Bola.com, Solo - Laga terakhir Grup A Piala Presiden 2022 akan digelar pada Senin (27/6/2022). Salah satu laga itu mempertemukan PSS Sleman melawan Dewa United.
Pertandingan ini bisa sangat menentukan langkah keduanya di Piala Presiden 2022. PSS Sleman kini menjadi klub yang paling berpeluang mendampingi PSIS Semarang untuk lolos ke perempat final.
PSS Sleman kini mengoleksi empat poin. Hasil mengalahkan Persita Tangerang dan bermain imbang melawan sang tuan rumah, Persis Solo. Elang Jawa sementara ada di posisi kedua.
Sama-sama Berpeluang
Meski demikian, Dewa United bukannya tanpa peluang. Tangsel Warrior mengoleksi dua poin dari tiga laga. Kemenangan atas PSS bisa saja membuat mereka lolos ke fase selanjutnya.
Salah satu yang menarik dari laga ini adalah keberadaan dua pelatih dari dua klub. Keduanya sama-sama dilatih oleh pelatih yang masih tergolong muda.
Seto Nurdiyantoro
Seto masih berusia 48 tahun. Bisa dikatakan pelatih asli Sleman ini menjadi salah satu pelatih muda yang punya potensi besar di Indonesia.
Seto memiliki gaya yang cenderung kalem dalam melatih. Tak jarang ia hanya duduk saja di bangku cadangan dan sesekali memberikan instruksi dengan nada cukup santai kepada para pemain asuhanya.
Seto dan PSS Sleman memiliki hubungan yang cukup menarik. Sebagai putra asli Sleman ia pernah membela klub itu sebagai pemain.
Musim ini adalah kali kedua Seto kembali ke PSS Sebagai pelatih. Ia sempat menukangi Elang Jawa di tahun 2017 hingga 2019 yang lalu.
Nilmaizar
Nilmaizar adalah pelatih dengan karakter yang menarik. Pelatih berusia 52 tahun itu selalu tampil atraktif di pinggir lapangan.
Gaya berpakaiannya sangat trendi. Gayanya dalam memberi instruksi pun selalu menarik perhatian. Sekilas gaya yang dimiliki Nil itu mirip dengan pelatih Manchester City, Pep Guardiola.
Nil masih berusia 52 tahun, tapi pengalamannya dalam melatih sudah cukup luar biasa. Ia bahkan pernah mendapatkan kesempatan melatih di Timnas Indonesia pada Piala AFF 2012 lalu.
Meski saat itu Garuda tidak datang dengan kekuatan penuh. Sebab adanya konflik di tubuh PSSI yang menimbulkan dualisme liga hingga Timnas Indonesia.