadi penjaga gawang adalah caranya untuk bisa mencari nafkah.
“Saya ini sudah punya istri dan anak. Kalau Saya menyerah, terus nanti istri dan anak saya bagaimana? Itu selalu saya jadikan pegangan dan motivasi,” tuturnya.
Kini Sudah Sembuh
Beruntung, cedera ACL itu sudah sembuh total. Hasil tes juga menunjukkan bahwa kondisi lutut kanan dan kiri sudah seimbang. Mantan kiper Gresik United dan Madura United itu sudah bisa berlatih secara normal di lapangan.
Momen ini jadi kesempatan bagi Satria Tama untuk kembali merebut tempat utama di bawah mistar gawang Persebaya. Maklum saja, dia harus rela melihat dua kiper muda Bajul Ijo yang bertanding selama Liga 1 musim lalu.
Posisi penjaga gawang utama lantas dihuni oleh Ernando Ari Sutaryadi yang memang kiper dengan kemampuan apik. Saat Ernando absen, Andhika Ramadhani yang jadi pengganti pun mampu tampil cemerlang.
Persaingan Lawan Kiper Muda
Kini, bagaimana Satria Tama menghadapi tantangan dengan dua kiper muda itu? Kiper yang menyumbang titel juara Piala AFF U-23 2019 untuk Timnas Indonesia U-23 itu justru mengaku saling mendukung dengan Ernando dan Andhika.
"Saya sama sekali tidak iri, justru senang keduanya mampu tampil baik. Sebab, saat cedera, saya sudah bilang ke Nando dan Andhika, ini kesempatan, jangan bikin kecewa," kata Satria Tama.
"Semua saya anggap keluarga. Tidak ada yang namanya saingan. Kalau memang dianggap bagus, siapa pun yang diturunkan bukan masalah,” tuturnya.