Bola.com, Jakarta - Persik Kediri pernah mendominasi sepak bola Indonesia. Mereka pernah menjadi juara Divisi Utama Liga Indonesia sebanyak dua kali yakni pada tahun 2003 dan 2006.
Pada periode emas itu, Persik Kediri juga punya sosok kapten ikonik. Sosok yang dimaksud adalah Harianto.
Pemain kelahiran Malang Jawa Timur ini memang mudah dikenali di lapangan. Ia selalu setia dengan nomor punggung 12.
Pemain Andalan
Selain itu, Harianto juga dikenal punya karakter permainan yang keras tapi terukur. Ia adalah gelandang bertahan andalan Macan Putih di eranya.
Selain gelar juara, Harianto rupanya juga punya kenangan buruk selama memperkuat Persik Kediri. Itu terjadi di kandang Persmin Minahasa, Stadion Maesa Tondano.
Kericuhan di Minahasa
Di laga melawan Persmin pada Divisi Utama Liga Indonesia 2006 itu memang berakhir ricuh. Harianto cukup sedih dengan momen itu.
"Momen lawan Persemin di Minahasa, itu sedikit sedih karena rusuh," katanya di kanal Youtube Budi Sudarsono Official.
Kenangan Tak Terlupakan
Bahkan, Harianto mengisahkan saat itu kondisi di stadion memang sangat tidak enak. Manajer Persik saat itu, Iwan Budianto bahkan sampai harus mengeluarkan senjata api miliknya.
"Bahkan bos Iwan mengeluarkan senjata, itu gak akan saya lupakan, di laga itu draw. Saya sedih itu momen yang menegangkan dan sedih. Kok di sepak bola sempat terjadi seperti itu," sambung Harianto.
Merasa Beruntung
Lebih lanjut, Harianto merasa beruntung bisa bermain di Persik. Bersama Macan Putih, ia memang berhasil dua kali meraih gelar juara Divisi Utama Liga Indonesia.
"Persik adalah klub terbaik yg saya bela," ujar Harianto.
The Dream Team
Apalagi Persik saat itu diperkuat banyak pemain bintang. Terutama setelah mereka meraih gelar juara pertama kali di tahun 2003.
"Setelah 2003 kemudian datang Abah (Budi Sudarsono) lalu ada Aris Indarto, tambah Gonzales lebih bagus lagi. Di belakang tengah dan depan bagus sekali, sebuah keberuntungan bagi saya. Momen itu nggak akan terlupakan," tandas Harianto.
Sumber: Youtube Budi Sudarsono Official