Meninggal Dunia Secara Tragis, Shinzo Abe Punya Kontribusi Penting untuk Olahraga Jepang

oleh Hendry Wibowo diperbarui 09 Jul 2022, 20:45 WIB
Berdandan ala Mario Bros, mendiang Shinzo Abe yang saat itu masih menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang mengejutkan penonton di upacara penutupan Olimpiade 2016 Brasiil. Kala itu ia mempromosikan Jepang sebagai tuan rumah Olimpiade 2020. (Kotaku)

Bola.com, Jakarta - Berita duka sekaligus menghebohkan dunia terjadi pada hari Jumat (08/07/2022). Mantan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe menjadi korban penembakan kala berpidato di Kota Nara. Dia pun meninggal dunia.

Seperti dilansir AP News, Shinzo Abe berada di Nara dalam rangka kampanye jelang pemilihan pada Minggu mendatang untuk majelis tinggi parlemen.

Advertisement

Laporan berbagai sumber mengklaim Abe sempat mengalami gagal jantung. Dia sempat dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi parah. Politikus berusia 67 tahun tersebut akhirnya dinyatakan meninggal dunia di tempat dirinya menjalani perawatan medis.

Wartawan BBC Jepang Yuko Kato menyebut insiden penembakan Shinzo Abe menjadi berita yang ditakuti oleh rakyat Negeri Sakura. Publik Jepang tengah mengalami kesedihan, kemarahan, dan rasa terkejut akibat peristiwa yang menimpa mantan perdana menteri Jepang itu.

"Ini adalah berita yang ditakuti orang-orang di Jepang selama enam jam. Apa pun yang dipikirkan orang tentang Abe, Jepang kini bersatu dalam kesedihan, kemarahan, dan keterkejutan," ujar Kato dalam tulisannya.

2 dari 4 halaman

Salah Satu Pelopor Olimpiade Tokyo

Catatan waktu De Grasse juga menjadi rekor nasional nomor 200 meter Kanada, yaitu 19,68 detik. Selain itu, dirinya juga tercatat sebagai sprinter tercepat kedelapan di dunia. (Foto: AFP/Jewel Samad)

Meski berkiprah sebagai politikus, nama Shinzo Abe tak terlalu asing didengar di dunia olahraga. Sosok yang dua kali menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang ini diketahui pernah berupaya membantu Tokyo terpilih menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas sekaligus Paralimpiade 2020.

Abe memberikan pidato berbahasa Inggris dalam sesi IOC di Buenos Aires pada September 2013. Kala itu, ia memuji peran olahraga di Jepang sekaligus meyakinkan anggota komite bahwa permasalahan terkait pabrik Fukushima berada di bawah kendali. Hal ini menjadi faktor krusial di balik terpilihnya Jepang sebagai penyelenggara Olimpiade Tokyo.

Setelahnya, sang mantan perdana menteri juga berupaya menggunakan Olimpiade Tokyo sebagai simbol program revitaliasi ekonominya–yang dikenal sebagai Abenomics–dengan menyatakan ajang tersebut dapat menjadi penggerak untuk menghilangkan deflasi.

“Saya ingin menjadikan Olimpiade sebagai pemicu untuk menghapus delfasi dan penurunan ekonomi selama 15 tahun,” ujar Shinzo Abe, seperti dilansir dari Financial Times.

3 dari 4 halaman

Pembuat Kebijakan di Bidang Sepak Bola

PM Jepang, Shinzo Abe mengenakan topi khas Mario Bros ketika upacara penutupan Olimpiade Rio 2016 di stadion Maracana, Rio de Janeiro, Minggu (21/8). Shinzo Abe sempat menyamar menjadi Mario Bros untuk mempromosikan Olimpiade Tokyo 2020. (Leon Neal/AFP)

Tak hanya berkontribusi pada terpilihnya Jepang sebagai tuan rumah Olimpiade Tokyo 2020, Shinzo Abe juga pernah memberi sumbangsih penting bagi bidang sepak bola di Negeri Sakura pada masa pandemi COVID-19.

Seperti diketahui, Liga Jepang sempat terhenti selama berbulan-bulan akibat dilanda Corona. Kebijakan berani yang dikeluarkan Shinzo Abe menjadi titik balik diselenggarakannya kembali kompetisi sepak bola di Negeri Sakura.

Adapun Liga Jepang semula diizinkan bergulir tanpa kehadiran penonton. Akan tetapi, setelah kasus COVID-19 di negara tersebut mulai menurun, Shinzo Abe melonggarkan kebijakan dan memperbolehkan penonton untuk hadir di stadion. 

4 dari 4 halaman

Undang Undang Senjata

Dalam file foto pada 21 April 2015, Shinzo Abe yang masih menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang melambai saat berangkat menuju Indonesia di Bandara Internasional Tokyo di Tokyo. Shinzo Abe dikabarkan telah meninggal dunia, setelah menjalani perawatan beberapa saat akibat akibat penembakan di Nara pada Jumat, 8 Juli 2022. (JIJI PRESS / AFP)

Tragedi penembakan Shinzo Abe tak pelak menjadi hal yang mencengangkan bagi dunia. Pasalnya, Jepang hingga kini dikenal sebagai salah satu negara dengan undang-undang senjata yang ketat. Kematian tahunan di Jepang bahkan sangat jarang, berjumlah kurang lebih 10.

Lebih lanjut, Jepang juga menganut gagasan yang menyatakan lebih sedikit senjata yang beredar, maka akan menyebabkan lebih sedikit kematian.

Alhasil, warga dan polisi di Negeri Sakura jarang menggunakan senjata api. Aparat yang tidak bertugas pun tidak diperbolehkan membawa benda tersebut.

Sumber asli: Liputan6 

Disadur dari: Liputan6 (Theresia Melinda Indrasari, Published 09/07/2022)

Berita Terkait