Bola.com, Jakarta - Piala Eropa U-19 alias Euro U-19 menjadi satu di antara tradisi para pemain muda untuk menunjukkan kekuatan. Hal ini wajar, selain demi martabat negara, juga jalan menaikkan karier.
Oleh karena itu, para pemain muda Eropa selalu tampil maksimal agar bisa unjuk gigi. Harapannya jelas, mereka bisa semakin 'berharga' dan atau mendapat lirikan dari para pemandu bakal klub-klub besar.
Nah, satu di antara yang bergengsi adalah ganjaran Golden Player Award. Sejak pembatasan usia turnamen ditingkatkan dari U-18 ke U-19 pada tahun 2002, sejumlah pemenang Golden Player Award telah mencapai kesuksesan, ketenaran, pun kekayaan.
Hanya saja, beberapa talenta muda yang cerdas itu tak dapat mempertahankan penampilan terbaiknya dan kalah bersaing di level yang lebih tinggi. Tak hanya di klub, melainkan juga tim nasional. Ada beberapa yang sedang berjuang mendapatkan tempat ke Piala Dunia 2022 di Qatar.
Siapa saja mereka, yuk simak beberapa catatan menarik di bawah ini :
Gael Kakuta (Prancis)
Nama ini sempat menghiasi sisi kontroversial ketika terjadi kesepakatan dengan Chelsea dari RC Lens saat masih remaja (2009-2015), Gael Kakuta adalah peraih Golden Player Award 2010.
Dia digadang-gadang bakal bersinar bersama The Blues. Namun sayang, Kakuta justru melakoni kariernya sebagai pemain pinjaman ke sejumlah klub sebelum akhirnya kembali ke negaranya dan bermain untuk Lens sejak 2021.
Alex Fernandez (Spanyol)
Alex Fernandez (Spanyol/Cadiz)
Nasib baik tak berpihak kepada pesepak bola kelahiran 15 Oktober 1992 ini. Padahal dirinya sempat menjadi buah bibir usai menggondol Golden Player Award 2011. Dia tak semujur seniornya yang juga menyabet penghargaan yang sama pada 2002, Fernando Torres.
Sebenarnya, jebolan pemain muda Real Madrid itu pernah mendapat kesempatan bermain di tim senior, kala Los Blancos masih ditukangi Jose Mourinho (2010-2013). Saat itu, Real Madrid melakoni tur pramusim ke Amerika Serikat. Sayang, Fernandez gagal memikat hati The Spesial One. Pelan namun pasti, nama Fernandez tenggelam seiring dengan berjalannya waktu.
Gerard Deulofeu (Spanyol)
Berlabuh di klub-klub beken tak serta merta memuluskan karier penyerang yang kini berusia 28 tahun. Dia pernah menyandang sebagai pemain Barcelona dua periode, 2011–2015 dan 2017–2018, Everton (2015–2017), serta Watford (2018-2021).
Ketatnya persaingan di tempat utama membuat peraih Golden Player Award 2012 itu harus berbesar hati sebagai pemain pinjaman. Setelah itu, akhirnya berlabuh di markas Udinese.
Aleksandar Mitrovic (Serbia)
Di negaranya, Mitrovic masuk jajaran pemain top. Bahkan, bomber jangkung kelahiran tahun 1994 itu menjadi pemain termahal keempat Serbia dengan banderol 22 juta Euro.
Sebelum dipatenkan Fulham dari Newcastle Unied pada 2018, Mitrovic menyudahi baktinya di Teleoptik (2011-2012), Partizan (2012-2013), dan Anderlecht (2013–2015) dengan manis.
Bersama Anderlecht misalnya, Mitrovic mempersembahkan dua gelar berbeda yakni Belgian Pro League 2013/2014 dan Belgian Super Cup 2014. Hanya saja, pengoleksi Golden Player Award 2013 itu masih dihantui pertanyaan apakah dirinya bisa terus di tengah persaingan yang kian sengit dan ketat.
Davie Selke (Jerman)
Di level junior, Selke tampil oke di tim nasional. Golden Player Award 2014 merupakan bukti kalau kelahoran 20 Januari 1995 itu layak masuk hitungan di tengah bejibunnya talenta muda Die Mannschaft. Sebagai striker, Selke sangat ideal. Menjulang tinggi hampir dua meter, Selke juga bertubuh atletis.
Toh begitu, klub-klub papan atas Jerman masih enggan meliriknya. Sebelum kembali ke Hertha usai dipinjamkan ke Werder Bremen musim ini, Selke pernah berkostum RB Leipzig (2015-2017) dan Werder Bremen (2013-2015). Dia juga tak mendapat tempat secara reguler di timnas.
Marco Asensio (Spanyol)
Asensio akhirnya memutuskan bertahan di Santiago Bernabeu. Kurangnya menit bermain tak membuat sang winger buru-buru hengkang dari Real Madrid. Diboyong dari Mallorca pada 2014, Asensio malah dipinjamkan mantan klubnya selama satu tahun serta "dibuang" ke Espanyol (2015-2016).
Setahun sebelum final, Marco Asensio pindah dari Real Mallorca ke Real Madrid, meskipun ia dipinjamkan kembali ke klub pertamanya untuk paruh kedua musim 2014/15.
Pada musim selanjutnya, Asensio memang pada akhirnya mendapat kesempatan tampil bersama Los Blancos dan memberikan kontribusi dalam memenangkan tiga gelar La Liga maupun Liga Champions.
Tapi, peraih Golden Player Award 2015 itu datang dari bangku cadangan. Kini, ia sedang berusaha agar bisa mendapatkan tempat di Timnas Spanyol yang akan berlaga di Piala Dunia 2022.
Jean-Kevin Augustin (Prancis)
Dia hanya setahun lebih tua dari bintang muda Timnas Prancis, Kylian Mbappé. Augustin lahir 1997, sedangkan Mbappé 1998.
Akan tetapi, secara prestasi, keduanya ibarat bumi dan langit. Mbappé terlihat lebih moncer, baik di timnas maupun di klub.
Padahal, Augustin adalah talenta jempolan. Penampilan yang aduhai di ajang Under-19 European Championship 2016 silam membuatnya berhak membawa pulang Golden Player Award.
Gagal bersaing di Paris Saint Germain (PSG), Augustin bertualan dari satu klub ke klub lainya sebelum jatuh ke pelukan Basel tahun ini. Tak ada tahu pasti, bahkan Augustin sendiri, ihwal perjalanan kariernya selanjutnya.
Mason Mount (Inggris)
Jika tak segera bangkit, bukan tak mungkin Mount akan tenggelam dalam ingar bingar sepak bola Inggris. Gelandang kepunyaan Chelsea berusia 23 tahun itu memang masuk skuad Timnas Inggris di Piala Dunia 2022 Qatar.
Tapi itu tak jadi jaminan Mount bakal mendapat satu tempat di starting XI The Three Lions. Soalnya, sejak mendarat di Stamford Briedge pada 2017, peraih Golden Player Award 2017 tersebut dipinjamkan ke Vitesse dan Derby County.